Ban Aus Picu Mikroplastik di Udara, Dampaknya Terhadap Kesehatan yang Perlu Diketahui
Ban karet yang sudah aus pada kendaraan berfungsi sebagai salah satu penyebab pencemaran mikroplastik di lingkungan sekitar.

Ban kendaraan yang mengalami keausan seiring berjalannya waktu dapat memicu munculnya mikroplastik di udara. Mikroplastik sendiri adalah partikel plastik yang memiliki diameter kurang dari 5 mm dan telah diidentifikasi sebagai salah satu isu krusial dalam bidang lingkungan dan ekologi global pada Majelis Umum PBB ke-2 tahun 2015.
"Ban karet pada alat transportasi yang mengalami keausan juga menjadi sumber pencemaran mikroplastik di lingkungan selain polutan berupa termoplastik antara lain polyethylene (PE), polyethylene terephthalate (PET), polypropylene (PP), dan polyvinyl chloride (PVC)," ungkap Prof. Soedjajadi Keman, dr., MS., Ph.D., seorang ahli kesehatan lingkungan dari Universitas Airlangga (Unair), Surabaya.
Penelitian global menunjukkan bahwa rata-rata emisi partikel mikroplastik akibat keausan ban (tire wear microplastic particles) per individu mencapai 0,81 kg setiap tahun. Secara keseluruhan, jumlah partikel keausan ban yang dilepaskan di seluruh dunia diperkirakan mencapai sekitar 5,9 juta ton per tahun, yang setara dengan sekitar 1,8 persen dari total produksi plastik.
Mikroplastik di udara menjadi salah satu sumber polusi yang umum ditemukan di ekosistem darat dan atmosfer. Meskipun banyak penelitian akademis lebih menekankan pada dampak kesehatan manusia terkait mikroplastik dalam sistem pencernaan, pencemaran atmosfer oleh mikroplastik juga dapat berpotensi menyebabkan berbagai kerusakan pada paru-paru, dilansir Merdeka.com dari laman PDPI pada, Rabu(19/3/2025).
Diperkirakan, Manusia Mengonsumsi Sekitar 100.000 Partikel Plastik Halus Setiap Harinya
Soedjajadi menjelaskan bahwa mikroplastik di atmosfer turut berkontribusi terhadap pencemaran ekosistem. Diperkirakan, manusia mengonsumsi sekitar 100.000 partikel plastik kecil setiap harinya. Kebanyakan mikroplastik memiliki densitas yang lebih rendah dibandingkan dengan air laut, sehingga dapat terangkut dalam bentuk aerosol garam laut melalui semprotan dari laut dan angin ke area perkotaan yang berdekatan dengan pantai.
Data yang tersedia menunjukkan bahwa sekitar 7 persen dari total kontaminasi mikroplastik diperkirakan disebabkan oleh aliran udara dari lautan. Selain itu, partikel-partikel di udara dapat berasal dari berbagai sumber, di mana sumber utama polusi mikroplastik adalah tekstil sintetis, erosi ban karet sintetis, dan debu yang dihasilkan di perkotaan.
Sumber Lain dari Polusi Mikroplastik
Pemahaman tentang mikroplastik semakin berkembang, dan penelitian terbaru telah menemukan dampak polusi atmosfer yang dihasilkan dari lingkungan perkotaan. Sumber lain dari polusi mikroplastik ini terkait dengan aktivitas manusia, seperti penggunaan pakaian berbahan plastik, perabotan, bangunan, serta polusi yang dihasilkan dari lalu lintas, pembakaran limbah, dan penggunaan pupuk kering yang terbuat dari lumpur polistirena (PS) serta gambut dalam pertanian.
Untuk memperdalam pengetahuan mengenai hal ini, Soedjajadi melanjutkan penelitian dengan tujuan untuk memberikan studi yang orisinal tentang dampak paparan mikroplastik terhadap kesehatan paru-paru.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan tinjauan literatur sistematis guna mengidentifikasi dampak mikroplastik terhadap paru-paru. Hal ini dianggap sangat penting, mengingat meskipun berkaitan dengan kesehatan masyarakat, para peneliti belum menemukan tinjauan sistematis yang berkualitas tinggi yang mengumpulkan bukti mengenai hubungan antara kontaminasi mikroplastik di udara dan kesehatan paru-paru manusia.
"Ini akan membantu menyediakan basis bukti yang dapat digunakan untuk memulai diskusi, pembentukan kebijakan, dan implementasi intervensi untuk mencegah kontaminasi mikroplastik di udara di tingkat nasional, regional, dan global," ungkap Soedjajadi.
Dampak Mikroplastik Terhadap Kesehatan Paru-paru telah Menjadi Fokus Penelitian
Ketersediaan penelitian ini sejalan dengan tujuan Pembangunan Berkelanjutan ke-3 yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Tujuan tersebut adalah untuk memastikan kesehatan yang optimal bagi seluruh individu di berbagai usia, dengan fokus pada target ke-9 dari Sustainable Development Goals 3.9.
Target ini berhubungan dengan pengurangan kematian dan penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia berbahaya akibat polusi serta kontaminasi udara, air, dan tanah yang ditargetkan dapat tercapai pada tahun 2030. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dampak pajanan mikroplastik di udara terhadap kesehatan paru-paru manusia.
Data untuk penelitian ini diperoleh melalui empat basis data elektronik, yaitu Scopus, Web of Science, Science Direct, dan PubMed. Setelah melakukan penyaringan terhadap judul, abstrak, dan teks lengkap berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan, sebanyak 15 artikel berhasil dimasukkan untuk dianalisis dalam tinjauan sistematis ini.
Untuk menilai risiko dan mengurangi bias data, digunakan JBI Critical Appraisal Tool. "Kesimpulan dari tinjauan sistematis literatur ini menunjukkan bahwa kontaminasi mikroplastik di udara memiliki efek negatif pada kesehatan paru manusia, seperti menginduksi stres oksidatif dan respons inflamasi yang menyebabkan penurunan kapasitas paru dan respons imunologis.""Dianjurkan agar kebijakan pemerintah harus dibentuk mengenai penggunaan plastik untuk mengurangi kontaminasi di udara," pungkas Soedjajadi.