Tak ada sektor penunjang, masa depan mobil listrik suram
Tak adanya penunjang industri ini membuat Indonesia akan terus bergantung pada impor.
Menteri Perindustrian MS Hidayat menegaskan realisasi proyek pengembangan mobil listrik masih jauh api dari panggang. Belum adanya sektor penunjang, menurut Hidayat, jadi kendala utama.
"Tentu harus ada persiapan infrastrukturnya, kita harus punya industri yang mampu memproduksi baterainya, percuma juga kalau kita impor. Karena kebutuhan akan baterai menjadi utama," ujar Hidayat usai Rapat Kerja dengan Komisi VI di Gedung DPR/MPR, Jakarta Pusat, Senin (9/6).
Hidayat menambahkan, walau sulit, saat ini pengembangan mobil listrik terus coba dilakukan. "Itu sudah ditangani di riset teknologi, ada roadmapnya. Katanya baru siap secara teknologi semua pada 2017," tuturnya.
Terkait pemberian insentif, Hidayat belum bisa memastikan rinciannya lantaran harus didahului oleh penyusunan payung hukum dari program tersebut. "Karena sekarang untuk mobil listrik itu belum ada regulasinya. Kita bikin seringannya," ucapnya.
Hidayat berharap ada produsen lokal mengembangkan mobil jenis ini. "Ini mesti bertahap juga, karena mesti mengacu kepada negara-negara yang sudah bisa mempraktikan itu secara sukses seperti apa. Mungkin dimulai penggunaan itu (mobil listrik) dalam jarak dekat, dalam suatu lingkungan," pungkasnya.