Tanda-Tanda Harga BBM Bakal Naik Awal Bulan Depan
Kenaikan harga BBM ditopang kebutuhan akan dolar cukup tinggi untuk impor dan sebagainya.
Kenaikan harga BBM ditopang kebutuhan akan dolar cukup tinggi untuk impor dan sebagainya.
Tanda-Tanda Harga BBM Bakal Naik Awal Bulan Depan
Pengamat Ekonomi Celios Nailul Huda memandang sinyal kenaikan harga BBM per Juli 2024 semakin jelas, setelah sempat ditahan hingga Juni 2024.
Terutama akibat fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), yang pada Rabu (26/6) siang ini tembus hingga Rp 16.428.
Nailul menilai, jika rupiah tidak bisa berbenah di dalam negeri ketika bank sentral Amerika Serikat The Fed masih menerapkan suku bunga acuan tinggi, maka itu akan sangat terdampak pada kebutuhan impor barang vital, khususnya minyak mentah.
"Kebutuhan akan dolar cukup tinggi untuk impor dan sebagainya. Makanya ini yang saya khawatirkan, ketika The Fed masih menetapkan suku bunga tinggi, kita dihadapkan nilai tukar terus melemah. Yang jadi masalah anggaran jebol, anggaran subsidi BBM jebol," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Rabu (26/6).
Sehingga, itu jadi sinyal bagi pemerintah agar tidak lagi menahan laju kenaikan harga BBM bulan depan.
"Makanya tanggal 1 (Juli) besok enggak tahu kita masih menunggu pengumuman akan ada kenaikan harga BBM atau tidak," imbuh Nailul.
Nailul lantas menyoroti asumsi dasar ekonomi makro 2024 yang lagi-lagi tidak mencapai sasaran, khususnya terkait nilai tukar rupiah sebesar Rp15.000 per dolar AS. Seiring waktu berjalan, kurs rupiah hingga kini sudah jauh melampaui proyeksi tersebut.
"Itu kan sudah jauh lebih rendah dibanding yang sekarang kan. Makanya itu bisa jebol untuk subsidi BBM kita. Terutama kita kan net importir," ungkap dia.
Merespon situasi saat ini, ia memperkirakan pemerintah bakal melakukan cek ombak dengan menaikan harga BBM Juli 2024 besok. Meskipun, kebijakan itu juga potensi berdampak buruk terhadap perputaran ekonomi nasional.
"Pemerintah itu kan selalu menciptakan test the water dulu. Tapi saya rasa itu secara anggaran (subsidi BBM) memang cukup berat ketika menghadapi nilai tukar yang melemah terus," kata Nailul.
"Tapi kalau misalkan dinaikan pun itu akan semakin menekan daya beli masyarakat, inflasi akan semakin tinggi. Itu yang berbahaya juga bagi konsumsi domestik kita," pungkas dia.