Ternyata Tak Mudah Bangun Pembangkit Nuklir di Indonesia, Ini Dia Sejumlah Hambatannya
Fokus pemerintah dalam percepatan transisi energi Indonesia masih mengarah pada pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Pembangunan PLTN di Indonesia masih mempertimbangkan kesiapan sejumlah hal. Pertama, saat ini, kebutuhan transisi energi di Indonesia masih mengutamakan sumber alternatif selain nuklir.
Ternyata Tak Mudah Bangun Pembangkit Nuklir di Indonesia, Ini Dia Sejumlah Hambatannya
Ternyata Tak Mudah Bangun Pembangkit Nuklir di Indonesia, Ini Dia Sejumlah Hambatannya
- Mendukung Strategi Pemerintah Kurangi Polusi Jakarta dan Mempercepat Transisi ke Energi Terbarukan
- Indonesia Bakal Punya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di 2033
- Dukung Transisi Energi, PLN Indonesia Power Kebut Pembangunan PLTS 500 MW dari Proyek Hijaunesia
- Indonesia Bakal Punya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di 2032, Lokasinya di Bangka Belitung
Perusahaan Listrik Negara Nusantara Power (PLN NP) selaku subholding PT PLN (Persero) buka suara terkait hambatan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia.
Direktur Management Human Capital and Administrasi PLN NP, Karyawan Aji menyebut, pembangunan PLTN di Indonesia masih mempertimbangkan kesiapan sejumlah hal. Pertama, saat ini, kebutuhan transisi energi di Indonesia masih mengutamakan sumber alternatif selain nuklir.
"(Terkait nuklir) itu tergantung kebutuhan kita ke depan, itu transisi energi itu mau secepat apa," kata Aji kepada awak media dalam acara Halal Bihalal PLN Power di Kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (23/4).
Dia mencontohkan, fokus pemerintah dalam percepatan transisi energi Indonesia masih mengarah pada pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan pembangkit ramah lingkungan lainnya. Meski demikian, dia tidak mengungkapkan alasan pemerintah masih enggan untuk menggarap pembangkit nuklir di Indonesia.
"Memang pendukung yang kuat untuk transisi energi yang cepat ya PLTN, tapi kalau memang agak lama ya, mungkin kita bisa sesuai (peta) jalan ya bisa menggunakan yang renewble konvensional PLTS, kemudian PLTA biomassa ,dan sebagainya, itu masih mungkin," bebernya.
Dia mengaku, rencana kerja sama pemerintah untuk pembangunan nuklir bersama Korea Selatan masih dalam tahap penjajakan. Pemerintah juga masih membuka kerja sama pembangunan nuklir dengan sejumlah negara.
"Progresnya masih MOU dengan beberapa perusahaan, tidak hanya Korea, ada Rusia untuk penjajakan dulu, karena kita masih belum tahu teknologinya," ujarnya.
Sebelumnya, Indonesia ditargetkan akan memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Pulau Gelasa, Bangka Belitung pada 2032.
Pembangkit tenaga nuklir pertama di Tanah Air tersebut dibangun oleh perusahaan listrik swasta asal Amerika Serikat, PT ThorCon Power Indonesia dengan kapasitas 500 MW.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Prahoro Nurtjahjo, mengatakan bahwa Indonesia perlu menyiapkan teknologi dan kompetensi sumber daya manusia (SDM) guna mengoperasikan pembangkit listrik tenaga nuklir tersebut.
Kementerian ESDM juga telah menjalani beberapa strategi secara internal maupun luar, termasuk melakukan beberapa diskusi dengan International Atomic Energy Agency (IAEA).
"Intinya kalau kita lihat, ini sesuatu yang baru bagi kita di Indonesia. Jadi kalau masalahnya bukan teknologi saja, tapi masalah sosial," ujar Prahoro di Jakarta, Jumat (19/1).