Ternyata ini Alasan Gen Z Susah Punya Rumah Sendiri
Alhasil mereka merasa membeli rumah adalah hal yang paling sulit.
Alhasil mereka merasa membeli rumah adalah hal yang paling sulit.
Ternyata ini Alasan Gen Z Susah Punya Rumah Sendiri
Ternyata ini Alasan Gen Z Susah Punya Rumah Sendiri
Kementerian Keuangan mengungkapkan generasi muda sekarang atau Gen Z masih kesulitan untuk membeli rumah hunian. Ini terjadi karena biaya hidup yang mahal, namun pendapatan penghasilannya tak seimbang.
Alhasil mereka merasa membeli rumah adalah hal yang paling sulit.
"Milenial ke depan itu homeless, karena gaji yang diterima dan cicilan itu agak sulit," ujar Sekretaris Jenderal, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kementerian Keuangan, Dedy Syarif Usman dalam Media Briefing DJKN di Jakarta, Kamis (31/8).
- Generasi Milenial dan Gen Z Sepakat Uang Bisa Membeli Kebahagiaan
- Ibu Erni Nangis Sambil Cium Tangan Jenderal TNI, Rumahnya Dulu Beratap Rumbia Kini 'Disulap' Para Tentara
- Penampakan Rumah Baru Aldi Taher yang Mewah dan Ada Kolam Renang tapi Masih Minim Perabotan
- Atta Halilintar Melongo Melihat Rumah Mewah Aldi Taher, di Dalamnya Luas dan Ada Kolam Renangnya
Dedy bilang, generasi milenial lebih senang menyewa hunian rumah dibandingkan memiliki rumah sendiri.
"Anak muda sekarang lebih senang sewa daripada beli rumah," imbuhnya.
merdeka.com
Dedi menuturkan, sebenarnya pemerintah telah memberikan berbagai bantuan untuk masyarakat.
Khususnya masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) agar mereka dapat memiliki rumah layak huni.
Adapun bantuan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat antara lain pertama, pemerintah memberikan insentif perpajakan berupa pembebasan PPN dan PPh untuk rumah sederhana dan sangat sederhana dan rumah pertama MBR.
Kedua, Subsidi Bantuan Uang Muka atau SBUM. Program ini merupakan komplemen program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dan SSB (Subsidi Selisih Bunga).
"Besaran SBUM Rp 4 juta, dan khusus Papua dan Papua Barat Rp 10 juta," kata dia.
Ketiga FLPP dan Bantuan pembiayaan perumahan berbasis tabungan (BP2BT).
"Kalau bantuan FLPP ini untuk masyarakat berpenghasilan rendah yaitu Rp 8 juta ke bawah dengan suku bunga fix 5 persen sampai dengan tenor 20 tahun," ucap Dedi.
Kelima, SSB yakni program untuk kepemilikan rumah tapak dan sarusun dengan suku bunga MBR 5 persen dan pemerintah menanggung selisih bunganya.
Keenam, bantuan stimulan perumahan swadaya (BSPS)/
Program ini merupakan bantuan stimulan sebesar Rp17,5 juta hingga Rp35 juta untuk membangun atau renovasi rumah. Penerima manfaat program ini diutamakan bagi yang telah memiliki keswadayaan.
"Terakhir ada bantuan rumah susun dan rumah khusus. Sebenarnya sudah banyak program pemerintah untuk membantu mengatasi backlog perumahan," tambah dia.