Wasapada, UMKM Malaysia Diam-Diam Incar Bisnis Makanan dan Pendidikan di Indonesia
Guna melihat peluang tersebut, Temmy mengatakan, jejaring UMKM Malaysia di sektor pendidikan sempat membuat pameran di Indonesia beberapa bulan yang lalu.
Kementerian Koperasi dan UKM mewaspadai bakal adanya ekspansi bisnis pelaku UMKM Malaysia di sektor pendidikan Indonesia.
Plt Deputi Bidang UKM Kemenkop UKM, Temmy Satya Permana menceritakan bahwa dirinya sempat berbincang dengan Kementerian Pembangunan Usahawan dan Koperasi (Kuskop) Malaysia saat melancong ke ibu kota Negeri Jiran, Kuala Lumpur. Disebutkan bahwa UMKM Malaysia tengah mengincar untuk bisa ekspansi ke dua sektor di Indonesia.
- Tingkatkan Pertumbuhan UMKM di Wilayah Perbatasan Malaysia, PNM Gelar Pelatihan Keuangan
- BUMN Indonesia Re Punya Program Pengembangan UMKM untuk Ciptakan Lapangan Kerja Baru, Begini Penjelasannya
- UMKM Indonesia Paling Banyak di ASEAN, Bos Kadin: Ekspornya Masih Kalah dari Malaysia dan Thailand
- Dukung Program Makan Siang Gratis, Jusuf Hamka: Asal dari UMKM Bukan Dinas Pendidikan
"Memang Malaysia sendiri menganggap kita sebagai pasar potensial. Ada dua sektor yang mereka incar. Pertama adalah food and beverage, dan sektor pendidikan. Ini dinyatakan oleh teman-teman di sana, dari Kuskop, bahwa mereka mengincar ini," ungkapnya dalam sesi temu media di Kantor Kemenkop UKM, Jakarta, Kamis (3/10).
Guna melihat peluang tersebut, Temmy mengatakan, jejaring UMKM Malaysia di sektor pendidikan sempat membuat pameran di Indonesia beberapa bulan yang lalu.
"Sekarang pendidikan, sekolah di Malaysia lebih murah, kualitasnya lebih bagus, dan dekat dengan Indonesia. Kemungkinan mereka akan buka di sini," sebutnya.
Temmy lantas menyayangkan pelaku UMKM dalam negeri yang masih fokus sebagai produsen barang jadi. Jika tak kunjung berbenah, dia khawatir Indonesia ke depan bakal terus jadi pasar konsumen untuk barang-barang luar.
"Artinya kan selama ini kita fokus UMKM itu adalah produsen barang jadi. Padahal, mereka sudah mengincar untuk pendidikan. Kalau kita tidak segera berbenah dari segala lini, saya rasa lama-lama kita menjadi pasar uang sangat potensial bagi negara ASEAN juga," singgungnya.
"Kita tahu duriann montong, sekarang duriann mosang king. Sementara durian lokal enggak ada yang mau nge-branding. Apa-apa sekarang singkong Thailand, ayam Bangkok. Jadi semuanya serba luar negeri. Begitu kita muncul istilah susu ikan, banyak yang nyerang tuh," ujar dia.
Oleh karenanya, dia berharap persoalan ini bisa ditindaki oleh jajaran pemerintah ke depan. Untuk membuat gebrakan agar UMKM lokal tidak kalah saing di pasar dalam negeri.
"Saya sih berharap bahwa pemerintah ke depan lebih semangat, lebih inovatif. Kalau kami sih di jajaran birokrat siap support. Yang penting inline dengan kebijakan pemerintah, kita lakukan itu," kata Temmy.
"Intinya kita masih dihadapkan issue pasar yang agak lemah, dan ekspor (UMKM) yang ada penurunan. Dampak perang juga iya. Jadi tugas kita berat sebetulnya. Kita harus mulai melihat bahwa pasar dalam negeri ini harus kita kuasai," tegasnya.
Aplikasi TEMU Diam-Diam Sudah Masuk Malaysia
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mengungkap bahwa aplikasi TEMU telah berhasil masuk ke pasar Malaysia. Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Usaha Kecil Menengah Kemenkop UKM, Temmy Satya Permana menyatakan hal ini menunjukkan adanya kekhawatiran terkait dampak aplikasi tersebut terhadap produk dalam negeri.
"Temu sudah masuk ke Malaysia, kira-kira dampaknya apa buat produk dalam negeri? Jawabannya sangat diplomatis. Sebenernya mereka juga kecolongan sebetulnya ya," kata Temmy dalam konferensi pers, Jakarta, Kamis (3/10).
Hal itu diketahui saat dirinya melakukan kunjungan ke Kuala Lumpur, Malaysia. Dia menanyakan kepada pejabat Malaysia mengenai keberadaan aplikasi TEMU. Dia bilang para pejabatnya menjawab sangat diplomatis, mereka mengakui sebenarnya mereka juga kecolongan.
Temmy menambahkan meskipun Malaysia tidak mau secara terbuka mengakui, mereka menyadari Indonesia telah lebih awas dalam melindungi produk lokal.
"Tapi nggak mau ngaku aja kalau ternyata kami kecolongan. Ternyata Indonesia sudah lebih aware melindungi produk-produk," imbuh dia.
Lebih lanjut, masuknya aplikasi TEMU ke Malaysia menjadi tantangan bagi produk dalam negeri, dan mengingat pentingnya regulasi yang kuat untuk menjaga keunggulan produk lokal.
Sebagai informasi, Staf Khusus Menteri Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif dari Kementerian Koperasi dan UKM, Fiki Satari, menegaskan pemerintah berkomitmen untuk mengawal dan memastikan agar aplikasi TEMU tidak dapat memasuki pasar Indonesia.
Menurutnya apabila aplikasi tersebut sampai masuk ke Indonesia, ini akan sangat membahayakan UMKM dalam negeri. Platform digital dari Cina ini dapat memfasilitasi transaksi langsung antara pabrik di Cina dan konsumen, yang berpotensi mematikan UMKM.
Apalagi platform digital dari Cina ini bisa memfasilitasi transaksi secara langsung antara pabrik di Cina dengan konsumen di negara tujuan ini akan mematikan UMKM,” ujar Fiki dalam keterangannya, Rabu (2/10).