Sri Mulyani beberkan kondisi ekonomi makro, termasuk Rupiah tembus Rp 14.200 per USD
Sri Mulyani memprediksi pertumbuhan ekonomi semester I-2018 sebesar 5,1 persen, sementara pertumbuhan ekonomi semester II akan mencapai 5,3 persen. Sehingga secara tahunan hanya akan mencapai 5,2 persen.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menghadiri rapat kerja dengan Badan Anggaran Dewan Perwakilan rakyat (DPR). Dalam kesempatan tersebut, Sri Mulyani menjelaskan kondisi ekonomi makro semester I dan proyeksi asumsi ekonomi makro semester II.
Sri Mulyani memprediksi pertumbuhan ekonomi semester I-2018 sebesar 5,1 persen, sementara pertumbuhan ekonomi semester II akan mencapai 5,3 persen. Sehingga secara tahunan hanya akan mencapai 5,2 persen.
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Apa yang terjadi pada nilai tukar rupiah ketika Indonesia mengalami hiperinflasi di tahun 1963-1965? Di tahun 1963 hingga Soekarno lengser sebagai Presiden tahun 1965, Indonesia mengalami hiperinflasi sebesar 635 persen dengan nilai tukar rupiah saat itu berkisar Rp11 per USD1.
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Apa manfaat utama dari Redenominasi Rupiah untuk mata uang Indonesia? Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, menyatakan manfaat utama dari redenominasi rupiah adalah untuk mempertahankan harkat dan martabat rupiah di antara mata uang negara lain.
-
Apa yang dijelaskan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengenai redenominasi rupiah? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
-
Siapa yang memimpin rencana redenominasi rupiah di Indonesia? Rencana penyederhanaan mata uang telah digulirkan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia (BI) melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 77/PMK.01/2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2020-2024.
"Pertumbuhan ekonomi semester I diperkirakan mencapai 5,1 persen. Semester II capai 5,3 persen dan secara tahunan 5,2 persen. Lebih rendah dibanding target APBN sebesar 5,4 persen," ujarnya di Gedung DPR-MPR, Jakarta, Selasa (17/7).
Selain pertumbuhan ekonomi, inflasi pada semester I-2018 mencapai 3,1 persen sedangkan pada semester II akan mencapai 3,5 persen. Secara tahunan inflasi akan mencapai 3,5 persen. Angka ini sesuai dengan target APBN 2018.
Kondisi ekonomi makro lainnya pada semester I-2018 seperti Rupiah rata-rata mencapai Rp 13.746 per USD. Untuk semester II diperkirakan akan mencapai Rp 14.200 per USD.
"Outlook hingga akhir tahun mencapai Rp 13.973 per USD. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan target APBN sebesar Rp 13.400 per USD," ujar Sri Mulyani.
Semester I suku bunga SPN sebesar 4,3 persen sedangkan pada semester II diprediksi akan naik menjadi 5,6 persen. Sehingga secara tahunan akan mencapai 5,0 persen lebih rendah dibandingkan target APBN sebesar 5,2 persen.
Untuk harga minyak pada semester I-2018, rata rata mencapai USD 67 per barel. "Untuk outlook semester II kami prediksi berada pada angka USD 73 per barel. Sehingga hingga akhir tahun mencapai 70 dolar per barel. Lebih tinggi dari pada terget APBN sebesar 48 dolar per barel," jelasnya.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut menambahkan, lifting minyak dan gas rata rata pada semester I mencapai masing masing 792.000 dan 1.086. "Keseluruhan outlook lifting minyak dan migas berada di bawah target. Masing-masing 800.000 dan 1.200," jelasnya.
(mdk/idr)