Uang Beredar Saat Pemilu 2024 Diprediksi Tembus Rp150 Triliun
Namun ada tantangan besar yang mampu mempengaruhi likuiditas dan kebijakan moneter tetap ketat di tahun depan.
Namun ada tantangan besar yang mampu mempengaruhi likuiditas dan kebijakan moneter tetap ketat di tahun depan.
Uang Beredar Saat Pemilu 2024 Diprediksi Tembus Rp150 Triliun
Uang Beredar Saat Pemilu 2024 Diprediksi Tembus Rp150 Triliun
Pengamat Pasar Uang, Junito Ahmad Haryono, mengatakan perputaran uang saat penyelenggaraan Pemilihan Umum Tahun 2024 (Pemilu) diperkirakan mencapai Rp150 triliun.
Menurutnya, perputaran uang tersebut bisa mendorong konsumsi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
- Kebutuhan Uang Tunai saat Nataru di Bali Diprediksi Capai Rp2,7 Triliun
- Belanja Pemerintah Pusat Tembus Rp1.572,2 Triliun, Dipakai untuk Pemilu, Bangun IKN hingga Bansos
- Kemenkeu Hitung Perputaran Uang saat Pemilu 2024, Caleg DPR Minimal Keluar Rp1 Miliar
- Oksigen Diprediksi Akan Lenyap dari Bumi, Peneliti Ungkap Waktunya
"Ada pemilu 2024 mungkin kasarnya sekitar Rp150 triliun uang akan bergerak, secara tunai ini ada di dalam sistem BI dan bergerak, diharapkan bisa mendorong konsumsi,"
kata Junito dalam acara Perbanas: Memperkuat Ketahanan Domestik di Tengah Perlambatan Ekonomi Global, di Padalarang, Jumat (24/11).
Kendati ada pergerakan uang yang besar saat Pemilu 2024 nanti, namun dia melihat ada tantangan besar yang mampu mempengaruhi likuiditas dan kebijakan moneter tetap ketat di tahun depan.
Pertama, nilai tukar rupiah diproyeksikan masih akan melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Pelemahan tersebut dipengaruhi oleh inflasi AS yang masih tinggi, sehingga dollar Paman Sam ini akan tetap kuat.
"Beberapa mata uang dunia, termasuk rupiah, akan mencari keseimbangan baru karena penguatan dolar AS di tengah tingginya the greenback," ujar Junito.
Selanjutnya, tantangan yang tak kalah menganggu adalah ketegangan geopolitik. Hingga kini ketegangan tersebut belum mereda, baik Rusia-Ukraina, maupun Israel-Palestina.
Apalagi ketegangan di Timur Tengah ini dikhawatirkan meluas ke negara tetangga.
"Ending-nya enggak bisa ditebak ini. Tahun 2024 ini seharusnya kita sudah mulai pemulihan, tapi ternyata masih banyak kekhawatiran," kata Junito.
Tak hanya itu,
saat ini pertumbuhan ekonomi global masih bergantung kepada perekonomian China.
Menurut Junito, jika pemulihan ekonomi terus berlanjut, maka akan memberikan multiplier effect terhadap seluruh negara, terutama mitra China.