Penelitian Ungkap Suhu Tinggi Berbahaya Bagi Ketahanan Hidup Remaja, Rentan Mati Muda
Para peneliti telah lama berpendapat bahwa peningkatan suhu akibat perubahan iklim akan memberikan efek yang lebih besar pada kelompok usia lanjut.
Riset yang dilakukan di Meksiko menunjukkan bahwa 75 persen kematian terkait suhu panas ekstrem terjadi pada kaum muda. Krisis iklim yang semakin parah dan meningkatnya frekuensi gelombang panas diprediksi akan menambah ancaman bagi generasi muda.
Menurut studi terbaru, beban kematian akibat suhu panas dapat berpindah dari orang tua ke kaum muda pada akhir abad ini. Dalam skenario di mana suhu global rata-rata meningkat setidaknya 2,8 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri pada tahun 2100, individu berusia di bawah 35 tahun diperkirakan akan mengalami dampak pemanasan yang lebih buruk dibandingkan kelompok lanjut usia.
-
Kenapa cuaca panas bahaya untuk kesehatan? Cuaca panas yang ekstrem dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap kesehatan manusia. Paparan sinar matahari yang berlebihan dan suhu udara yang tinggi dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
-
Bagaimana kenaikan suhu global memengaruhi kesehatan? Kenaikan suhu global juga memiliki dampak yang luas dan serius terhadap kesehatan manusia.
-
Bagaimana pemanasan global memengaruhi kesehatan? Perubahan iklim dapat memengaruhi kesehatan manusia melalui berbagai cara, dan berikut adalah beberapa alasannya: 1. Ekstrem Cuaca Perubahan iklim meningkatkan frekuensi dan intensitas peristiwa cuaca ekstrem seperti gelombang panas, badai, dan banjir. Ini dapat menyebabkan kematian langsung, cedera, dan stres psikologis, serta memiliki dampak jangka panjang pada kesehatan manusia.2. Polusi Udara Peningkatan suhu akibat perubahan iklim dapat memperburuk kualitas udara, meningkatkan polusi udara, dan meningkatkan alergen seperti serbuk sari. Ini dapat memicu atau memperparah penyakit pernapasan seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). 3. Penyebaran Penyakit Perubahan iklim mempengaruhi distribusi dan penyebaran vektor penyakit seperti nyamuk dan kutu, yang dapat menyebarkan penyakit seperti malaria, demam berdarah, dan penyakit Lyme. Perubahan suhu dan pola curah hujan dapat menciptakan kondisi yang lebih menguntungkan bagi vektor ini untuk berkembang biak dan menyebar ke daerah baru.4. Gangguan Mental Bencana alam yang terkait dengan perubahan iklim, seperti banjir dan kekeringan, dapat menyebabkan trauma psikologis dan gangguan kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan gangguan stres pascatrauma. 5. Keamanan Pangan dan Air Perubahan iklim dapat mempengaruhi ketersediaan dan kualitas sumber air dan pangan. Kekeringan dan perubahan pola curah hujan dapat mengurangi produksi pangan dan menyebabkan kelaparan. Peningkatan suhu juga dapat meningkatkan risiko kontaminasi makanan dan air, yang dapat menyebabkan penyakit seperti diare dan kolera.6. Kesehatan Kardiovaskular Perubahan iklim juga dapat mempengaruhi kesehatan jantung. Misalnya, gelombang panas dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular karena stres panas pada tubuh. 7. Zoonosis Peningkatan suhu dan perubahan ekosistem dapat meningkatkan risiko zoonosis, yaitu penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia, seperti flu burung atau penyakit virus Ebola.8. Kesehatan Anak dan Lansia Anak-anak dan lansia adalah kelompok yang paling rentan terhadap dampak kesehatan dari perubahan iklim. Anak-anak masih dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan, sedangkan lansia mungkin memiliki kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya yang dapat diperburuk oleh perubahan iklim.
-
Apa dampak buruk heatwave terhadap manusia? Heatwave dapat menyebabkan heat exhaustion atau kelelahan panas. Gejalanya termasuk pusing, kelelahan, mual, muntah, kulit pucat, dan keringat berlebihan. Heatwave juga dapat menyebabkan heat stroke atau pingsan panas.
-
Bagaimana suhu ekstrem bisa menyebabkan kepunahan? 'Suhu yang meluas antara 40 hingga 50 derajat Celcius (104 hingga 122 derajat Fahrenheit), dan bahkan kondisi ekstrem harian yang lebih parah, ditambah dengan tingkat kelembapan yang tinggi pada akhirnya akan menentukan nasib kita,' kata Farnsworth.
-
Siapa yang paling berisiko terkena penyakit akibat cuaca panas? Penyakit-penyakit akibat cuaca panas menjadi momok yang harus diwaspadai, karena mereka dapat memiliki dampak serius terhadap kesejahteraan kita.
