Gempa Maroko Tewaskan Separuh Penduduk Desa, Sisanya Hilang
Penduduk Tafeghaghte, Maroko, menyampaikan keluh kesah mereka tentang kehancuran akibat gempa dahsyat Jumat lalu.
Penduduk Tafeghaghte, Maroko, menyampaikan keluh kesah mereka tentang kehancuran akibat gempa dahsyat Jumat lalu.
Gempa Maroko Tewaskan Separuh Penduduk Desa, Sisanya Hilang
"Orang-orang di desa ini entah dirawat di rumah sakit atau sudah meninggal," kata mereka.Seperti dilansir laman BBC, Senin (11/9), saat mereka memanjat ke atas reruntuhan, mereka menyadari tidak ada yang bisa lolos dari musibah ini dengan tanpa luka.
Bangunan rumah tradisional penduduk runtuh tak berdaya menghadapi gempa ini. Dari 200 penduduk di desa ini, 90 di antaranya dipastikan tewas dan masih banyak yang hilang.
Hassan, yang juga keluar dari puing-puing mengatakan, "Mereka tidak punya kesempatan untuk melarikan diri. Mereka tidak punya waktu untuk menyelamatkan diri."
Dia juga menceritakan pamannya masih terkubur di bawah puing-puing dan tidak ada harapan untuk bisa menyelamatkannya karena tidak ada alat berat atau bantuan dari luar yang tiba.
Hassan juga menyoroti keterlambatan pemerintah Maroko dalam memberikan bantuan.
"Allah menghadirkan ini dan kami berterima kasih kepada Allah atas segalanya. Tapi sekarang kami membutuhkan bantuan pemerintah kami. Mereka terlambat, sangat terlambat untuk membantu masyarakat,” katanya.
Di sisi lain desa, ada seorang pria yang sedang mendapat penghiburan dari semua orang. Namanya Abdou Rahman. Dia telah kehilangan istrinya dan ketiga putranya dalam gempa ini.
“Rumah kami ada di atas sana,” katanya sambil menunjuk ke area rumahnya yang sekarang telah hancur dan hanya menyisakan reruntuhan.
Sumber: BBC
Dia bercerita bahwa dia berlari pulang sejauh 3 km dari pompa bensin tempat dia bekerja setelah gempa. Secara naluriah dia mulai memanggil anak-anaknya, teriakannya bercampur dengan hiruk pikuk orang lain yang melakukan hal yang sama. Tetapi tidak ada jawaban untuknya.
“Kami menguburkannya kemarin,” katanya.
Di sebuah tenda besar di pinggir jalan berliku yang menghubungkan desa ini dengan dunia luar, puluhan keluarga berkumpul bersama. Tangisan pun terdengar dari berbagai penjuru.
Gelombang kesedihan kembali menghampiri saat jenazah seorang gadis berusia 10 tahun, Khalifa, berhasil ditemukan di reruntuhan. Ini adalah saat-saat duka yang mendalam. Salah satu wanita sampai pingsan, sementara yang lain hanya bisa menangis tersedu-sedu.