Niat Hati Bikin Inovasi Bagi Pejalan Kaki di Bali, Apa Daya Berujung Macet Tak Terkendali
Dengan trotoar yang bertahap merambah ruang di jalan-jalan yang sudah sempit, para pengemudi dan penduduk setempat harus mengalami kemacetan yang kian parah.
Niat baik pemerintah daerah Bali untuk memperbaiki fasilitas bagi pejalan kaki nyatanya justru membawa masalah baru.
Niat Hati Bikin Inovasi Bagi Pejalan Kaki di Bali, Apa Daya Berujung Macet Tak Terkendali
Bali baru saja meluncurkan proyek inisiatif trotoar revolusioner yang mengundang keingintahuan sekaligus kekhawatiran di kalangan penduduk setempat dan para wisatawan.Terlihat di jalan-jalan Canggu yang ramai, proyek ambisius pemerintah yang bertujuan meningkatkan akses pejalan kaki itu tanpa disadari justru memperburuk masalah lalu lintas di wilayah tersebut.
Dengan trotoar yang secara bertahap merambah ruang di jalan-jalan yang sudah sempit, para pengemudi dan penduduk setempat harus mengalami kemacetan yang kian parah.
Meskipun ketidakpuasan meningkat atas inisiatif perluasan trotoar Bali baru-baru ini, kantor Gubernur Wayan Koster tetap bungkam ketika dihubungi untuk dimintai komentar oleh wartawan pekan lalu.
Keputusan untuk mengenalkan trotoar di Canggu memicu gelombang ketidakpuasan, baik dari penduduk lokal maupun para wisatawan yang sering datang.
Made, pemilik sebuah warung lokal di daerah Berawa mengungkapkan kekesalannya.
"Bagaimana mungkin menambahkan trotoar ke jalan yang sudah tidak cukup lebar untuk dua mobil?" kata dia.
James, seorang pengunjung lawas dari Melbourne, Australia, turut menyuarakan kekesalannya.
"Saya sudah mengunjungi Bali selama 15 tahun terakhir, tapi sekarang rasanya situasi lalu lintas sudah mencapai titik kritis."
"Kesulitan lalu lintas di Canggu semakin tak terkendali dengan penambahan trotoar ini," tambahnya.
Suara ketidakpuasan juga datang dari seorang wisatawan asal Inggris.
"Ini bukan lagi surga. Bali telah menjadi tujuan liburan yang tak nyaman untuk dihuni, tidak menawarkan apapun kepada wisatawan selain pemandangan lalu lintas yang tak ada habisnya."
Bahkan seorang anggota PDIP di Jakarta juga merespons masalah ini.
"Proyek ini gagal mempertimbangkan efek negatifnya pada masyarakat. Ribuan orang menderita akibat inisiatif yang kurang dipertimbangkan. Ini menimbulkan pertanyaan: siapa yang sebenarnya bertanggung jawab atas pelaksanaan proyek ini?" ujar salah seorang anggota PDIP di Jakarta yang memilih untuk tidak disebutkan namanya.
Evolusi Canggu dari desa tradisional menjadi komunitas internasional yang menawarkan vila-vila mewah, restoran kelas atas, dan bisnis yang berkembang kini menghadapi masalah pengelolaan yang signifikan dari pihak berwenang.
Masalah infrastruktur seperti kabel yang tidak teratur, jalan yang tak memadai, dan tidak adanya sistem air yang berfungsi di beberapa daerah telah membuat penduduk dan dunia usaha bergulat dengan tantangan sehari-hari, bahkan mereka terpaksa mencari solusi mandiri seperti menggali sumur.