Tak Disangka Penjualan Album K-Pop Untuk Pertama Kalinya Merosot di Tahun 2024, Ternyata Ini Biang Keroknya
Penjualan album K-Pop di tahun 2024 mengalami penurunan yang signifikan, terutama di kalangan artis pria.
Industri K-Pop terus mengalami perubahan yang signifikan. Salah satu perkembangan yang menarik perhatian di tahun 2024 yakni penurunan penjualan rilisan fisik K-Pop.
Menurut laporan dari Allkpop, pada akhir tahun lalu, Circle Chart yang dikeluarkan Korea Music Content Association (KMCA) menunjukkan adanya penurunan kumulatif penjualan album fisik sebesar 19,5 persen jika dibandingkan dengan tahun 2023. Penjualan dari Januari hingga November 2024 'hanya' mencapai 93,14 juta kopi.
Angka ini mengalami penurunan hingga 116 juta kopi pada tahun sebelumnya, sebagaimana dilaporkan The Korea JoongAng Daily. Bahkan jika penjualan bulan Desember 2024 dimasukkan, angka tersebut dipastikan tidak akan mencapai 100 juta kopi.
Data ini menunjukkan perbedaan yang mencolok dengan tren penjualan album fisik yang selalu meningkat dalam satu dekade terakhir. Penurunan penjualan ini terutama terlihat pada artis pria.
Contohnya, Seventeen yang berada di posisi teratas pada tahun 2024 mencatat penjualan sebanyak 8,9 juta kopi. Namun, angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan penjualan tahun 2023 yang mencapai 16 juta kopi.
Begitu juga dengan Stray Kids yang menduduki peringkat kedua, mengalami penurunan sekitar 5 juta album dibandingkan tahun lalu.
Sementara itu, penjualan album artis wanita tetap stabil. Artis seperti NewJeans, (G)I-DLE, dan Aespa tetap mendominasi daftar penjualan.
Selain itu, fakta menarik lainnya sepanjang tahun 2024 hanya ada 20 album yang berhasil terjual lebih dari 1 kopi, turun dari 33 album yang mencapai angka serupa pada tahun 2023.
Ternyata Sudah Terprediksi
Penurunan penjualan album K-Pop telah diprediksi sebelumnya. Terlebih lagi, penjualan album di tahun 2023 mengalami lonjakan yang sangat signifikan.
"Kami sudah memperkirakan soal perubahan penjualan pada tahun ini (2024) karena pada tahun lalu mengalami overheating. Namun kami tak menduga akan turun sejauh ini," ungkap Sekjen KMCA Choi Kwang Ho dalam wawancaranya dengan JoongAng Ilbo.
Ia juga menyatakan, "Penurunan 20 persen dalam setahun bisa dianggap sebagai krisis dalam industri,".
Di sisi lain, terdapat pandangan yang berbeda mengenai situasi ini.
"Ini adalah tanda kompetisi yang mengalami overheating dalam penjualan album pada (2023) telah mulai stabil dan menuju normal," kata seorang pengamat musik kepada The Chosun Daily.
Album Fisik Tetap Laris dalam Industri K-Pop
Di tengah era digital, penjualan rilisan fisik dalam industri K-Pop menjadi fenomena yang menarik. Menurut catatan Billboard, banyak penggemar K-Pop di Korea Selatan yang tidak memiliki pemutar CD.
Pertanyaannya, mengapa penjualan album fisik tetap berlanjut di Korea? The Chosun Daily menjelaskan dari perspektif industri, penjualan album fisik berfungsi sebagai sumber pendapatan yang sangat menguntungkan.
"Perusahaan hiburan menyukai penjualan album, karena ongkos produksinya lebih rendah dibanding saluran pendapatan yang lain seperti pertunjukan live," ungkap Kim Gyuyeon, seorang analis dari Mirae Asset Securities.
Maka tak mengherankan jika agensi K-Pop terus mempertahankan penjualan album fisik meski pasar global bergerak ke arah digital. Strategi yang diterapkan oleh agensi-agensi tersebut meliputi penyertaan berbagai merchandise yang menarik untuk dikoleksi, seperti photo card, peluncuran beberapa versi album, serta kesempatan untuk bertemu dengan artis.
The Chosun Daily juga menyoroti beberapa penggemar memiliki keinginan agar idola mereka terlihat lebih menonjol dibandingkan artis lainnya. Mentalitas ini turut mendorong peningkatan penjualan album fisik di kalangan penggemar. Sehigga meski dunia musik mengalami transformasi digital, penjualan album fisik tetap memiliki tempat yang signifikan dalam industri K-Pop.
Popularitas K-Pop Terus Berlanjut
Beberapa faktor dianggap berkontribusi terhadap penurunan penjualan album K-Pop. Di antara faktor tersebut adalah absennya sejumlah bintang terkenal yang sedang menjalani wajib militer, kejenuhan pada konsep grup multi-label, serta pasar China yang masih belum terbuka.
Para analis menilai fenomena ini sebagai batas akhir dari model bisnis yang mengandalkan penjualan album. Meskipun demikian, ini tidak berarti bahwa industri K-Pop akan mengalami penurunan yang signifikan.
Sebaliknya, di platform digital, K-Pop semakin menunjukkan kekuatannya. Menurut data yang diperoleh CNBC, pemutaran musik K-Pop di Spotify mengalami lonjakan yang signifikan di berbagai wilayah: meningkat 180 persen di Amerika Serikat, 420 persen di Asia Tenggara, dan 360 persen secara global.
Penurunan penjualan rilisan fisik bisa jadi akan berbalik 180 derajat pada tahun ini. Salah satu penyebabnya adalah kembalinya nama-nama besar di industri K-Pop. BTS akan kembali tampil dalam formasi lengkap tahun ini, karena semua anggotanya telah menyelesaikan wajib militer.
Selain itu, Jennie dan G-Dragon juga dijadwalkan merilis karya baru pada tahun 2025. Tak hanya itu, grup junior yang mulai diperhitungkan seperti aespa, ILLIT, RIIZE, Zerobaseone, dan IVE juga akan melakukan comeback tahun ini.