Cerita Menarik Ustaz Abdul Somad saat Kuliah di Maroko: Gak Ada Beras, Otak Gak Jalan
Ustaz Abdul Somad membagikan cerita tentang kenangan masa mudanya di Maroko, yang berhasil menarik perhatian netizen dengan kisah yang inspiratif.
Ustaz Abdul Somad menarik perhatian publik setelah mengunggah foto lama dari tahun 2005 saat menempuh studi di Maroko. Dalam postingan di Instagram pada 15 Desember 2024, ia membagikan pengalaman menarik yang dialaminya selama kuliah di Rabat, ibu kota Maroko, yang langsung menyita perhatian ribuan pengguna internet.
Foto yang diunggah memperlihatkan tiga sahabat dari berbagai negara yang sedang berpose di sebuah asrama internasional di Rabat. Di balik tampilan sederhana tersebut, terdapat kisah yang kaya akan pelajaran hidup mengenai perjuangan, kebersamaan, dan penyesuaian diri di negara asing. Unggahan ini juga mendapatkan sambutan positif dengan ribuan likes dan puluhan komentar yang penuh dengan apresiasi dari netizen.
Dalam caption yang ditulisnya, Ustaz Abdul Somad menceritakan momen lucu sekaligus berharga, ketika dia memilih untuk tetap makan nasi, sementara teman-temannya lebih akrab dengan roti. Tanpa diduga, nasi menjadi simbol yang penting dalam cerita tersebut dan betapa kuatnya ikatan budaya yang dibawa meski berada jauh dari tanah airnya.
Awal Perjalanan UAS ke Maroko
Ustaz Abdul Somad memulai ceritanya dengan menceritakan tentang beasiswa yang siterima, yaitu sebesar 800 Dirham, setara dengan sekitar 100 Dolar setiap bulannya. Ia menghadapi tantangan dalam biaya hidup di Maroko karena harga sewa rumah dengan dua kamar bisa mencapai 400 Dolar.
Untuk mengatasi masalah tersebut, ia mencari solusi alternatif dengan mengajukan permohonan untuk tinggal di asrama internasional yang bernama Cite Universitaire Internasionale yang terletak di Hay Riyad, Rabat. Dengan keberuntungan, permohonan tinggalnya diterima, sehingga dapat mengurangi pengeluaran untuk biaya hidupnya.
Diskusi Menarik soal Nasi di Negara Lain
Dalam sebuah unggahan, Ustaz Abdul Somad menceritakan pengalaman menarik yang dialaminya bersama dua temannya, Ammar dari Pakistan dan Abu Ahmad dari Bangladesh. Keduanya sempat menggoda UAS karena tetap memilih untuk makan nasi meskipun mereka sudah beralih ke roti.
"Ente masih makan nasi? Kami sejak di Maroko sudah makan roti. Good bye nasi," ujar mereka dengan nada bercanda ketika melihat UAS yang membawa sekilo beras dari pasar.
Meski begitu, UAS dengan tegas menjawab, "Aku nggak bisa kalau nggak makan nasi,".
Nasi Simbol Kebutuhan Pokok
Beberapa hari setelahnya, Ustaz Abdul Somad menyaksikan sesuatu yang mengejutkan. Ia melihat Ammar dan Abu Ahmad sedang membawa satu karung beras ke asrama. Ketika ditanya mengenai hal tersebut, keduanya hanya tersenyum dan menjawab, "Gak ada beras, otak gak jalan."
Kisah ini menjadi simbol penting mengenai adaptasi dan kebutuhan dasar yang berbeda bagi setiap individu. Ternyata, nasi memiliki peran yang sangat signifikan dalam mendukung aktivitas sehari-hari UAS dan rekan-rekannya.
Potret Penuh Memori
Dalam foto yang diunggah, UAS terlihat berdiri bersama Ammar dan Abu Ahmad di depan asrama. Ketiganya menunjukkan kesederhanaan namun dipenuhi semangat yang menggebu. Gambar ini diambil pada tahun 2005 dan berhasil mengabadikan momen yang kini menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang.
Berbagai komentar positif pun datang dari netizen atas unggahan tersebut. Salah satu komentar datang dari @herlina.siahaan.330 yang menuliskan, "Nampak berkharisma ni wajah tuan guru kami UAS. MasyaAllah, kapan lah tuan guru singgah lagi ke kota Medan?"
Reaksi Netizen
Postingan ini berhasil menarik perhatian dengan mendapatkan 4.951 likes dan 97 komentar. Sebagian besar komentar berasal dari penggemar yang merasa terinspirasi oleh kisah perjuangan UAS. Beberapa netizen juga berbagi pengalaman serupa, seperti @vivohavace17 yang menanyakan, "Ustad ini foto tahun berapa?"
Unggahan ini menunjukkan bahwa bahkan cerita yang sederhana dapat menyentuh banyak hati, terutama ketika disampaikan dengan kejujuran dan makna yang mendalam. Hal ini membuktikan bahwa cara penyampaian yang baik dapat membuat pesan lebih berkesan dan menginspirasi orang lain.