Sri Mulyani Waspadai Harga Minyak Kian Meroket, Harga BBM Bakal Naik?
Tren kenaikan harga minyak dunia timbulkan kekhawatiran bakal turut berdampak terhadap harga BBM di Tanah Air.
Tren kenaikan harga minyak dunia timbulkan kekhawatiran bakal turut berdampak terhadap harga BBM di Tanah Air.
Sri Mulyani Waspadai Harga Minyak Kian Meroket, Harga BBM Bakal Naik?
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tidak menampik kenaikan harga minyak dunia jadi salah satu perhatian utama pemerintah. Tak hanya menyangkut harga minyak, tapi juga mengenai subsidi kompensasi energi untuk listrik hingga LPG 3 kg.
"Ini akan jadi salah satu tren yang harus kita monitor secara terus menerus. Karena pengaruhnya kepada APBN," ujar Sri Mulyani ketika mengisi International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (ICIOG) ke-4 di Nusa Dua, Bali, Rabu (20/9).
Merdeka.com
Sri Mulyani mengatakan, tren kenaikan harga minyak dunia disebabkan beberapa kondisi salah satunya permintaan yang sangat tinggi sementara di satu sisi Saudi Arabia, Rusia dan negara-negara yang tergabung dalam The Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC), juga menurunkan jumlah produksinya.
Dia menuturkan, kebutuhan energi di Indonesia akan terus meningkat pasca pandemi Covid-19 mereda.
Meski demikian, meningkatnya kebutuhan minyak dan energi di Indonesia juga berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Oleh karenanya, Sri Mulyani terus menghitung bersama dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dan Menteri BUMN Erick Thohir, bagaimana bisa menjaga berbagai objektif tersebut untuk tujuan stabilitas harga, termasuk subsidi BBM tepat sasaran.
"Produksi naik dari sisi upstream-nya, dan juga dari sisi downstream-nya kita akan lebih mentargetkan subsidi supaya lebih tepat sasaran. Itu menjadi salah satu PR yang harus kita lakukan," ujarnya.
Selain itu, dirinya sudah membahas dengan DPR terkait perkembangan kenaikan harga minyak dunia yang sangat tinggi. Di sisi lain, permintaan ternyata masih cukup tinggi. Sehingga pemerintah menganggap itu menjadi tren yang harus dimonitor secara terus menerus.
"Sebab pengaruhnya kepada APBN, baik dari penerimaan pajak maupun dari PNBP. Di sisi lain juga kebutuhan energi di Indonesia dengan pemulihan dan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen pasti akan meningkat terus," tutur Sri Mulyani.
Sebagaimana diketahui, harga minyak naik ke level tertinggi dalam 10 bulan pada hari Selasa sebelum melemah, karena investor mengambil keuntungan setelah tiga sesi kenaikan harga minyak dunia menyusul pengurangan produksi yang berkepanjangan dari Arab Saudi dan Rusia.
Patokan global, minyak mentah berjangka Brent menetap 9 sen lebih rendah pada USD94,34 per barel. Sebelumnya, harga mencapai puncak sesi USD95,96 per barel, tertinggi sejak November.Setelah Brent mencapai USD95 per barel pada hari Selasa, bank investasi UBS mengatakan dalam sebuah catatan bahwa pihaknya mulai mengambil keuntungan.
Namun, para ahli strategi di sana memperkirakan Brent akan diperdagangkan pada kisaran USD90-100 per barel dalam beberapa bulan mendatang, dengan target akhir tahun sebesar USD95 per barel.
Menambah kekhawatiran pasokan, anggota OPEC+ Arab Saudi dan Rusia pada bulan ini memperpanjang pengurangan pasokan gabungan sebesar 1,3 juta barel per hari hingga akhir tahun.
Pemerintah Rusia sedang mempertimbangkan untuk mengenakan bea ekspor pada semua jenis produk minyak sebesar USD 250 per metrik ton – jauh lebih tinggi dari biaya saat ini – mulai 1 Oktober hingga Juni 2024 untuk mengatasi kekurangan bahan bakar, kata sumber kepada Reuters pada hari Selasa.