Tiga Pengusaha Sukses yang Dulu Pengangguran
"Saya merasakan bagaimana ketika di-PHK dan tidak punya pekerjaan sama sekali saat krisis tahun 1998," kata Sandiaga.
Menjadi orang sukses impian semua orang. Akan tetapi, menjadi sukses tidaklah mudah. Seperti beberapa pengusaha berikut ini.
Mereka mengalami pahit getir sebelum menjadi pengusaha sukses. Bahkan para pengusaha ini sempat tak punya pekerjaan alias nganggur. Tapi atas usaha dan kerja keras akhirnya semua impian tercapai. Berikut pengusaha sukses yang dulunya pengangguran:
-
Apa yang dibahas Anies Baswedan dan Sandiaga Uno? Menarik ya karena waktu kami sempat bermitra didukung partai Gerindra dan PKS saat itu, kita pernah berdiskusi tentang mendirikan partai,
-
Siapa yang menurut Sandiaga Uno paling berperan dalam menciptakan lapangan kerja di Jakarta? Menurut dia hal itu perlu disiapkan karena Jakarta sudah tidak lagi menjadi ibu kota. "Dan itu harusnya adalah pemberdayaan UMKM. Karena UMKM itu menciptakan 97 persen lapangan kerja kita," katanya, seperti dilansir dari Antara.
-
Di mana Sandiaga Uno kuliah dulu? Beginilah potret lawas Sandiaga Uno saat masih mengenyam pendidikan di Amerika.
-
Siapa yang dibantu Sandiaga Uno di Pancoran? Sandiaga menyasar warga dan juga sekaligus merangkul lansia untuk budidaya lele.
-
Apa pesan Sandiaga Uno untuk para calon Gubernur dan Wakil Gubernur di Pilkada Jakarta? Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang juga Mantan Wakil Gubernur Jakarta, Sandiaga Uno, mengingatkan kepada para pasangan calon (Paslon) gubernur dan wakil gubernur di Pilkada Jakarta untuk membenahi permasalahan biaya hidup rakyat.
-
Kapan Sandiaga Uno menyampaikan pesan ini kepada para calon Gubernur dan Wakil Gubernur di Pilkada Jakarta? Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang juga Mantan Wakil Gubernur Jakarta, Sandiaga Uno, mengingatkan kepada para pasangan calon (Paslon) gubernur dan wakil gubernur di Pilkada Jakarta untuk membenahi permasalahan biaya hidup rakyat.
Tony Fernandes
Pemilik AirAsia Tony Fernandes mengaku pernah tak punya pekerjaan atau menganggur dan hidup luntang-lantung akibat ditolak perusahaan. Akan tetapi dia terus berusaha. Tony tak berhenti mencari pekerjaan. Perjalanannya dimulai melalui surat kabar yang mencari manajer keuangan di Virgin Television. Kabar gembira menghampirinya, Tony diterima sebagai menejer keuangan tersebut.
"Aku menulis lamaran ke semua perusahaan rekaman dan menanyakan lowongan di sana dan semuanya menolakku," ujar Tony dalam bukunya berjudul Flying High.
Tak lama menjadi manajer keuangan, Tony kemudian menjadi general manajer di perusahaan label musik yang membawanya berkenalan dengan banyak orang.
Perjalanan mimpi memiliki maskapai kemudian berawal dari perkenalan dengan orang orang baru. Tony memang menyukai pesawat terbang, bandara dan bisnis penerbangan. Dengan modal ini ia bercita-cita membuat suatu maskapai dengan biaya penerbangan murah. Akhirnya, Tony bersama sahabatnya Din memiliki Airasia yang menjadi perusahaan maskapai yang mewujudkan mimpi-mimpi mereka.
Sandiaga Uno
Sebelum menjadi pengusaha sukses, Sandiaga Uno sempat merasakan pahitnya kehidupan. Dia mengaku pernah menjadi pengangguran. Hal itu dialaminya saat krisis moneter 1998. Sandi terkena PHK dan terpaksa menganggur. Oleh karena itu dia berpesan kepada generasi muda agar dapat berperan penting dalam menggerakkan ekonomi Indonesia.
"Saya merasakan bagaimana ketika di-PHK dan tidak punya pekerjaan sama sekali saat krisis tahun 1998," kata Sandiaga, beberapa waktu lalu.
Siapa sangka saat ini Sandiaga merupakan pengusaha sukaes. Dia pemilik perusahaan Saratoga Investama. Pada laporan ke KPK per Agustus 2018, harta Sandiaga sebesar Rp 5 triliun.
Bob Young
Sama seperti Tony Fernandes dan Sandiaga Uno, pendiri perusahaan Red Hat, Bob Young pernah merasakan pahitnya menjadi seorang pengangguran. Bob jadi pengangguran pada tahun 1993. Red Hat merupakan perusahaan teknologi terbesar di Amerika Serikat.
Young memulai serentetan bisnis usai lulus kuliah pada 1976. Ia pertama menyewakan mesin tik dari sebuah kantor di luar Toronto. Ia kemudian beralih ke bisnis penyewaan komputer dengan meluncurkan Vernon Computer Rentals pada 1984.
Setelah mengalami kesulitan finansial pada masa resesi tahun 1989, Young menjual perusahaannya kepada Greyvest Capital seharga USD 20 juta. Sebagai CEO, ia menerima USD 4 juta. Namun kesepakatan itu juga meminta Young untuk bekerja di Greyvest dan menggunakan bagiannya untuk mengambil saham di sana.
Sayangnya, hanya lewat beberapa bulan dari kesepakatan itu, Greyvest mengalami kesulitan keuangan yang serius. Ini meninggalkan Young dengan saham di perusahaan yang tidak memiliki nilai. Pada akhirnya ia diberhentikan.
"Saya pengangguran dengan 3 anak, hipotek yang besar, dan kekayaan bersih lebih kecil dari apa yang saya punya saat saya lulus 15 tahun lalu. Namun tanpa bencana itu, saya tidak akan menemukan peluang dan mendirikan Red Hat," ujar Young.