Terbebani Bunga Tinggi, Target Penyaluran Kredit UMKM 30 Persen Sulit Tercapai
Target penyaluran kredit perbankan UMKM hingga 30 persen sulit tercapai karena berbagai faktor. Sebab, ekspansi bisnis UMKM kini tengah melemah.
Kementerian Koperasi dan UKM tak begitu yakin bisa mencapai target Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk penyaluran kredit UMKM oleh perbankan sebesar 30 persen dari keseluruhan kredit pada 2024 bisa tercapai.
Plt Deputi Bidang UKM Kemenkop UKM, Temmy Satya Permana mengatakan, target penyaluran kredit perbankan UMKM hingga 30 persen sulit tercapai karena berbagai faktor. Sebab, ekspansi bisnis UMKM kini tengah melemah.
- Kredit UMKM BRI Tembus Rp1.105,70 triliun Hingga Akhir Triwulan III 2024
- Gubernur BI Optimis Penyaluran Kredit Perbankan Tumbuh 13 Persen di Era Pemerintahan Prabowo
- Bank DKI Raup Laba Bersih 187 Miliar per Maret 2024, Ini Sederet Faktor Penopangnya
- Kredit Perbankan Tumbuh 12 Persen, Bank Indonesia Ungkap Faktor Penopangnya
"Target 30 persen sulit achieve. Pasar memang lagi melemah sekarang. Ekspansi kredit bisa betul-betul dilaksanakan kalau pasar bergairah, betul-betul butuh suplai banyak. Suplainya siap, tapi pasarnya enggak siap terima. Demand-nya berkurang," ujarnya dalam sesi bincang bersama media di Kantor Kemenkop UKM, Jakarta, Kamis (3/10).
Berkaca pada data penyaluran kredit UMKM di 2023 yang hanya 19,6 persen, Temmy menyebut masih ada sejumlah PR yang belum terselesaikan dengan baik. Khususnya terkait pengenaan suku bunga rata-rata untuk kredit non KUR masih terlampau tinggi, di atas 10 persen.
Padahal, kredit UMKM mayoritas dinikmati oleh pelaku usaha skala kecil dan menengah yang bukan pemegang kredit usaha rakyat (KUR).
"Dari 19,6 persen itu, ternyata kredit kecil menengah menempati porsi yang besar, sebesar 53,79 persen. Artinya kalau kita bicara ada Rp1.364 triliun kredit kepada UMKM, lebih dari 50 persen adalah kredit skala kecil dan menengah. Ini tidak ada insentif dari pemerintah," bebernya.
"Kalau mikro, itu ada KUR, PNM dan lain-lain. Sementara kecil dan menengah yang di atas Rp 500 juta itu diserahkan kepada rata-rata industri, kepada suku bunga perbankan normal," kata Temmy.
Terbebani Bunga Kredit Tinggi
Menurut dia, pelaku UMKM skala kecil dan menengah masih terbebani oleh tingginya suku bunga kredit tersebut. Temmy lantas membandingkannya dengan beberapa negara tetangga Indonesia.
"Dari hasil yang disampaikan ke kami dari teman-teman, suku bunga untuk kredit kecil dan menengah masih relatif tinggi di tahun 2021, sebesar 8,59 persen. Sementara negara ASEAN seperti Malaysia 3,45 persen, Singapura 5,42 persen," terangnya
Artinya, dia menambahkan pemerintah perlu melakukan kajian bahwa kredit skala kecil dan menengah bisa diberikan semacam insentif maupun subsidi. Sehingga aksesibilitas penggunaannya bisa lebih tinggi.
"Walaupun jumlahnya hanya sekitar 250.000 pelaku usaha untuk kecil menengah, tapi mereka kita harapkan bisa menjadi pendorong ekspor, termasuk penyerapan tenaga kerja," imbuh dia.
Nada pesimistis terhadap target kredit UMKM 30 persen pun dilontarkan Kementerian PPN/Bappenas, yang memprediksi realisasinya mentok di angka 24 persen. Di sisi lain, Kemenkop UKM masih menunggu realisasi realisasi penyalurannya hingga Desember 2024.
"Mudah-mudahan sih di akhir triwulan tiga ini ada perbaikan yang signifikan ya terhadap kondisi perekonomian kita. Karena biasanya menjelang pelantikan (kabinet Prabowo Subianto) ini pasar masih wait and see," tuturnya.
"Kebijakan 100 hari pertama biasanya yang bisa jadi trigger untuk teman-teman di pelaku ekonomi, baik perbankan maupun pelaku usaha," pungkas Temmy.