Sebanyak 5 persen SPBU milik Pertamina belum sediakan Biosolar B20
Adapun kewajiban penggunaan bahan bakar dengan campuran minyak kelapa sawit ini sudah mulai diterapkan sejak 1 September 2018 lalu, baik kepada perusahaan yang bersifat Public Service Obligation (PSO) maupun non-PSO.
Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati menyebut bahwa bahan bakar jenis Biosolar 20 persen atau B20 (Solar campur 20 persen minyak sawit) kini sudah tersebar di 95 persen Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) milik perseroan di seluruh Indonesia.
"Sekarang 95 persen SPBU kami sudah menyediakan B20. Untuk yang 5 persennya itu belum, ada di kawasan Timur," ungkap dia di Jakarta, Senin (3/9).
-
Bagaimana Pertamina dan Kemendag melakukan penyegelan SPBU? Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Zulkifli Hasan didampingi Direktur Pemasaran Regional Pertamina Patra Niaga Mars Ega Legowo melakukan penyegelan dispenser SPBU 34.41345 Jalan Tol Jakarta – Cikampek (Japek) Rest Area KM 42, Wanasari, Telukjambe Barat, Karawang, Jawa Barat.
-
Bagaimana Pertamina akan mengembangkan bioenergi? “Nanti energi kita akan berbasis bioenergi, karena Indonesia ada banyak sumber daya. Di India saya bertemu dengan technology liaison untuk bioethanol dan limbahnya bisa diproses di perusahaan India, ini salah satu follow up yang akan kita kerja samakan,” ujar Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina.
-
Mengapa Pertamina melakukan peninjauan ke kilang dan SPBU? Kunjungan ini bertujuan untuk memastikan kesiapan Pertamina mulai dari unit produksi hingga distribusinya siap untuk merespon kebutuhan mudik Nataru.
-
Kenapa Pertamina Patra Niaga menambah stok di SPBU dan agen LPG? Di seluruh lembaga penyalur baik SPBU dan Agen LPG, stok juga ditambah 2-3 hari dari normal untuk mengantisipasi peningkatan konsumsi masyarakat.
-
Kapan Pertamina mulai mengembangkan biofuel generasi kedua? “Contoh bagus di sini adalah sesuatu yang telah dikembangkan oleh Pertamina sejak tahun 2021. Pertamina telah mengembangkan biofuel generasi kedua yang berasal dari ranting buah kosong.
-
Siapa yang mendorong Pertamina untuk mengembangkan biofuel generasi kedua? Sekretaris Kementerian BUMN Rabin Indrajad Hattari mengatakan bahwa pemerintah mendorong Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti Pertamina untuk mengembangkan biofuel generasi kedua dan ketiga.
Adapun kewajiban penggunaan bahan bakar dengan campuran minyak kelapa sawit ini sudah mulai diterapkan sejak 1 September 2018 lalu, baik kepada perusahaan yang bersifat Public Service Obligation (PSO) maupun non-PSO.
Dari sekitar 112 Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) yang ada di Indonesia, masih ada 52 TBBM yang selama ini belum mendapat pasokan B20. Mengatasi kendala itu, Pertamina akan memanfaatkan keberadaan 6 TBBM utama untuk menyalurkan Biosolar ke terminal kecil di sekitar.
"Ini kita sudah sepakati dengan supplier Fame (fatty acid methyl este), itu akan disuplai ke 6 TBBM utama. Kemudian 6 TBBM utama ini kirim lewat laut ke situ," ujar Nicke.
"Itu khususnya di Indonesia Timur seperti di Papua. Itu kan TBBM utamanya seperti di Wayame, yang kalau tidak salah menyuplai ke 12 atau 14 TBBM di sekitarnya," tambahnya.
Penyebab terkendalanya penyaluran B20 di 5 persen SPBU karena banyak TBBM kecil yang secara infrastruktur belum memadai. Namun, dia optimis, kendala ini dapat segera teratasi. "Kita yakin bahwa Indonesia Timur akan berkembang. Karena infrastruktur fisik sudah mulai dibangun di sana, sehingga kebutuhan BBM di sana juga akan meningkat," tukas dia.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Pengusaha mengaku boros 2,3 persen jika pakai B20 untuk truk
Implementasi B20 hemat devisa Rp 15,8 triliun di 2018
Pemerintah janji tak ubah harga solar usai dicampurkan kelapa sawit
Kementerian Perhubungan bakal terbitkan aturan wajib pakai B20 untuk kendaraan
Alutsista hingga Freeport belum pakai B20, ini alasannya
Pertamina sebut digitalisasi SPBU optimalkan penggunaan B20