Strategi Kadin Jadikan Krisis Akibat Pandemi Sebagai Momentum Penguatan Sektor Pangan
Kata Franky, beberapa upaya untuk mendorong penguatan sektor pangan nasional di antaranya melalui pemberian pendampingan kepada para petani. Selain itu, pemerintah juga dinilai perlu memanfaatkan skema Inclusive Closed Loop yang selain mampu meningkatkan produksi komoditas pangan.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Nasional Indonesia (Kadin) bidang Agrbisnis, Pangan dan Kehutanan, Franky O. Widjaja menjadikan krisis akibat pandemi Covid-19 sebagai momentum penguatan sektor pangan. Ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui peningkatan ekspor sekaligus berupaya mengurangi ketergantungan pada produk pangan impor.
"Pandemi Covid-19 ibarat dua sisi koin yang berbeda. Di satu sisi, hampir seluruh sektor industri mengalami perlambatan, namun pada sisi yang lain, sektor pertanian justru tumbuh di atas 2 persen," ujarnya dalam webinar bertajuk Covid-19 dan Percepatan Pemulihan Ekonomi 2021, Rabu (27/1).
-
Kapan Awaloedin Djamin meninggal? Awaloedin Djamin meninggal dunia pada usia 91 tahun, tepatnya pada Kamis, 31 Januari 2019 pukul 14.55 WIB.
-
Kapan Wibowo Wirjodiprodjo meninggal? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Kapan Alimin bin Prawirodirjo lahir? Lahir di Surakarta, Jawa Tengah pada tahun 1889, pria yang kerap disapa Alimin ini terlahir dari kalangan keluarga miskin.
-
Kapan Dava meninggal? Meninggal Dunia, 8 Foto Dava MCI di MasterChef Indonesia Season 7 Yang Tinggal Kenangan Dava, mantan peserta MasterChef Indonesia musim 7, telah pergi dengan usia yang masih muda, hanya 24 tahun.
-
Kapan Atang Sendjaja meninggal? Pada 29 Juli di tahun itu menjadi hari duka bagi AURI.
Kata Franky, beberapa upaya untuk mendorong penguatan sektor pangan nasional di antaranya melalui pemberian pendampingan kepada para petani. Selain itu, pemerintah juga dinilai perlu memanfaatkan skema Inclusive Closed Loop yang selain mampu meningkatkan produksi komoditas pangan secara berkelanjutan, juga sekaligus meningkatkan kesejahteraan para petani, serta mengurangi pelepasan emisi.
"Bentuknya berupa pelatihan praktik pertanian terbaik, penyediaan akses pada bibit unggul dan pupuk, dukungan pendanaan, pendidikan literasi keuangan, dukungan teknologi tepat guna, berikut jaminan pembelian produk (offtaker) oleh perusahaan yang memberikan pendampingan tadi," terangnya.
Selain itu, dilatarbelakangi meningkatnya jumlah kemiskinan akibat pandemi, Kadin mengusulkan adanya Public-Private Partnership (PPP) bersama pemerintah untuk mempercepat pengentasan kemiskinan. "Kami telah telah mempelajari modul pengentasan kemiskinan yang berhasil diterapkan beberapa negara yang memiliki kesamaan demografi dengan Indonesia seperti Jepang, China dan Korea Selatan," ucapnya.
Dari sana, kalangan pelaku usaha akan membuat pusat pelatihan di Jakarta dan sekitarnya, berikut menghadirkan para pelatih dari negara tersebut (train the trainers). Para Gubernur dan Bupati dapat menugaskan tenaga penyuluh untuk mempelajari modul tersebut, agar masing-masing dapat merancang pelatihan yang sesuai bagi daerah asalnya. Modul yang dirasa cocok, penerapannya dilakukan bekerja sama dengan perusahaan di sana, melalui implementasi program dalam radius tiga kilometer dari wilayah operasinya.
Gunakan 2 Persen Keuntungan
Menurut Franky, perusahaan yang terlibat juga mendedikasikan hingga 2 persen dari keuntungan mereka guna mendukung program ini. Kemudian, pemerintah dapat memberikan relaksasi melalui insentif perpajakan bagi perusahaan tersebut, yang alokasinya diaudit secara terbuka.
Walhasil, riset IMF maupun McKinsey & PwC yang menyebutkan bahwa perekonomian Indonesia bisa menduduki peringkat ke 7 dunia tahun 2030 bisa terwujud. Franky mencontohkan PPP pada sektor agribisnis, pangan dan industri pengolahannya yang mampu membina 1 juta petani di tahun 2020, sehingga pada masa pandemi berhasil meningkatkan produktivitas, dan ke depan sangat berpotensi berkontribusi USD 1 triliun.
"Kami mengharapkan semua yang hadir berkenan mengkaji masukan ini lebih mendalam agar pemulihan ekonomi Indonesia dapat lebih cepat terlaksana," tandasnya.
(mdk/idr)