Sri Mulyani Jelaskan Komponen Buat Ekonomi Indonesia Tumbuh Melambat di Kuartal III-2024
Sri Mulyani menjelaskan, dari sisi komponen, konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 4,91 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan kuartal II-2024.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati angkat bisara terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tercatat sebesar 4,95 persen pada kuartal III tahun 2024. Angka ini diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan menunjukkan perlambatan dibandingkan kuartal sebelumnya.
Sri Mulyani menjelaskan, dari sisi komponen, konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 4,91 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan kuartal II-2024 yang mencapai 4,93 persen. Meskipun demikian, ia menilai pertumbuhan ini masih sejalan dengan pola konsumsi sebelumnya.
- Sri Mulyani soal Ekonomi Deflasi Lima Bulan Berturut-turut: Ini Karena Penurunan Harga Pangan
- Ternyata Ini yang Bikin Pertumbuhan Indonesia Masih Bergerak Positif Meski Ekonomi Global Lesu
- Ada Pilkada Serentak, Sri Mulyani Yakin Ekonomi Indonesia Tumbuh di Atas 5 Persen
- Sri Mulyani Pede Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,2 Persen di 2024
"Untuk konsumsi rumah tangga 4,91 ini masih comparable dengan situasi kuartal II-2024," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, Jakarta, Jumat (8/11).
Sementara itu, pertumbuhan investasi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) menunjukkan perbaikan signifikan dengan pertumbuhan sebesar 5,15 persen, naik dari 4,43 persen pada kuartal sebelumnya.
Menurutnya, kombinasi konsumsi rumah tangga dan investasi menyumbang lebih dari 80 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
“Untuk dua ini konsumsi rumah tangga dan PMTB sudah menjelaskan lebih dari 80 persen dari GDP kita Jadi kalau kita lihat underlyingnya kita masih kuat," jelasnya.
Konsumsi pemerintah juga tumbuh cukup tinggi sebesar 4,62 persen, sementara ekspor mencatat pertumbuhan positif sebesar 9,09 persen. Sri Mulyani menilai hal ini konsisten dengan peningkatan belanja pemerintah pusat yang mencapai 14 persen.
“Ini konsisten dengan tadi saya sampaikan belanja pemerintah pusat tumbuhnya tadi 14 persen. Itu berarti sesuatu yang cukup positif hampir konsisten," terangnya.
Namun, Bendahara Negara itu mengingatkan agar tetap mewaspadai laju impor yang tumbuh 11,47 persen.
"karena kalau ekspor minus impor dalam hal ini impornya adalah 20 persen terhadap GDP kita tapi itu faktor negatif. Tentu kita perlu untuk menjaga terutama nanti untuk trade account kita,” tambahnya.
Selain itu, dari sisi produksi, sektor manufaktur tumbuh 4,72 persen, lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yang hanya 3,95 persen.
Namun, sektor pertanian mencatat pertumbuhan yang relatif rendah sebesar 1,69 persen, turun dari 3,25 persen pada kuartal sebelumnya. Ia berharap sektor pertanian dapat tumbuh lebih baik pada kuartal IV, seiring dengan musim panen.
Sektor perdagangan mencatat pertumbuhan 4,82 persen, sementara sektor konstruksi tumbuh cukup kuat di level 7,48 persen. Pertambangan juga mengalami pemulihan dengan pertumbuhan 3,46 persen.
Di sisi lain, sektor transportasi tumbuh 8,64 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya.
“Namun nanti menjelang kuartal keempat biasanya akhir tahun kegiatan dari mobilitas masyarakat akan meningkat lagi,” katanya.
Sektor Informasi dan Komunikasi
Sektor informasi dan komunikasi (infokom) tumbuh 6,86 persen, lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 7,66 persen. Jasa keuangan mencatat pertumbuhan 5,49 persen, sedangkan sektor akomodasi dan makanan-minuman tumbuh 8,33 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan kuartal II-2024.
Ani sapaan akrabnya juga membandingkan tren pertumbuhan ekonomi dengan kondisi beberapa tahun terakhir, termasuk dampak pandemi Covid-19 pada 2020.
“Dan kita lihat kalau kita lihat consumption rumah tangga di 4,9 persen itu masih lebih baik dibandingkan kondisi satu tahun di 2023 yang 4,8 persen,” katanya.
Dia melanjutkan, untuk ekspor tumbuh 6,2 persen, jauh lebih baik dibandingkan tahun lalu yang hanya tumbuh 1,3 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Meski headline pertumbuhan ekonomi kuartal III tercatat 4,95 persen, Sri Mulyani menilai jika dibulatkan, angkanya masih mendekati 5 persen.
Pemerintah akan tetap waspada terhadap berbagai indikator, termasuk inflasi, pengangguran, dan kemiskinan, untuk menjaga stabilitas ekonomi.
“Dan kita tentu akan terus menjaga agar kebijakan pemerintah tetap bisa mendukung perbaikan dari kinerja perekonomian kita,” pungkasnya.