Studi: Revolusi industri keempat, 5 juta pekerjaan bakal lenyap 2020
Diungkap World Economic Forum dalam studi terbaru bertajuk "The Future of Jobs"
Revolusi industri keempat tak hanya akan mengacaukan model bisnis, tetapi juga pasar tenaga kerja dalam lima tahun ke depan. Adapun revolusi keempat dimulai sejak awal 2000 didorong oleh perkembangan pesat teknologi di berbagai bidang. Diantaranya, robotik, nanoteknologi, percetakan tiga dimensi, genetika dan bioteknologi.
Demikian hasil studi bertajuk "The Future of Jobs" dirilisWorld Economic Forumdi Jenewa, Swiss, kemarin.
-
Apa saja contoh kerja sama di bidang ekonomi antara Indonesia dan Malaysia? Dalam bidang ekonomi, perdagangan, dan investasi, Malaysia merupakan partner perdagangan terbesar kedua Indonesia, dengan jumlah investasi ke-5 di tahun 2022 di ASEAN.
-
Apa saja jenis pekerjaan di bidang kesehatan yang dibutuhkan di Indonesia? Mengenal nama-nama pekerjaan dalam Bahasa Inggris memang perlu untuk diketahui. Seiring perkembangan zaman, penggunaan Bahasa Inggris pun kian meningkat pesat. Kini banyak orang-orang yang sudah menguasai Bahasa Inggris. Tidak bisa dipungkiri, semakin hari, kemampuan berbicara Bahasa Inggris kian diperlukan.
-
Mengapa kerja sama ekonomi Indonesia dan Kanada dipercepat? Lebih penting lagi, bagi Indonesia, kerja sama ekonomi tersebut dipercepat dengan landasan aturan dan arahan Presiden.
-
Bagaimana Inul Daratista memandang pekerjaannya? "Pekerjaan akan menjadi ringan jika kita menikmatinya" bukan sekadar omong kosong bagi Inul Daratista. Istri Adam Suseno ini memang dikenal sangat mencintai pekerjaannya.
-
Di mana kerja sama ini ditandatangani? Penandatangan MoU dilakukan oleh Direktur Utama PT Indonesia Comnets Plus, Ari Rahmat Indra Cahyadi dengan Direktur Utama PT Alita Praya Mitra, Teguh Prasetya, disaksikan oleh Nokia Asia Paific Enterprise Lead, Stuart Hendry di Mobile World Congress, Barcelona, hari ini.
-
Kapan kerja keras akan terbayar? "Kerja keras terbayar jika kamu cukup sabar untuk menyelesaikannya."
Laporan itu dibuat berdasarkan survei terhadap kepala sumber daya manusia dan petinggi perusahaan tersebar di sembilan industri dan 15 negara dengan perekonomian terbesar. Total, kelima belas ekonomi besar itu menghimpun sekitar 65 persen angkatan kerja global.
Inti laporan menyebut, sebanyak 7,1 juta pekerjaan bakal hilang lantaran sudah tak dibutuhkan lagi pada 2020. Untungnya, masih akan bermunculan sekitar 2,1 juta pekerjaan baru dibidang komputer, matematika, arsitektur, dan teknik.
Sehingga, hanya sekitar 5 juta pekerjaan benar-benar hilang atau tanpa kompensasi.
"Tanpa aksi urgen untuk mengelola transisi jangka pendek dan membangun angkatan kerja dengan skill sesuai masa depan, banyak pemerintahan bakal menghadapi pertumbuhan pengangguran, dan penyusutan bisnis berbasis konsumsi," kata Klaus Schwab, Founder dan Executive Chairman World Economic Forum.
Lebih lanjut, laporan itu juga mengungkap dari jutaan pekerjaan bakal hilang tersebut, sebanyak 52 persen dilakoni pria. Sisanya, 48 persen wanita.
Di sisi lain, ini menunjukkan bahwa pria masih mendominasi pasar tenaga kerja global. Dengan kata lain masih ada bias gender yang lebar dalam dunia kerja.
Dimana wanita kehilangan lima pekerjaan dari setiap pekerjaan didapat. Bandingkan dengan pria yang hanya kehilangan tiga dari setiap pekerjaan didapat. Jumlah wanita bekerja di bidang prospektif semacam teknologi, sains, dan teknik juga rendah.
(mdk/yud)