Petaka Gempa Maroko, "Saya Harus Memilih Selamatkan Orang Tua atau Anak Saya"
Tayeb bersama istri, kedua putra, dan orang tuanya sedang berada di rumah ketika gempa terjadi.
Penggembala kambing dari Pegunungan Atlas itu mengatakan dia dihantui keputusan yang diambilnya kala itu.
Petaka Gempa Maroko, "Saya Harus Memilih Selamatkan Orang Tua atau Anak Saya"
Tayeb bersama istri, kedua putra, dan orang tuanya sedang berada di rumah kecil mereka yang terbuat dari batu pada Jumat malam ketika Bumi bergetar di bawah kaki mereka. Itu adalah gempa terkuat selama 60 tahun di Maroko.
"Semuanya terjadi cepat sekali. Ketika gempa terjadi kami semua berlari ke pintu. Ayah saya tidur dan saya berteriak kepada ibu agar segera keluar tapi dia tetap di tempatnya menunggu ayah," ujar tayeb, seperti dilansir BBC, Senin (10/9).
-
Apa yang rusak akibat gempa Maroko? Gempa di Maroko yang terjadi pada Jumat malam lalu mengakibatkan kerusakan serius pada salah satu situs bersejarah terpenting di Pegunungan Atlas Tinggi.
-
Kapan gempa terjadi di Maroko? Gempa dahsyat mengguncang Maroko pada Jumat malam lalu menewaskan lebih dari 2.000 jiwa dan melukai ribuan lainnya.
-
Apa makna kehilangan anak bagi orang tua? Meskipun kehilangan itu sangat menyakitkan, ia menjelaskan bahwa hal tersebut memiliki makna yang mendalam jika diterima dengan ikhlas.
-
Bagaimana korban gempa bisa bertahan hidup? Menurut ahli, seseorang dapat bertahan selama satu minggu atau lebih di bawah reruntuhan bangunan setelah gempa. Akan tetapi, hal ini tergantung pada sejauh mana cidera yang dialami, kondisi tempat terperangkap, faktor akses terhadap air, udara, dan cuaca.
-
Apa yang terjadi ketika gempa? Gempa bumi adalah apa yang terjadi ketika dua lempengan tiba-tiba bergeser. Permukaan tempat yang tergeser itu disebut bidang patahan
-
Apa yang harus dilakukan orang tua? Dalam situasi yang sulit seperti ini, anak-anak memerlukan dukungan dan bimbingan yang baik dari orang tua. Orang tua juga harus menyadari bahwa salah satu penyebab utama perilaku bullying pada anak adalah ketidakmampuan mereka untuk membedakan antara perilaku yang baik dan buruk.
Ketika sudah keluar dia hanya melihat istri dan putrinya. Tayeb bergegas kembali ke rumahnya yang sudah ambruk. Dia menemukan putra dan kedua orang tuanya terjebak di bawah reruntuhan. Dia hanya bisa melihat tangan anaknya berusaha mengais reruntuhan.
Ketika dia kembali menemukan kedua orangtuanya, mereka sudah terjebak di bawah kepingan batu besar. Tayeb mengatakan dia sudah terlambat.
"Saya harus memilih antara orang tua atau anak," kata dia dalam linangan air mata.
Sumber: BBC
"Saya tak bisa menolong orang tua karena tembok yang jatuh menimpa separuh tubuh mereka. Sangat menyedihkan. Saya melihat orang tua saya meregang nyawa."
Tayeb menunjuk noda di celananya seraya mengatakan itu adalah darah kedua orang tuanya.
Semua pakaian ada di dalam rumahnya dan dia belum bisa berganti pakaian sejak gempa terjadi.
Sumber: BBC
Keluarga Tayeb kini tinggal bersama kerabat mereka di sebuah tenda darurat dekat bekas rumahnya. Tayeb menuturkan semua uangnya ada di dalam rumah dan kambing-kambignya hampir semua mati.
"Rasanya seperti terlahir kembali. Tidak ada orang tua, tidak punya rumah, tidak punya makanan, pakaian. Saya berumur 50 tahun sekarang dan harus memulai lagi semuanya dari awal."
Tayeb tak mampu berpikir apa-apa untuk melanjutkan hidup tapi dia ingat pesan orang tua yang diajarkan kepadanya.
"Mereka selalu bilang, 'sabar, kerja keras, dan pantang menyerah'."
Sumber: BBC