Milisi Rohingya sebut 10 jasad di kuburan massal bukan anggotanya
Merdeka.com - Kelompok milisi Tentara Pembebasan Rohingya Arakan (ARSA) menyangkal klaim angkatan bersenjata Myanmar menyebut sepuluh jasad ditemukan di kuburan massal di Desa Inn Din, Negara Bagian Rakhine, adalah anggota mereka. Namun, pemerintah Myanmar kini berdalih kalau kelompok ARSA dan orang Rohingya kerap bersatu buat menyerang aparat keamanan, dan terlihat berusaha menghindari tudingan melakukan pelanggaran hak asasi manusia.
Bantahan itu disampaikan ARSA melalui cuitan di media sosial Twitter. Menurut mereka, sepuluh jasad misterius itu adalah warga sipil Rohingya, dan bukan bagian dari ARSA.
"Kami menyatakan sepuluh jasad di kuburan massal di Desa Inn Din itu adalah warga sipil Rohingya, dan bukan anggota ataupun simpatisan ARSA," demikian pernyataan ARSA, dilansir dari laman Reuters, Minggu (14/1).
-
Mengapa kerangka-kerangka ini diyakini sebagai korban? Setidaknya satu dari mereka berbaring tengkurap, jadi ini bukan penguburan atau kuburan yang disengaja,' ungkap Tomasz Dzieńkowski, seorang peneliti di Universitas Maria Curie-Skłodowska 'Kerangka-kerangka tersebut akan menjalani uji radiokarbon. Jika ketiga kerangka itu berasal dari pertengahan abad ke-13, maka kita dapat berasumsi bahwa mereka adalah korban invasi Mongol,' imbuh Dzieńkowski, seperti dilansir dari laman Newsweek.
-
Dimana jasad korban ditemukan? Jasad RN ditemukan di dalam ruko Jalan Boulevard, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
-
Siapa yang membunuh korban? Jasad wanita berinisial R (34) ditemukan di Dermaga Ujung Pulau Pari dengan kondisi sudah membusuk pada 13 April 2024. Pembunuhan tersebut dilakukan oleh pelaku berinisial N yang diketahui memesan layanan Open BO dari R melalui aplikasi WeChat.
-
Siapa yang menjadi korban Pembantaian Al-Aqsa? Diperkirakan sekitar 20 orang tewas dan 350 hingga 500 orang terluka, semuanya dalam kurun waktu singkat.
-
Apa yang ditemukan di kuburan massal itu? Selain itu, para ilmuwan menemukan berbagai artefak pemakaman, seperti lebih dari 100 gelang dan 27 manik yang terbuat dari cangkang, vas keramik, mangkuk, piring, periuk, kendi kecil, gelas kimia, pot tanah liat, cangkir air, botol, dan toples.
-
Siapa korban pembunuhan? Pelaku ditangkap oleh tim gabungan Resmob Polrestabes Semarang dan Jatanras Polda Jateng di hari yang sama dengan kejadian yaitu Senin (24/7). “Jadi kejadian jam 03.00 wib. Pelaku kami tangkap dalam pelariannya di Solo Jateng pukul 06.00 Wib.“
Walau demikian, ARSA mengaku merasa sedikit lega karena angkatan bersenjata Myanmar mau mengakui 'kejahatan perang' terhadap orang Rohingya. Hal itu berdasarkan hasil penyelidikan sementara.
Hanya saja, juru bicara pemerintah Myanmar, Zaw Htay, berkelit kalau prajurit mereka tidak bersalah. Sebab, dalam menggelar operasi militer dengan dalih menumpas ARSA, dia beralasan kelompok itu selalu didukung oleh warga sipil Rohingya.
"Kami kesulitan membedakan yang mana kelompok teroris dan penduduk sipil. Penyelidikan terus berlangsung buat memastikan apakah mereka anggota ARSA atau bukan," kata Zaw Htay.
Pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi, merasa ada kemajuan ke arah perubahan yang lebih baik dengan cara angkatan bersenjata mengakui kesalahan mereka. Terutama soal dugaan pembunuhan terhadap sepuluh orang Rohingya itu.
"Negara ini harus bertanggung jawab terkait aturan hukum. Ini adalah langkah awal untuk bertanggung jawab dan itu hal yang baik," kata Suu Kyi.
