Waspada, Ini Pekerjaan Paling Rentan Digantikan Kecerdasan Buatan di Industri Hiburan
Survei CVL Economics mengidentifikasi beberapa pekerjaan yang sebenarnya paling rentan terhadap dampak AI.
Dalam industri film dan TV, mencakup pemodelan 3-D, desain karakter dan lingkungan, pembuatan suara, kloning, dan pengomposisian, diikuti dengan desain suara dan alat pemrograman.
Waspada, Ini Pekerjaan Paling Rentan Digantikan Kecerdasan Buatan di Industri Hiburan
Waspada, Ini Pekerjaan Paling Rentan Digantikan Kecerdasan Buatan di Industri Hiburan
- Survei Jobstreet: 72 Persen Pekerja di Indonesia Tertarik Gunakan Teknologi AI
- Ini Dia Daftar Pekerjaan Terancam Hilang di Indonesia dan Digantikan Mesin
- 10 Pekerjaan Ini Nantinya Tak Butuh Manusia, Bisa Dijalankan Memanfaatkan Kecerdasan Buatan
- Hampir 40 Persen Pekerjaan di Dunia Bakal Digantikan AI
Kecerdasan Buatan (AI) diperkirakan akan mendisrupsi pekerjaan di sektor hiburan, yang meliputi film, TV, musik, dan game terutama pasca Covid-19.
Perusahaan konsultan CVL Economics pun melakukan survei terhadap 300 pemimpin industri hiburan, termasuk eksekutif C-Suite, eksekutif senior, serta manajer dan produser tingkat menengah untuk penelitian ini.
Survei ini menganalisis dampak dan penerapan penggunaan AI generatif dalam bisnis. Laporan ini ditugaskan oleh Animation Guild, Concept Art Assn., Human Artistry Campaign dan National Cartoonists Society Foundation.
Survei CVL Economics mengidentifikasi beberapa pekerjaan yang sebenarnya paling rentan terhadap dampak AI. Dalam industri film dan TV, mencakup pemodelan 3-D, desain karakter dan lingkungan, pembuatan suara, kloning, dan pengomposisian, diikuti dengan desain suara dan alat pemrograman.
Di industri musik dan rekaman suara, tugas yang paling mungkin terkena dampak AI adalah pembuatan dan kloning suara, pembuatan dan perekaman musik, dan komposisi lirik, diikuti dengan mastering, mixing, dan pemrograman instrumen.
Lalu di industri game, Victoria Lijaya, seorang animator gameplay yang berpengalaman di studio game AAA Blizzard Entertainment dan Hasbro Inc., pun menyoroti, ketidakteraturan dalam penggunaan AI.
"Saya melihat banyak peluang di mana AI dapat diterapkan dalam pengembangan game, baik untuk menghasilkan konsep, membuat prototipe, membuat skrip alur cerita, atau bahkan menyederhanakan tugas-tugas padat karya. Akibatnya, ada potensi berkurangnya peran pekerjaan tertentu. Namun, terdapat perdebatan etis seputar penggunaan AI, terutama karena produk ini dapat dibuat tanpa persetujuan eksplisit dari berbagai pencipta,” ujarnya.
Meski demikian, Victoria tetap positif bahwa campur tangan manusia tetap diperlukan secara signifikan dalam industri game.
“Hal ini guna memastikan integrasi elemen ke dalam game dengan lancar. Dulu orang-orang berpikir bahwa penangkapan gerak akan menghilangkan animator, namun di sinilah kami, menyempurnakan data penangkapan gerak sebelum mengimplementasikannya ke dalam game, karena alat-alat tersebut tidak langsung berfungsi seperti itu.”
Mengingat besarnya dampak AI terhadap para pekerja di dunia hiburan, Victoria Lijaya berharap pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan yang tepat agar nasib para pekerja dapat terlindungi.
"Pemerintah di semua negara harus mengantisipasi kehadiran AI agar ada batasan dan standar industri untuk memaksimalkan peran teknologi dalam membantu pekerja dan tidak mematikan pekerjaan mereka," tutupnya.