Analisis yang dipublikasikan dalam jurnal Science Advances ini memanfaatkan data mortalitas dari Meksiko, sebagaimana dikutip DW Indonesia pada Senin (16/12). Data yang diperoleh memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi usia dan tanggal kematian, serta membandingkannya dengan kondisi lingkungan, sehingga dapat menghitung seberapa sering paparan panas lembab berujung pada kematian dini.
Selama ini, para ilmuwan beranggapan dampak negatif dari suhu tinggi dalam iklim yang semakin panas lebih besar terhadap populasi lanjut usia. Namun, penelitian ini menunjukkan bahwa dalam kondisi tertentu, suhu panas yang ekstrem justru menjadi ancaman bagi kaum muda.
Menurut penelitian, antara tahun 1998 hingga 2019, tiga dari empat kematian akibat suhu panas di Meksiko terjadi pada individu yang berusia di bawah 35 tahun. Di sisi lain, lebih banyak orang tua yang menjadi korban kematian akibat cuaca dingin. Dengan mempertimbangkan proyeksi populasi global dan emisi karbon yang terus meningkat, para peneliti memperkirakan akan terjadi kenaikan sebesar 32 persen dalam angka kematian akibat suhu panas di kalangan kelompok berusia di bawah 35 tahun pada tahun 2100. Penurunan yang hampir serupa juga terlihat pada kelompok yang lebih tua.
Alasan mengapa individu muda lebih rentan terhadap suhu panas dibandingkan yang diperkirakan sebelumnya kemungkinan terkait dengan faktor sosial. Mereka yang lebih muda cenderung lebih sering terpapar panas di luar ruangan, sementara dampak dingin pada orang tua mereka mungkin berkurang karena perubahan iklim.
"Orang yang lebih muda memiliki tingkat aktivitas yang lebih tinggi, dan mereka lebih mungkin terpapar panas di lingkungan kerja luar ruangan," jelas Andrew Wilson, pemimpin penelitian dari Pusat Keamanan Pangan dan Lingkungan di Universitas Stanford, kepada DW.
Suhu Tinggi
Wilson menemukan, suhu yang diperlukan untuk menyebabkan kematian akibat panas lebih rendah daripada yang diindikasikan dalam literatur ilmiah. Berbagai faktor lingkungan seperti suhu udara dan kelembapan digunakan untuk menunjukkan adanya stres akibat panas, yang sering kali disebut sebagai suhu "real feel" atau "wet bulb".
Penelitian sebelumnya menetapkan batas suhu stres panas manusia pada 35 derajat Celsius. Paparan berkepanjangan pada batas wet bulb 35 derajat Celsius ini secara teoritis menunjukkan tubuh tidak dapat mendinginkan suhu intinya, yang dapat berujung pada kematian akibat panas. Namun, batas ini ditentukan dalam kondisi laboratorium di mana individu beristirahat di tempat teduh, di bawah angin kencang, disiram air, dan dalam keadaan telanjang, yang dianggap tidak realistis.
Wilson menyatakan bahwa dalam beberapa kasus, batas sebenarnya mungkin berada di tengah 20-an derajat Celsius. Penelitian seperti yang dilakukannya berusaha untuk mencakup kondisi di dunia nyata.
"Kami menemukan bahwa bahkan pada suhu sekitar 20 derajat Celsius, sudah ada cukup banyak kematian, terutama di kalangan anak muda," ujar Wilson.
"Hal ini mungkin disebabkan oleh aktivitas mereka, seperti bekerja di luar ruangan dan terpapar sinar matahari."
Singkatnya, hari yang panas tetap akan menjadi hari yang panas, dan hal ini berdampak negatif pada kesehatan tubuh manusia.
Kematian dan Perubahan Iklim
Walaupun penelitian ini hanya berfokus pada data kesehatan di Meksiko, hasil analisis para ilmuwan memberikan gambaran yang mengkhawatirkan mengenai masa depan negara-negara lain yang terpengaruh oleh krisis iklim. Para ahli menegaskan, kematian adalah salah satu konsekuensi besar dari perubahan iklim.
"Kami pikir lebih sedikit orang akan meninggal dunia karena kedinginan, lebih banyak orang akan meninggal karena kepanasan. Kami pikir sebagian besar kematian tambahan akibat kepanasan akan terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah," ungkap Wilson.
"Sebagian besar penurunan kematian akibat kedinginan akan terjadi di Eropa dan Amerika Utara, bukan? Jadi ini sudah merupakan gambaran ketimpangan."
Kondisi ini sudah lama diperkirakan, terutama mengingat peningkatan emisi karbon yang terus berlangsung dalam beberapa tahun terakhir. Dunia telah melanggar ambang batas bawah 1,5 derajat Celsius yang ditetapkan dalam Perjanjian Iklim Paris. Pada tahun 2017, sebuah penelitian memprediksi bahwa sekitar 70 persen populasi India akan terpapar suhu yang tidak dapat ditoleransi. Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa negara di Timur Tengah juga telah menerapkan larangan bekerja untuk mengatasi kondisi panas ekstrem yang semakin parah.