Rupiah Terus Anjlok, BI: Masih Lebih Baik dari Negara Lain
Mata uang Rupiah dilevel Rp16.097 atau menguat 3 point pada penutupan perdagangan sore ini.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo buka suara terkait tren pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD). Tercatat, mata uang Rupiah dilevel Rp16.097 atau menguat 3 point pada penutupan perdagangan sore ini.
Perry bilang, tren pelemahan nilai tukar Rupiah ke level Rp16.000 per USD dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Pertama, mata uang garuda kian tertekan seiring makin tingginya ketidakpastian global terutama terkait dengan arah kebijakan Presiden AS, Donald Trump.
- Kurs Rupiah Anjlok Nyaris Sentuh Rp16.000 Per USD, Kelas Menengah Perlu Ambil Langkah Begini
- Kurs Rupiah Anjlok, Jokowi Panggil Sri Mulyani hingga Gubernur BI ke Istana
- Ternyata, Ini Buat Kurs Rupiah Anjlok Hingga Sentuh Level Rp16.420 per USD
- Nilai Tukar Rupiah Anjlok Nyaris Sentuh Level Rp16.300 per USD, Jokowi: Ketidakpastian Hantui Semua Negara
"Risiko geopolitik yang mengakibatkan berlanjutnya preferensi investor global untuk memindahkan alokasi portofolionya kembali ke AS," ujar Perry dalam konferensi pers di Kantor Pusat Bank Indonesia Thamrin, Jakarta, Rabu (18/12)
Lanjutnya, pelemahan nilai tukar Rupiah juga disebabkan oleh kebijakan Bank Sentral AS The Fed terkait arah penurunan suku bunga yang belum pasti. Kondisi ini justru mengakibatkan tren penguatan Dolar AS terhadap mata uang dunia lainnya.
Meski demikian, Perry mengklaim pelemahan nilai tukar Rupiah masih lebih baik dibandingkan negara kawasan Asia lainnya. Per Desember 2023, Rupiah tercatat depresiasi sebesar 4,16 persen.
"Ini lebih kecil dibandingkan dengan pelemahan Dolar Taiwan, Peso Filipina, dan Won Korea yang masing-masing terdepresiasi sebesar 5,58 persen, 5,94 persen, dan 10,47 persen," tegasnya.
Ke depan, Bank Indonesia nilai tukar Rupiah diprakirakan stabil. Hal ini didukung komitmen Bank Indonesia menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, imbal hasil yang menarik, inflasi yang rendah, dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik.
"Seluruh instrumen moneter akan terus dioptimalkan, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market, untuk memperkuat efektivitas kebijakan dalam menarik aliran masuk investasi portofolio asing dan mendukung penguatan nilai tukar Rupiah," tandasnya.