Sindir Lion Air, Said Didu tuding bisnis penebangan lokasi cuci uang
Said Didu mempertanyakan dari mana Rusdi Kirana mendapat dana untuk pembelian pesawat dalam jumlah besar.
Mantan Sekretaris Menteri (Sesmen) Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Said Didu mempertanyakan bisnis maskapai Lion Air yang tidak masuk akal. Dia mencurigai dari mana dana Lion Air untuk memesan pesawat Boeing dan Airbus dengan total biaya mencapai Rp 500 triliun.
Dalam aturan pembelian pesawat, sang pemilik atau Rusdi Kirana setidaknya harus memiliki modal minimal 30 persen dari total biaya atau sekitar Rp 150 triliun. Said Didu meyakini, Rusdi Kirana tidak mempunyai uang sebanyak itu.
"Secara bisnis dia beli pesawat sekitar Rp 500 triliun Boeing dan AirBus. Modal 30 persen harus dia punya itu Rp 150 triliun. Kalau dia punya uang segitu harusnya masuk daftar orang paling kaya dong," ucap Said Didu di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (20/2).
Said Didu menanyakan dari mana Rusdi Kirana mendapat uang untuk memesan pesawat. Jika tidak punya uang jaminan, apa yang diberikan Rusdi Kirana sehingga pihak Boeing dan Airbus percaya dengan bisnisnya.
"Darimana dong dia uangnya, uang siapa itu. Apa mereka memberi jaminan saya tidak tahu, apa jaminannya," katanya.
Said Didu menegaskan jika bisnis penerbangan menjadi salah satu sektor yang dimanfaatkan pebisnis nakal untuk mencuci uang. Bisnis maskapai, menurutnya, tempat paling aman dan nyaman untuk investasi pencucian uang.
"Tapi pencucian uang itu banyak bisnis pesawat, karena satu pesawat Rp 700 miliar, kalau dibelikan mobil banyak banget, engga masuk akal," tambahnya.
Dengan banyaknya dugaan campur tangan untuk menjalankan bisnis Lion Air, Said Didu menyebut Lion Air menjadi anak istimewa dan Kementerian Perhubungan tidak berani melawan maskapai milik Rusdi Kirana ini.