Perempuan Boleh Bekerja & Kewajiban Burka Dicabut, Tapi Taliban Tetap Larang Musik
Merdeka.com - Dalam wawancara pertamanya dengan media Barat sejak Taliban mengambil alih Afghanistan, salah satu pemimpin kelompok itu pada Rabu memberikan sebuah gambaran tujuan mereka dalam membangun kembali negara yang hancur lebur oleh perang puluhan tahun.
“Kami ingin membangun masa depan, dan melupakan apa yang terjadi di masa lalu,” jelas juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, saat wawancara dengan The New York Times, dikutip Kamis (26/8).
Dia membantah ketakutan masyarakat yang meluas bahwa Taliban telah menyiapkan balas dendam untuk mereka yang menentang mereka dan akan menerapkan kembali pengekangan terhadap perempuan seperti saat mereka berkuasa di Afghanistan 20 tahun lalu.
Wawancara itu hanya sehari setelah Mujahid memperingatkan perempuan di Afghanistan akan jauh lebih aman jika tetap di rumah sampai para pejuang Taliban dilatih agar tidak memperlakukan perempuan dengan tidak layak.
Setelah Taliban disingkirkan dari kekuasaan oleh pasukan yang dipimpin AS pada 2001, banyak perubahan dalam kehidupan perempuan. Mereka tidak hanya bebas keluar rumah tanpa harus ditemani anggota keluarga laki-laki, mereka juga memakai pakaian yang mereka inginkan, tidak lagi hanya memakai burka. Perempuan juga diizinkan bersekolah dan bekerja, dan foto-foto perempuan bisa ditampilkan di billboard sampai layar televisi.
Pada Rabu, Mujahid mengatakan untuk jangka panjang, perempuan akan diizinkan kembali menjalankan rutinitas harian mereka. Menurutnya ketakutan masyarakat bahwa Taliban akan kembali memaksa perempuan hanya tinggal di rumah atau menutup wajah mereka tidak berdasar. Dia menambahkan, syarat keluar rumah ditemani mahram itu disalahpahami. Itu hanya berlaku bagi perjalanan tiga hari atau lebih.
“Kalau mereka ke sekolah, ke kantor, universitas, atau rumah sakir, mereka tidak perlu seorang mahram,” kata Mujahid, yang juga menjabat sebagai kepala juru bicara Taliban.
Mujahid juga memberikan jaminan kepada warga Afghanistan yang berusaha melarikan diri dari negara tersebut, mengatakan – kontra dengan berita pada konferensi pers pertamanya – bahwa mereka yang memiliki dokumen perjalanan sah tidak akan dicegah memasuki bandara.
“Kami sampaikan bahwa orang-orang yang tidak punya dokumen yang layak yang tidak diizinkan pergi,” ujarnya.
“Mereka perlu paspor dan visa negara tujuan mereka, dan kemudian mereka bisa pergi menggunakan (jalur) udara. Jika dokumen mereka sah, maka kami tidak akan menanyakan apa yang mereka lakukan sebelumnya,” jelasnya.
Dia juga membantah tuduhan Taliban sedang memburu para mantan penerjemah dan orang Afghanistan lainnya yang bekerja untuk militer Amerika, dan mengklaim mereka akan aman di negara mereka sendiri. Mujahid juga mengungkapkan kemarahannya atas upaya evakuasi yang dilakukan Barat.
“Mereka seharusnya tidak mencampuri negara kami dan mengambil sumber daya manusia: dokter, profesor, dan orang-orang lainnya yang kami butuhkan di sini,” ujarnya.
“Di Amerika, mereka mungkin bisa menjadi tukang cuci piring atau tukang masak. Itu tidak manusiawi.”
Larang musik
Selama satu dekade terakhir, Mujahid menjadi jaringan kunci antara kelompok militan itu dengan media, tapi wajahnya tidak pernah terlihat. Pada Rabu, dia memberikan wawancara di Kementerian Informasi dan Kebudayaan ketika para pemimpin Taliban dan pialang kekuasaan Afghanistan lainnya terlibat dalam diskusi yang berlarut-larut tentang bentuk masa depan negara itu.
Mujahid dipandang bakal menjadi menteri informasi dan kebudayaan. Fasih berbahasai Pashto dan Dari, bahasa utama di negara tersebut, Mujahid (43), menyebut dirinya sebagai warga Provinsi Paktia dan lulusan hukum Islam dari madrasah Darul Uloom Haqqania di Pakistan.
Terlepas dar meningkatnya situasi di bandara pada Rabu, di mana ribuan orang masih memadati pintu gerbang bandara, Mujahid mengungkapkan harapannya Taliban akan membangun hubungan yang baik dengan komunitas internasional, menunjuk pada kerjasama bidang kontraterorisme, pemberantasan opium, dan pengurangan pengungsi di Barat.
Walaupun dia menyatakan citra Taliban yang jauh lebih toleran, Mujahid membenarkan satu laporan: Musik tidak akan diizinkan di dalam masyarakat.
“Musik dilarang dalam Islam,” ujarnya, “tapi kami berharap kami bisa mengajak orang-orang tidak melakukan hal itu, bukan menekan mereka.”
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Isi pesannya aykni agar tak melakukan pelanggaran hingga hidup bermewah-mewahan.
Baca SelengkapnyaPengantin pria menangis usai menikahi wanita yang ia perjuangkan selama 15 tahun ini curi perhatian warganet.
Baca SelengkapnyaSeorang perempuan asal Turki baru-baru ini membawa kasus hukum terhadap suaminya karena suaminya tidak menjaga kebersihan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Menjadi jurnalis perempuan yang meliput sepak bola bak dua mata pisau berlawanan. Pada satu sisi bisa memperoleh kemudahan, tapi bisa juga jadi korban kekerasan
Baca SelengkapnyaWanita ini mengaku sering mengunjungi makam tersebut ketika dirinya merasa lelah menjalani aktivitas kesehariannya.
Baca SelengkapnyaNegara ini dikenal dengan kecantikan yang dimiliki para wanitanya. Tak jarang, negara ini bahkan dijuluki lumbungnya para bidadari.
Baca SelengkapnyaMelihat sang putri berhijab turut membuatnya terharu sekaligus berbahagia.
Baca SelengkapnyaMomen lucu pasutri beda negara belajar pakai jarik untuk bayi. Sang istri girang baru pertama kali pakai. Berikut informasinya.
Baca SelengkapnyaUndang-undang tersebut mencuri perhatian dunia Islam. Sebab, negara pecahan Uni Soviet itu penduduknya mayoritas adalah muslim.
Baca Selengkapnya