Terungkap, Ini Manfaat Sebenarnya Penggunaan Limbah Jadi Bahan Bakar PLTU Jeranjang
Biomassa sawdust menjadi salah satu pilihan untuk dijadikan energi primer untuk menggantikan peran batu bara.
Penerapan program cofiring di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jeranjang uamg di inisiasi PLN Indonesia Power (PLN IP) memberikan manfaat ganda. Selain sebagai green booster transisi energi, program ini juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik dari sisi finansial maupun sosialnya.
Direktur Utama PLN Indonesia Power, Edwin Nugraha Putra mengatakan, biomassa sawdust menjadi salah satu pilihan untuk dijadikan energi primer untuk menggantikan peran batu bara, aksi ini merupakan bentuk komitmen PLN grup dalam upaya transisi energi di Tanah Air serta mendukung percepatan menuju Net Zero Emision tahun 2060.
- Inovasi Baru, Limbah Tandan Sawit Digunakan Jadi Bahan Bakar PLTU Pengganti Batu Bara
- PLTU Ini Ganti Bahan Bakar Batu Bara dengan Sampah dan Limbah Uang Kertas, Emisi CO2 Langsung Turun 555.000 Ton
- Kejar Bauran EBT, PLTU di Jawa Tengah Campur Bahan Bakar Batu Bara dengan Biomassa
- Gantikan Batu Bara, 30 Ton Olahan Sampah Dipasok ke Pabrik SBI untuk Jadi Bahan Bakar
"Penggunaan biomassa pada unit bisnis pembangkitan khususnya PLTU ini berdampak pada penurunan emisi yang berasal dari sektor kelistrikan, hal ini merupakan dukungan PLN IP sebagai Subholding PLN kepada Pemerintah untuk mencapai Net Zero Emision pada tahun 2060," kata Edwin dikutip di Jakarta, Sabtu (7/9).
Manager Unit PLN Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Jeranjang, Yunisetya Ariwibawa mengatakan, PLTU Jeranjang telah memanfaatkan beragam limbah untuk dijadikan bahan baku biomassa yang dimanfaatkan sebagai energi primer untuk mengurangi peran batu bara.
Adapun limbah tersebut mulai dari hasil olahan sampah atau solid recovered fuel (SRF), serbuk kayu atau sawdust, woodchip, dan Limbah Racik Uang Kertas (LURK).
"Untuk PLTU Jeranjang kami menggunakan biomassa dari SRF , kemudian _Sawdust_ dan _woodchip_,yang terakhir ada LURK, secara akumulatif total konsumsi biomassa PLTU Jeranjang sepanjang 2024 hingga Agustus ini mencapai 15.796 ton," kata Ariwibawa.
Pemanfaatan limbah yang dilakukan PLN Indonesia Power UBP Jeranjang dalam pelaksanaan program cofiring pun memberikan dampak ganda bagi masyarakat dan lingkungan.
Salah satu koordinator masyarakat penyedia biomassa sawdust Mansyur mengungkapkan, PLN Indonesia Power UBP Jeranjang telah memberdayakan masyarakat sekitar PLTU Jeranjang untuk menyediakan bahan baku biomassa yang berasal dari wilayah sekitar Lombok.
"Kita mengumpulkan potensi-potensi lokal , kalau sumber kami adalah se-Pulau Lombok, jadi ada ratusan ton perkiraan yang didatangkan setiap harinya, untuk pendapatan tentunya meningkat dua kali lipatnya. Yang awalnya berpenghasilan Rp50.000 setiap harinya kini dapat mencapai Rp100.000 hingga Rp150.000," kata Mansyur.
Sediakan 3.000 Ton Sawdust
Mansyur dan anggota kelompoknya mendapat target untuk menyediakan 3.000 ton sawdust dalam satu tahun, untuk menyediakan hasil olahan serbuk gergaji tersebut membutuhkan tenaga 50 orang, selain itu juga ada pihak lain yang berperan dalam kegiatan ini.
Dengan adanya penyediaan sawdust ini terbukti membawa dampak menambah pendapatan masyarakat dan membuka lapangan kerja baru, sehingga perekonomian wilayah Lombok bisa lebih mengeliat.
"Kalau kami ditarget menyediakan 3 ribu ton pertahun yang mana melibatkan kurang lebih 50 orang. Ada juga pihak lain yang terlibat," ucap Mansyur.
Kepala Dinas ESDM Provinsi NTB, Sahdan menyebutkan, selain menciptakan dampak positif bagi lingkungan dan sosial, penerapan program cofiring yang menggunakan biomassa berbahan baku sawdust juga sejalan dengan program pengembangan EBT dan mendukung target Net Zero Emission 2050 di Wilayah NTB.
"Program cofiring ini ada kaitan dengan pengembangan EBT, green energi betul-betul kita perjuangkan agar apa yang menjadi cikal bakal masyarakat ini musti kita capai di tahun 2050 untuk NTB," tutur Sahdan.
Pihaknya menyebutkan bahwa pemanfaatan biomassa pada PLTU Jeranjang juga dapat mendukung sektor pariwisata, dengan menghadirkan green energy yang minim emisi. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan wisatawan yang berkunjung ke destinasi wisata NTB, khususnya Lombok.
"Kita ketahui cofiring banyak manfaatnya. Selain sebagai green energy untuk mendukung transisi energi, program itu membawa manfaat bagi masyarakat," kata Sahdan.