Tahun 2030, India Bakal Kebanjiran SDM Ahli Teknologi
Semakin banyak perusahaan teknologi peluang pekerja gig akan terus tumbuh.
Semakin banyak perusahaan teknologi peluang pekerja gig akan terus tumbuh.
Tahun 2030, India Bakal Kebanjiran SDM Ahli Teknologi
India akan dibanjiri 23,5 juta pekerja berbasis teknologi pada tahun 2030, atau naik 7 juta jika dihitung sejak tahun 2021.
Menurut laporan Nasscom Aon, angka ini muncul seiring permintaan kerja secara jarak jauh (remote) mengalami tren meningkat setiap tahunnya. Sementara pemerintah cukup jeli melihat peluang tersebut.
Melansir The India Times, gig economy bahkan menjadi jembatan bagi industri di India untuk menjembatani kesenjangan antara sumber daya manusia bertalenta dengan permintaan berbasis teknologi.
Dengan demikian, pekerja gig akan mencapai 4,1 persen dari total angkatan kerja di India pada tahun 2029-2030 dibandingkan dengan 1,5 persen pada tahun 2021-2022.
Nantinya, pekerja gig dibayar mulai dari USD5 per jam atau setara Rp82.000 untuk pekerjaan dasar.
Sementara insinyur tingkat menengah, spesialis teknik cepat, dan insinyur AI senior masing-masing dapat memperoleh penghasilan mulai dari USD15-USD400 per jam atau setara Rp245.000-Rp6,5 juta, tergantung pada kompleksitas program.
Besarnya gig economy global diperkirakan menghasilkan volume kotor sebesar USD455 miliar pada tahun 2023, naik dari USD368 miliar pada tahun 2021.
Implementasi economy gig dipercepat pandemi Covid-19 yang telah mengubah lanskap talenta.
Gig economy juga mengaburkan batasan, dan memungkinkan perusahaan memanfaatkan kumpulan sumber daya terbaik.
Portal pekerjaan foundit.com melaporkan bahwa pekerjaan yang berhubungan dengan teknologi informasi kini menguasai 30 persen pasar kerja, naik 12 persen pada akhir bulan Maret.
Pengembangan perangkat lunak, analisis data, dan desain UI/UI adalah keterampilan yang paling dicari di dunia teknologi saat ini.
Manpower Group, sebuah perusahaan penyalur tenaga kerja, telah mengamati peningkatan permintaan untuk pekerjaan gig IT sebesar 10 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Presiden Experis, anak perusahaan Manpower Group, Sanju Ballurkar, mengatakan, gig kini diterima dari sudut pandang pelanggan karena merupakan cara yang lebih efisien bagi perusahaan non-teknologi untuk menyelesaikan pekerjaan teknologi tanpa berinvestasi secara penuh.
"Perusahaan farmasi, perusahaan minyak dan gas, dan perusahaan teknologi adalah pengguna utama pekerja gig untuk mempercepat peta jalan teknologi mereka," kata Sanju.
Troogue.ai, sebuah platform kerja bidang teknologi, mengatakan 85 persen proyek di platform mereka dialihdayakan oleh GCC yang mencari pekerja teknologi atau kontraktor.
Ketika perusahaan berbasis teknologi mengurangi biaya, diperkirakan akan ada lebih banyak peluang untuk melakukan pekerjaan gig.
Pekerjaan gig terutama tersedia bagi mereka yang memiliki keahlian khusus di bidang cloud, data, dan keamanan siber, di mana perusahaan memerlukan keahlian untuk mengerjakan strategi cloud hybrid yang terikat oleh tata kelola data.