Sepuluh jasad itu ditemukan pada 18 Desember 2017 lalu Mereka diduga dibunuh oleh tentara dan penduduk desa setempat mayoritas Buddha.
Kabar soal pembunuhan oleh pasukan Myanmar itu terungkap setelah digelar penyelidikan oleh salah satu petinggi angkatan bersenjata, Letjen Aye Win. Di dalam laporan itu dipaparkan kalau sejumlah serdadu Myanmar menggelar operasi buat menumpas kelompok ARSA pada 1 September 2017.
Dalam operasi itu, sepuluh orang Rohingya diduga anggota ARSA berhadapan dengan pasukan Myanmar. Karena kalah persenjataan, akhirnya anggota ARSA menyerah dan ditangkap. Seharusnya, para prajurit itu menyerahkan anggota ARSA tertangkap kepada polisi. Namun, penduduk desa setempat yang merupakan pemeluk Buddha rupanya sudah sangat dendam.
"Sepuluh orang itu tidak diserahkan ke polisi, tetapi dibunuh oleh penduduk desa dan pasukan," demikian kutipan di dalam laporan Letjen Aye Win.
Setelah dihabisi, penduduk desa lantas menggali tanah dan menguburkan sepuluh jasad orang Rohingya diduga anggota ARSA.
"Para prajurit dan penduduk desa mengaku mereka membunuh tersangka. Semuanya akan dihukum sesuai dengan undang-undang," lanjut pernyataan dalam laporan itu.
Salah satu penduduk desa diduga tewas karena diserang anggota ARSA bernama Maung Ni. Anak mendiang, Tun Aye, adalah salah satu dari empat penduduk Desa Inn Din bakal diproses hukum karena diduga ikut membunuh dengan alasan membalas dendam.
Meski dianggap baik karena mengakui kesalahan saat operasi, tetapi sikap militer Myanmar tetap menimbulkan tanda tanya. Sebab, mereka sangat jarang mengakui hal itu. Lembaga pemantau hak asasi manusia, Amnesty International, tetap curiga dengan laporan penyelidikan soal dugaan pelanggaran HAM terhadap etnis Rohingya oleh militer Myanmar.
"Ini hanya puncak gunung es, dan seharusnya mereka melakukan penyelidikan lebih dalam terhadap dugaan pelanggaran HAM lain terhadap orang Rohingya," demikian pernyataan disampaikan Amnesty International. (mdk/ary)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Begini Cara Warga Palestina Kumpulkan Bukti Kuburan Massal agar Israel Bisa Dihukum karena Kejahatan Perang di Gaza.
Baca SelengkapnyaBelasan mayat tanpa identitas ditemukan mengapung di perairan laut mulai dari Aceh Jaya, Aceh Barat hingga Sabang
Baca SelengkapnyaPejabat Palestina mengonfirmasi, mereka menerima 100 jenazah dari Israel. Termasuk jenazah utuh, separuh, dan sebagian tubuh.
Baca SelengkapnyaTujuh orang ditemukan meninggal dunia dalam kondisi mengambang di aliran Kali Bekasi, Jawa Barat pada Minggu (22/9).
Baca SelengkapnyaAdapun pada tempat berkumpulnya peserta tawuran, diketahui terdapat 50 orang yang sudah berada di tempat tersebut.
Baca SelengkapnyaPara imigran Rohingya itu diduga tiba di Perairan Aceh Selatan pada Rabu, 16 Oktober, setelah dilansir dari laut Andaman.
Baca SelengkapnyaTim SAR gabungan mengevakuasi tiga mayat yang telah teridentifikasi sebagai pengungsi Rohingya
Baca SelengkapnyaSebuah kuburan massal warga Gaza, Palestina, Kembali ditemukan di area Rumah Sakit Al-Shifa.
Baca SelengkapnyaIni adalah kuburan massal ketiga yang ditemukan di RS Al-Shifa.
Baca SelengkapnyaBadan SAR Nasional Banda Aceh kembali menemukan enam mayat diduga pengungsi Rohingya mengapung di perairan laut Kecamatan Indra Jaya, Aceh Jaya, Senin (25/3).
Baca SelengkapnyaKetiga pengungsi Rohingya yang lari tersebut adalah laki-laki, Sana Ullah (22), Shobir Hossain (19) dan Azim Ultah (19).
Baca Selengkapnya