Survei: Pengeluaran Rumah Tangga Naik 7 Persen Hingga April 2021
Survei yang dilakukan NielsenIQ menunjukkan pengeluaran rumah tangga masyarakat hingga April 2021 mengalami peningkatan hingga 7 persen. Peningkatan ini dorong tingkat keyakinan konsumen yang meningkat dibandingkan tahun lalu.
Survei yang dilakukan NielsenIQ menunjukkan pengeluaran rumah tangga masyarakat hingga April 2021 mengalami peningkatan hingga 7 persen. Peningkatan ini dorong tingkat keyakinan konsumen yang meningkat dibandingkan tahun lalu.
"Tingkat keyakinan konsumen Indonesia meningkat seiring dengan makin menguatnya pengeluaran rumah tangga yang membaik dibandingkan tahun lalu," kata Senior Manager, Consumer Intelligence NielsenIQ, Nansita Basuki dalam konferensi pers, Jakarta, Rabu (23/6).
-
Kapan Suswono menyampaikan bahwa daya beli warga Jakarta menurun? "Yang justru dikeluhkan oleh para pedagang ini adalah kehadiran pembeli ya, kehadiran pembeli ini relatif berkurang ya dari pengakuan para pedagang. Karena apa, nah ini yang kita pasti perlu cari akar masalahnya. Boleh jadi memang dari survei masyarakat Jakarta ini termasuk daya belinya yang turun," sambungnya.
-
Apa yang dijual warga Baduy saat jalan kaki ke Jakarta? Warga adat Baduy di wilayah Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten, memiliki tradisi menjual madu hutan ke luar daerah dengan berjalan kaki.
-
Kapan harga bahan pangan di Jakarta terpantau naik? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Apa yang Indah Permatasari beli di pasar? Selain membeli ikan dan ayam, ia juga membeli berbagai jenis sayuran dan bahan makanan lainnya.
-
Mengapa orang-orang membayangkan Jakarta dipenuhi salju? Cuaca panas yang belakangan terjadi di Jakarta membuat sebagian warga berandai-andai seandainya Jakarta ada musim salju. Tak cuma itu rasa penasaran juga hinggap bagaimana penampakan Jakarta jika turun salju.
-
Mengapa harga beras di Jakarta naik? Harga beras kualitas premium mengalami kenaikan menjadi Rp16.700 per kilogram dari kemarin Rp16.570.
Peningkatan konsumsi masyarakat terpantau mengalami peningkatan di hampir semua segmen. Terutama pada segmen leisure yang terdiri dari rekreasi, fesyen dan hiburan. Kategori ini meningkat menjadi 13 persen dari tahun lalu yang hanya tumbuh 10 persen.
"Ketiga komponen ini menguat karena tahun lalu masyarakat menahan diri untuk tidak mengeluarkan dana karena ada kebijakan pembatasan sosial," kata Sita, sapaannya.
Lebih lanjut Sita menjelaskan, peningkatan segmen leisure sejalan dengan makin masifnya pemerintah melakukan program vaksinasi. Sehingga menciptakan kepercayaan masyarakat untuk memulai kembali berbagai aktivitas yang selama ini tidak dilakukan karena pandemi Covid-19.
"Kenaikan ini berhubungan dengan program vaksinasi dengan mobilitas yang membaik dibanding tahun lalu," kata dia.
Selain itu, kategori Barang Konsumen yang Bergerak Cepat atau Fast Moving Consumer Goods (FMCG) tetap dipertahankan rumah tangga. Sebab produk kategori FMCG seperti makanan-minuman, peralatan mandi, kosmetik, obat-obatan dan lainnya masih dipertahankan masyarakat. Hanya menurun 1 persen dibandingkan tahun lalu dalam periode yang sama.
"FMCG ini pengeluaran yang tetap dipertahankan karena semua orang butuh makan," kata dia.
Begitu juga dengan pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan komunikasi. Konsumsi internet di luar telepon masih tetap sama yakni tumbuh 5 persen karena berbagai aktivitas seperti sekolah dan bekerja masih dilakukan secara online dari rumah. "Segmen ini tetap dipertahankan dalam pengeluaran rumah tangga," kata dia.
Untuk itu dia menilai secara umum persepsi masyarakat terhadap kondisi perekonomian semakin membaik. Jauh lebih baik dibandingkan dengan bulan Mei tahun lalu. Terlebih berdasarkan data pemerintah, sampai kuartal pertama tahun 2021 perekonomian nasional semakin membaik. Inflasi tetap terjaga dan GDP juga mulai menunjukkan perbaikan.
Pergerakan ini dipengaruhi konsumsi domestik yang semakin membaik dan investasi yang makin stabil. Sehingga dari berbagai indikator tersebut Indonesia makin optimis untuk masuk ke fase pemulihan. "Dari indikator tadi, Indonesia makin optimis," tandasnya.
(mdk/azz)