RNI tak khawatir larangan ekspor CPO pengaruhi keuangan anak usaha
Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) Didik Prasetyo mengaku tidak khawatir terhadap larangan ekspor minyak kelapa sawit (CPO). Sebab, menurutnya sebagian besar hasil produksi minyak sawit pada anak perusahaan PT Perkebunan Mitra Organ masih berpaku pada penjualan lokal.
Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) Didik Prasetyo mengaku tidak khawatir terhadap larangan ekspor minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) yang dikeluarkan oleh Uni Eropa. Sebab, menurutnya sebagian besar hasil produksi minyak sawit pada anak perusahaan PT Perkebunan Mitra Organ masih berpaku pada penjualan lokal.
"Jadi kalau kaitannya dengan embargo karena tadi sudah sampaikan bahwa sampai saat ini baru pada penjualan lokal," ungkap Didik di Gedung RNI, Jakarta, Kamis (31/5).
-
Siapa Ronaldowati? Ronaldowati Saat ini, karier Nona Berlian Sakina di dunia hiburan tidak sepopuler dulu. Meskipun begitu, dia tidak sepenuhnya meninggalkan industri tersebut.
-
Kapan Diah Permatasari berlibur ke Eropa? Ini adalah portet Diah Permatasari sedang menikmati masa liburan di luar negeri. Kali ini, dia memilih untuk menjelajahi benua Eropa. Silakan terus membaca hingga akhir, agar Anda merasakan pengalaman liburan secara virtual.
-
Di mana Tarawangsa Sunda Lugina tampil di Eropa? Tarawangsa Sunda Lugina diketahui berhasil memukau ribuan penonton di festival musik raksasa Denmark, Roskilde Festival.
-
Kapan patung kepala ular raksasa itu ditemukan? 'Kepala' ular raksasa warna-warni muncul dari bawah gedung fakultas hukum di salah satu universitas di Mexico City, Meksiko, setelah gempa mengguncang wilayah tersebut tahun lalu.
-
Siapa Naja Dewi? Berikut adalah gambar Naja Dewi Maulana, anak tunggal Armand Maulana dan Dewi Gita.
-
Kenapa Kulat Pelawan mahal? Jika dijual, Kulat Pelawan amat mahal, harganya bisa mencapai jutaan rupiah per kilogram. Proses pertumbuhan jamur ini konon terbilang sulit, karena harus menunggu sambaran petir. Semakin jarang ditemukan, makin tinggi juga harganya di pasaran.
Didik mengatakan, meski sebagian besar produksi minyak sawit yang dihasilkan anak perusahaannya masih berada di lokal, namun tetap akan sedikit berdampak pada harga CPO. "Barangkali pengaruhnya di harga CPO nya. Kalau ada embargo akan pengaruhi tingkat harga yang dijual. Yang nanti akan pengaruhi kinerja," imbuhnya.
Didik berharap, meskipun Eropa melakukan larangan terhadap minyak sawit Indonesia secara signifikan dampaknya tidak akan terlalu besar. Menurut dia, selain Uni Eropa masih ada pangsa besar lainnya seperti India.
"Karena salah satu penghasil devisa terbesar Indonesia adalah CPO, jadi masih banyak juga pasar-pasar yang selama ini, contoh India pasar ekspor CPO terbesar, sebenernya masih bisa. Pengaruh di harga barang kali tidak terlalu signifikan," imbuhnya.
Sebagai informasi, Resolusi sawit yang dikeluarkan Parlemen Eropa pada awal Bulan April 2017 lalu, mengancam embargo minyak sawit yang dikaitkan dengan sejumlah isu lingkungan seperti deforestasi, kebakaran hutan, emisi GHG dan gambut. Bahkan Uni Eropa merencanakan akan mengembargo penggunaan minyak sawit sebagai bahan baku biodiesel mulai 2021.
Baca juga:
PTP Mitra Ogan gandeng KBI kembangkan industri kelapa sawit RI
Pasca kenaikan bea masuk CPO, GAPKI dekati rekan bisnis di India
Hingga April 2018, ekspor kelapa sawit RI menurun 4 persen
Pengusaha minta India tak naikkan tarif bea masuk sawit RI
Eks HGU PT Cemerlang Abadi disebut-sebut sebagai lahan gambut wajib dilindungi