Subholding Gas Pertamina Garap Bisnis Biometana, Olah Limbah Sawit Jadi EBT
Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN, Heru Setiawan mengatakan, pengembangan biometana tersebut sejalan target pemerintah dan komitmen BUMN dalam mengurangi emisi karbon guna mencapai net zero emission pada 2060.
Subholding Gas PT Pertamina (Persero), PT PGN Tbk siap mengembangkan bisnis biometana sebagai salah satu program dekarbonisasi khususnya dengan memanfaatkan limbah cair minyak kelapa sawit menjadi energi baru dan terbarukan (EBT).
Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN, Heru Setiawan mengatakan, pengembangan biometana tersebut sejalan target pemerintah dan komitmen BUMN dalam mengurangi emisi karbon guna mencapai net zero emission pada 2060.
-
Bagaimana Pertamina ingin membangun energi berkelanjutan? Dalam mewujudkan NZE 2060, imbuh Nicke, strategi Pertamina yang paling utama adalah bagaimana kita membangun atau memiliki sustainable energy. Sustainable artinya adalah semua material dan bahan bakunya dimiliki Indonesia, suplainya harus ada dan kemudian kita memiliki kemampuan untuk mengolahnya menjadi energi yang lebih baik.
-
Apa yang akan dikembangkan Pertamina dari bahan bakar berbasis bioenergi? Pertamina akan memanfaatkan bahan bakar nabati seperti tebu, jagung, singkong dan sorgum untuk mengembangkan bioenergi.
-
Bagaimana Pertamina memastikan kesiapan energi jelang Tahun Baru 2024? Dalam rangka memastikan kesiapan energi jelang libur Tahun Baru 2024, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji meninjau Pertamina Integrated Enterprise Data and Command Center (PIEDCC) di Grha Pertamina, Jumat (29/12). Pada kunjungan ini, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menjelaskan secara real-time kesiapan Pertamina dalam menyediakan energi, mulai dari stabilitas produksi blok hulu migas, keandalan kilang-kilang pengolahan, hingga proses distribusi energi terutama BBM dan LPG ke masyarakat di Indonesia.
-
Di mana Pertamina menemukan cadangan minyak dan gas bumi baru? Di tahun 2022, Pertamina berhasil menemukan cadangan minyak dan gas bumi baru di Blok Mahakam puluhan miliar kaki kubik gas dan jutaan barel minyak.
-
Kenapa Pertamina terus mendorong transisi energi? Setelah semua negara berkomitmen terhadap penurunan karbon emisi menuju net zero emission, ada optimisme, ada kegamangan, ada kekhawatiran. Namun ini semua tidak menyurutkan langkah kita untuk terus melaksanakan energi transisi seperti yang disepakati bersama,” ungkap Nicke saat acara Pertamina Energy Forum 2023 di Ballroom Grha Pertamina (18/12).
-
Bagaimana Pertamina mengadopsi transisi energi? Pertamina mencoba mengadopsi transisi energi secara bertahap. Di satu sisi, Pertamina menjaga ketahanan energi melalui penguatan bisnis minyak dan gas. Di sisi lain, juga meningkatkan pengembangan bisnis rendah karbon untuk memenuhi target net zero emission pada 2060.
"PGN terbuka untuk bermitra dengan berbagai pihak untuk kolaborasi dalam bisnis biomethane," katanya dalam SOE International Conference G20 di Nusa Dua, Badung, Bali, Senin (17/10).
Konferensi internasional tersebut menjadi ajang positif PGN meraih kesempatan, kepercayaan dunia, dan kerja sama strategis atas transformasinya dalam mengembangkan energi baru yang berkelanjutan. Menurut Heru, salah satu hasil pengolahan limbah cair pabrik minyak kelapa sawit atau palm oil mill effluent (POME) adalah dapat diolah menjadi biometana.
Di Indonesia, sebanyak 187,5 juta ton buah sawit mentah dapat menghasilkan 45 juta ton CPO dan 109,3 juta ton POME, yang dapat melepaskan metana ke atmosfer setara 36 juta ton CO2e.
"Potensi POME diusulkan untuk diolah menjadi biomethane yang pemanfaatannya dapat disandingkan dengan gas bumi. Biomethane dapat menjadi opsi EBT untuk menggantikan bahan bakar minyak dari fosil. Pengolahan POME membantu mengatasi permasalahan lingkungan, karena limbah cairnya dapat membahayakan lingkungan, jika tidak diolah dan dimanfaatkan dengan tepat," jelas Heru.
Dia juga mengatakan, total potensi biometana di Indonesia sebesar 195 MMSCFD yang meliputi Riau, Kalteng, Sumut, Kalbar, dan Sumsel. Sementara, ada beberapa pabrik kelapa sawit di jalur pipa gas PGN Group di Sumatera yakni Aceh, Sumut, Riau, Kepri, Jambi, Sumsel, dan Lampung.
"Infrastruktur gas bumi PGN Group yang sudah ada siap digunakan untuk pemanfaatan biomethane, sehingga investasi tambahan tidak diperlukan untuk pengembangan infrastruktur baru," lanjut Heru.
Potensi Penggunaan Akhir
Dengan karakteristik setara gas bumi, biometana memiliki berbagai potensi penggunaan akhir yang juga mirip gas seperti bahan bakar kendaraan, generator listrik, dan pemanas. Selain juga, biometana memiliki emisi karbon yang rendah.
Menurut Heru, biometana menarik untuk investasi dalam jangka panjang ke depan. Apalagi, saat ini, banyak industri dunia fokus pada investasi bersih berbasis hijau.
Dengan pemanfaatan biometana, investor akan mendapatkan kredit karbon pengurangan gas rumah kaca dan biosertifikat green house gas reduction atas konversi bahan bakar dari fosil ke biometana.
Dia melanjutkan pemerintah, sudah menggencarkan berbagai program energi bersih khususnya pada masa transisi menuju energi terbarukan.
Sesuai Paris Agreement 2016, pemerintah menargetkan penurunan emisi 29-41 persen pada 2030 dengan sumber energinya menggunakan 23 persen energi terbarukan pada 2025 dan 31 persen pada 2050.
“Biomethane merupakan produk energi bersih berbasis bio, sehingga dapat mencegah emisi. Bahan baku untuk menghasilkan biomethane juga berkelanjutan dan melimpah, sehingga dapat dimanfaatkan dalam jangka panjang," terang Heru.
Sebagai bagian Holding Migas Pertamina, PGN proaktif dalam perluasan biometana agar berkontribusi pada Nationally Determined Contribution (NDC) dan desentralisasi bahan bakar dual fuel yang mengarah pada sistem energi yang stabil dan andal di Indonesia.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)