Mengenal Teori U untuk Hadapi Ketidapastian di Era Revolusi Industri 4.0, Begini Penjelasannya
Teori U telah lama menjadi landasan program-program UID, di mana pihaknya mendorong kesadaran diri mendalam dan transformasi kolektif.
Dalam era yang penuh ketidakpastian, masyarakat membutuhkan pendekatan baru untuk mengatasi tantangan kompleks. Teori U, sebuah metode yang mengajak masyarakat melihat masalah dari perspektif yang lebih dalam dan menawarkan solusi yang komprehensif.
Yayasan Upaya Indonesia Damai atau dikenal United In Diversity Foundation (UID) di Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI), para peserta diajak untuk mendalami lebih jauh tentang potensi transformatif Teori U.
Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI), Ace Hasan Syadzili mengapresiasi peran UID dalam mempersiapkan kepemimpinan nasional menghadapi era revolusi industri 4.0 melalui pendekatan Teori U.
"Teori U sangat relevan dalam menghadapi tantangan global saat ini karena menekankan pentingnya membuka hati dan pikiran untuk beradaptasi di tengah perubahan cepat, serta mendorong kepemimpinan inovatif dan kolaboratif guna mencapai tujuan bersama," ujarnya di Jakarta, Sabtu (30/11).
Presiden UID, Tantowi Yahya mengatakan, Teori U telah lama menjadi landasan program-program UID, di mana pihaknya mendorong kesadaran diri mendalam dan transformasi kolektif untuk mengatasi akar tantangan.
"Saya berharap acara ini dapat menginspirasi dan menjadi katalis dalam perjalanan kita bersama menuju masa depan yang lebih berkeadilan dan berkelanjutan," tambahnya.
Otto Scharmer, pencetus Teori U memaparkan tiga transformasi kunci dalam pendekatan Teori U. Pertama yaitu dari berpikir silo ke berpikir sistemik. Menghubungkan upaya-upaya terpisah menjadi pendekatan yang lebih sistemik.
Kedua dari "saya" ke "kita" yaitu Membangun kesadaran kolektif untuk bertindak sebagai bagian dari komunitas yang lebih besar.
Selanjutnya yang ketiga dari reaktif ke ko-kreatif yaitu beralih dari sekadar merespons masalah menjadi menciptakan solusi secara kolaboratif.
Hubungan Mendalam dan Bermakna
Otto menekankan bahwa untuk mencapai tujuan seperti penyembuhan sosial dan regenerasi, diperlukan penumbuhan tanah atau ladang sosial yang subur, yakni kualitas hubungan yang mendalam dan bermakna.
Ia juga menyoroti pentingnya infrastruktur pembelajaran dan kepemimpinan dengan menyelaraskan perhatian (attention), niat (intention), dan keberdayaan (agency) baik secara individu maupun kolektif.
Otto mengingatkan pentingnya menghadapi tantangan dengan kerendahan hati, ketenangan, dan keseimbangan batin, bahkan di tengah ketidakpastian.
"Inilah saatnya tanah atau ladang sosial—pondasi hubungan yang telah kita bangun—benar-benar memberikan dampak," ujarnya.
Otto juga menekankan nilai hidup sepenuhnya dan menciptakan dampak yang berarti.
"Hidup itu terbatas, tetapi menawarkan kemungkinan tak terbatas. Kini saatnya hadir dan membuat perubahan,” tutupnya.