"Guncangannya Seperti Selamanya. Orang-Orang Menangis, Ketakutan, dan Saling Berpelukan"
Lebih dari 2.012 orang tewas dan sedikitnya 2.059 terluka akibat gempa di Maroko.
Saida Bodchich sedang tidur di rumahnya di Kota Marrakesh, Maroko, ketika gempa berkekuatan 6,8 terjadi pada Jumat malam.
"Guncangannya Seperti Selamanya. Orang-Orang Menangis, Ketakutan, dan Saling Berpelukan"
Dia tak berhasil bergegas menyelamatkan diri. Saida terjebak di bawah atap rumah yang ambruk. Beruntung tetangganya datang dan menariknya dari bawah reruntuhan.
"Saya diselamatkan tetangga yang menyingkirkan puing-puing dengan tangan kosong," ujar Saida, seperti dilansir laman Aljazeera, Minggu (10/9). "Saya tinggal dengan mereka sekarang karena rumah saya benar-benar hancur."
Lebih dari 2.012 orang tewas dan sedikitnya 2.059 terluka akibat gempa di Maroko. Bangunan bersejarah di Marrakesh juga hancur. Marrakesh adalah kota keempat terbesar di Maroko berjarak 43 kilometer dari pusat gempa.
Penduduk di daerah terdampak menjadi gelandangan akibat gempa. Sebagian lain memilih tidur beratapkan langit pada Sabtu malam karena khawatir gempa susulan atau atap bangunan roboh.
Khadijah Satau, warga Marrakesh yang lain merasakan kamarnya seolah berputar. Dia kebingungan.
"Saya baru saja berbaring mau tidur ketika semuanya terasa berguncang," kata dia kepada Aljazeera.
"Awalnya saya kira ada kebakaran di samping rumah atau ada orang membangun. Tapi goyangannya tidak normal. Saya merasa kamar berputar. Saya trauma.
Saya mendengar orang-orang berteriak dan saya tersadar itu gempa."
Sumber: Aljazeera
Satou berlari meninggalkan apartemennya, tanpa sepatu atau ponsel. Tangga di bangunan apartemen berguncang ketika dia berlari menyelamatkan diri.
"Pada saat itu saya berpikir saya tidak akan berhasil keluar. Saya rasa guncangannya sebentar tapi rasanya seperti selamanya. Orang-orang menangis, ketakutan, dan berpelukan."
Sumber: Aljazeera
Gempa itu tercatat berada di kedalaman 26 kilometer sehingga lebih merusak ketimbang gempa yang kedalamannya lebih jauh dengan magnitudo yang sama.
Gempa ini juga menjadi yang terkuat sejak 1960. Laporan korban tewas kebanyakan berasal dari wilayah pegunungan di selatan Provinsi Al-Haouz dan Taroudant.
Masjid terkenal Koutoubia yang dibangun pada abad ke-12 juga rusak. Video yang beredar di media sosial memperlihatkan kerusakan terjadi pada tembok dinding merah di sekitar kota tua yang menjadi Situs Warisan Budaya UNESCO.
Di desa pegunungan Tafeghaghte dekat pusat gempa, bangunan yang dibuat dengan batu bata tradisional hancur lebur.
Seorang warga mengatakan kepada Aljazeera, penduduk di Amizmiz, 55 kilometer sebelah selatan Marrakesh dan di bawah kaki pegunungan High Atlas, tidak hanya kehilangan rumah tapi juga seluruh anggota keluarga mereka akibat gempa.
"Kami berada dalam situasi krisis. Kami meminta Raja Muhamad VI ikut turun tangan dan mengirimkan bantuan karena kami mengalami situasi traumatis," kata dia.
Di Moulay Brahim, sebuah desa di dekat pusat gempa sekitar 40 kilometer sebelah selatan Marrakesh, warga menggambarkan bagaimana mereka menggali mayat dari reruntuhan dengan tangan kosong.
"Kami kehilangan rumah, orang-orang, dan kami dua hari tidur di luar," kaya Yassin Noumghar, 36 tahun. "Tidak ada makanan, tidak ada air juga listrik. Kami hanya ingin pemerintah membantu kami."