Tingginya impor makin bikin kurs Rupiah terpuruk
Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyebutkan bahwa ketergantungan Indonesia terhadap impor sangat tinggi, di tengah Rupiah yang tengah melemah (depresiasi) terhadap dolar Amerika. Hal itu justru akan membuat Rupiah semakin terpuruk.
Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyebutkan bahwa ketergantungan Indonesia terhadap impor sangat tinggi, di tengah Rupiah yang tengah melemah (depresiasi) terhadap dolar Amerika. Hal itu justru akan membuat Rupiah semakin terpuruk.
Salah satu peneliti Indef, Esa Suryaningrum menyebutkan bahwa tingginya ketergantungan terhadap impor bisa memperparah depresiasi dan membayangi inflasi.
-
Di mana IDR digunakan? Dalam kehidupan sehari-hari, IDR digunakan untuk berbagai transaksi, termasuk pembelian barang dan jasa, pembayaran tagihan, dan transaksi keuangan lainnya.
-
Kapan Pejuang Rupiah harus bersiap? "Jangan khawatir tentang menjadi sukses tetapi bekerjalah untuk menjadi signifikan dan kesuksesan akan mengikuti secara alami." – Oprah Winfrey
-
Apa yang membuat Pejuang Rupiah istimewa? "Makin keras kamu bekerja untuk sesuatu, makin besar perasaanmu ketika kamu mencapainya."
-
Mengapa IDR digunakan di Indonesia? Sebagai alat tukar resmi negara Indonesia, IDR digunakan dalam berbagai transaksi ekonomi di dalam negeri.
-
Bagaimana nilai IDR ditentukan? Perubahan nilai IDR dapat dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan politik, seperti inflasi, tingkat pertumbuhan ekonomi, stabilitas politik, dan faktor-faktor global seperti kondisi pasar internasional.
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
"Fenomena terkait dengan inflasi adalah ketergantungan atau dominasi impor. Jadi kita ini memang impor baik bahan konsumsi maupun bahan baku sangat besar," kata Esa dalam sebuah acara diskusi, di Kawasan Pasar Minggu, Selasa (3/7).
Esa mengungkapkan rasio impor terhadap ekspor di Indonesia cukup besar. Pada tahun 2017 saja rasionya mencapai 91,23 persen dan lebih besar lagi di 2018 ini. Anomali semakin besarnya impor khususnya barang konsumsi di tengah depresiasi, semakin memicu pelemahan rupiah.
"Nah karena rasio impornya terhadap ekspor relatif sangat tinggi karena lebih dari 90 persen, akibatnya dengan nilai Rupiah terhadap USD," ujarnya.
Dampaknya akan terasa pada kenaikan harga-harga barang konsumsi tidak tahan lama, makanan dan minuman rumah tangga, serta Bahan Bakar Minyak (BBM). Artinya potensi imported inf/ot/on semakin meningkat dan akan berujung pada penurunan daya beli masyarakat.
"Dampaknya, pasti harga-harga melonjak juga kemudian daya beli akan melemah."
Baca juga:
Rupiah terus merosot, Ketua DPR sentil beberapa lembaga ini
Pemerintah nilai putusan BI naikkan suku bunga acuan menjadi 5,25 persen tepat
Naikkan suku bunga acuan, BI yakin mampu hentikan pelemahan Rupiah
Rupiah melemah, bos OJK pastikan hanya sementara
Nilai tukar Rupiah makin terpuruk hingga Rp 14.476 per USD