Ilmuwan Ungkap Perjalanan ke Masa Lalu atau Masa Depan Bukan Hal Mustahil, Begini Penjelasannya
Pada tahun 1905, Einstein menerbitkan Teori Relativitas Khusus yang mengungkapkan bahwa waktu tidak bersifat absolut.

Para fisikawan menyatakan perjalanan waktu atau time travel (perjalanan ke masa depan atau masa lalu) mungkin bisa dilakukan tanpa menyebabkan paradoks. Ide mengenai perjalanan waktu ini pertama kali menjadi terkenal melalui berbagai karya fiksi.
Dikutip dari Live Science, Kamis (28/11/2024), seiring berjalannya waktu, konsep ini mulai menarik perhatian para fisikawan, terutama setelah Albert Einstein mengembangkan teori relativitas. Pada tahun 1905, Einstein memperkenalkan Teori Relativitas khusus yang menunjukkan waktu tidak bersifat absolut. Sebaliknya, waktu dapat dipengaruhi oleh kecepatan dan gravitasi.
Konsep ini kemudian diperluas dalam Teori Relativitas Umum pada tahun 1915, yang menjelaskan bagaimana ruang dan waktu melengkung di sekitar objek dengan massa besar. Teori ini membuka peluang untuk melakukan perjalanan waktu melalui fenomena seperti wormhole atau lubang cacing.
Pada tahun 1949, matematikawan Kurt Gdel menemukan solusi dalam persamaan relativitas umum yang menunjukkan adanya kemungkinan jalur melingkar di ruang-waktu, yang dikenal sebagai closed timelike curves (CTCs). Meskipun solusi ini secara teori memungkinkan adanya perjalanan waktu, tantangan praktis yang dihadapi sangatlah besar. Konsep perjalanan waktu sering kali menimbulkan konflik logika, salah satunya adalah 'grandfather paradox'. Paradoks ini menggambarkan dilema di mana jika seseorang kembali ke masa lalu untuk mencegah kelahiran orang tuanya, lantas bagaimana ia bisa ada untuk melakukan perjalanan tersebut? Hal ini menunjukkan kompleksitas dan tantangan yang ada dalam gagasan perjalanan waktu.
Paradoks Perjalanan Waktu
Penelitian terbaru mengindikasikan paradoks perjalanan waktu mungkin dapat dihindari. Menurut IFL Science pada Kamis (28/11/2024), sebuah studi yang dipimpin oleh Germain Tobar dari University of Queensland, Australia, menunjukkan bahwa perjalanan waktu dapat dilakukan tanpa memicu terjadinya paradoks. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Classical and Quantum Gravity ini menggunakan model matematis untuk membuktikan bahwa ruang-waktu dapat beradaptasi guna mencegah munculnya paradoks.
Tobar menjelaskan, jika seseorang melakukan perjalanan waktu dan berusaha mengubah masa lalu, maka peristiwa-peristiwa dalam ruang-waktu akan menyesuaikan diri sedemikian rupa sehingga perubahan tersebut tetap sejalan dengan masa depan yang sudah diketahui.
Dengan kata lain, walaupun seseorang berusaha mencegah terjadinya suatu peristiwa, sesuatu pasti akan terjadi untuk memastikan bahwa peristiwa tersebut tetap berlangsung, meskipun dengan cara yang berbeda. Model ini berlandaskan pada konsep determinisme dinamis, di mana hubungan sebab dan akibat tetap terjaga meski ada intervensi dalam jalur waktu.
Temuan ini menawarkan solusi potensial untuk mengatasi 'grandfather paradox' dan paradoks informasi. Meskipun hasil penelitian ini cukup menarik, masih terdapat banyak tantangan praktis yang harus dihadapi sebelum perjalanan waktu dapat terwujud. Salah satu tantangan tersebut adalah kebutuhan akan energi yang sangat besar untuk menciptakan lubang cacing atau memanipulasi ruang-waktu.
Di samping itu, stabilitas struktur ruang-waktu juga masih menjadi pertanyaan besar. Eksperimen yang dilakukan dengan partikel subatomik di akselerator partikel, seperti Large Hadron Collider (LHC), memberikan beberapa petunjuk awal mengenai kemungkinan manipulasi ruang-waktu. Namun, penerapan teknologi ini dalam skala besar untuk manusia masih jauh dari jangkauan saat ini. Meskipun demikian, beberapa ilmuwan, termasuk Stephen Hawking, pernah berpendapat bahwa perjalanan waktu bisa menjadi kenyataan di masa depan.