Sri Mulyani Buka Suara, Ini Alasan Sebenarnya yang Buat Nilai Tukar Rupiah Melemah
Kondisi ini menyebabkan penguatan mata uang dolar AS terhadap mata uang dunia lainnya hingga Rupiah.
Ini karena investor menilai investasi dolar AS masih menguntungkan di era suku bunga tinggi yang dipertahankan The Fed.
Sri Mulyani Buka Suara, Ini Alasan Sebenarnya yang Buat Nilai Tukar Rupiah Melemah
Sri Mulyani Buka Suara, Ini Alasan Sebenarnya yang Buat Nilai Tukar Rupiah Melemah
Menteri keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati buka suara terkait pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap mata yang dolar Amerika Serikat (AS).
Dia menyebut, pelemahan nilai tukar Rupiah dipicu oleh kebijakan bank sentral AS, The Fed yang bersikeras untuk tidak menurunkan suku bunga acuan.
"Dari global adalah adanya sekarang makin confirm bahwa suku bunga federal rate tidak akan mengalami penurunan sebanyak seperti yang diharapkan market," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual APBN Kita Juni 2024 di Jakarta, Kamis (27/6).
Kondisi ini menyebabkan penguatan mata uang dolar AS terhadap mata uang dunia lainnya hingga Rupiah. Ini karena investor menilai investasi dolar AS masih menguntungkan di era suku bunga tinggi yang dipertahankan The Fed.
"Market dalam hal ini tadinya mengharapkan adanya penurunan (suku bunga) 4 hingga 5 kali pada tahun ini. Namun, ternyata masih mengalami posisi yang stabil di 5,5 dan tidak terjadi tanda-tanda mereka akan segera menurunkan," bebernya.
merdeka.com
Sri Mulyani mencatat, nilai tukar Rupiah mengalami pelemahan hingga ke level Rp16.431 hingga akhir Mei 2024. Nilai tukar Rupiah melemah 6,58 persen sejak awal tahun atau year to date (ytd) terhadap indeks dolar AS.
"Depresiasi dari mata uang mata uang termasuk Rupiah kita mengalami depresiasi 6,58 persen secara ytd," ujarnya.
Meski demikian, Sri Mulyani mengklaim pelemahan nilai tukar Rupiah itu masih lebih baik dibandingkan mata uang negara Brasil. Bahkan, nilai tukar mata uang Garuda juga dianggap lebih perkasa dibandingkan mata uang yen Jepang.
"Dengan beberapa negara emerging yang lain, seperti Brazil depresiasi-nya jauh lebih dalam, atau kalau anda sekarang baru mengikuti Jepang mengalami depresiasi yang sangat dalam," ungkapnya.