Ilmuwan Temukan Limbah Mikroplastik Cemari Awan, Ini Dampaknya Bagi Lingkungan
Studi ini mengungkapkan seberapa jauh penyebaran mikroplastik serta efek yang mungkin ditimbulkan terhadap perubahan iklim global.
Limbah mikroplastik terdiri dari partikel plastik atau serat yang berukuran kurang dari 5 mm dan menjadi pencemar di lingkungan. Mikroplastik ini dapat ditemukan di berbagai lokasi, termasuk perairan laut, estuari, sedimen, terumbu karang, serta bahkan di awan.
Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan, limbah mikroplastik telah mencemari atmosfer yang terdapat dalam awan. Dikutip dari laman IFL Science, penelitian ini dilakukan ilmuwan dari Jepang dan diterbitkan dalam jurnal Environmental Chemistry Letters pada 14 Agustus 2023.
-
Mengapa mikroplastik di atmosfer berbahaya? 'Mikroplastik di troposfer bebas diangkut dan berkontribusi pada polusi global. Jika masalah 'polusi udara plastik' tidak ditangani secara proaktif, perubahan iklim dan risiko ekologis dapat menjadi kenyataan, menyebabkan kerusakan lingkungan yang tidak dapat dibalikkan dan serius di masa depan.'
-
Apa saja dampak mikroplastik? Dampak yang ditimbulkan dari hal ini cukup serius. Kita dapat mengalami gangguan pada sistem pencernaan, iritasi pada usus, dan bahkan ada kemungkinan terjadinya gangguan hormonal dalam tubuh kita.
-
Bagaimana mikroplastik dapat terbawa ke udara? Sepuluh juta ton potongan plastik ini berakhir di lautan, dilepaskan bersama semprotan air laut, dan terbawa ke atmosfer,' demikian isi rilis tersebut .
-
Apa masalah utama pencemaran lingkungan? Sampah plastik masih menjadi masalah utama dalam pencemaran lingkungan baik pencemaran tanah maupun laut.
-
Siapa yang melakukan penelitian tentang mikroplastik di air? 'Plastik-plastik kecil ini masuk ke dalam tubuh kita melalui air minum dengan risiko kesehatan yang belum pasti,' kata, Zhanjun Li, PhD, seorang profesor dari Universitas Kedokteran Guangzhou, dilansir dari Verywell.
-
Dimana limbah plastik merusak lingkungan? Dampaknya meliputi kerusakan ekosistem dan ancaman bagi kehidupan laut.
Temuan ini menunjukkan seberapa luas penyebaran mikroplastik dan dampak yang mungkin ditimbulkan terhadap perubahan iklim global. Para peneliti mengonfirmasi, mereka telah menemukan mikroplastik di awan dan menyatakan kondisi ini berpengaruh terhadap iklim.
Mikroplastik tersebut terdeteksi saat para peneliti melakukan pendakian di Gunung Fuji dan Gunung Oyama untuk mengumpulkan air dari kabut di puncak gunung. Pengambilan sampel di ketinggian ini membantu memperlihatkan bagaimana mikroplastik dapat terakumulasi di berbagai lapisan atmosfer. Setelah mengumpulkan air kabut, para peneliti melakukan analisis menggunakan teknik pencitraan canggih serta spektroskopi inframerah transformasi mikro Fourier.
Metode pencitraan ini digunakan untuk menentukan sifat fisik dan kimia dari air kabut yang telah diambil. Hasil analisis menunjukkan, terdapat 9 jenis polimer dan 1 jenis karet dalam mikroplastik yang terdeteksi di udara, dengan ukuran yang bervariasi antara 7,1 hingga 94,6 mikrometer. Bahkan, setiap liter air awan mengandung antara 6,7 hingga 13,9 partikel plastik.
Masuk ke Atmosfer
Pencemaran lingkungan yang terjadi saat ini kemungkinan besar disebabkan 10 juta ton potongan plastik yang terbuang ke lautan dan kemudian terbawa ke atmosfer melalui proses penguapan dan angin. Penelitian terbaru menunjukkan, mikroplastik yang terdeteksi merupakan partikel "hidrofilik", yaitu partikel plastik yang cenderung menarik air. Keberadaan partikel ini mengindikasikan awan dapat terbentuk dengan lebih cepat, yang berpotensi memengaruhi pola cuaca serta sistem iklim secara keseluruhan.
Sebelumnya, para ahli dari Penelitian Sampah Laut Internasional di University of Plymouth menemukan, jumlah sampah plastik di lautan meningkat hingga 50 persen dalam dua dekade terakhir. Mikroplastik kini menjadi masalah global yang serius, karena keberadaannya dapat ditemukan di berbagai tempat, termasuk dalam makanan, minuman, dan bahkan tanaman.
Lebih dari 1.300 spesies hewan, baik laut maupun darat, serta organ manusia telah terpapar limbah mikroplastik. Dikutip dari laman Phys pada Kamis (24/10/2024), diperkirakan hampir 40 megaton mikroplastik terlepas ke lingkungan setiap tahunnya. Angka ini diprediksi dapat meningkat dua kali lipat pada tahun 2040, yang tentu saja akan memperburuk situasi yang sudah sangat kritis.
Polusi mikroplastik ini diprediksi akan mengakibatkan kerusakan lingkungan yang luas pada abad mendatang. Penelitian juga menunjukkan mikroplastik dapat merusak ekosistem laut, mengganggu rantai makanan, dan berpotensi mengubah perilaku serta kesehatan organisme yang terpapar. Dampak ini tidak hanya terbatas pada hewan, tetapi juga dapat meluas ke manusia melalui konsumsi makanan laut yang terkontaminasi, yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan jangka panjang.