Pertama Kalinya Ular Mutan Ditemukan, Punya Tiga Taring Tajam Mematikan dan Serangan Tercepat di Dunia
Ular berbisa paling berbahaya di dunia itu ditemukan di Australia.

Untuk pertama kalinya, seekor ular berbisa dengan tiga taring tajam ditemukan di Australia.
Ular langka death adder ditemukan selama program pemecah racun di Taman Reptil Australia.
“Selama 20 tahun, Taman Reptil Australia tidak memiliki catatan ular bertaring tiga dalam koleksinya. Selama waktu itu, kami telah menampung ribuan ular dan melakukan ratusan ribu pemerahan bisa ular,” kata pihak taman tersebut, seperti dilansir The Independent, Rabu (19/3).
Ular death adder adalah salah satu reptil paling berbahaya di dunia. Ular ini diperkirakan memiliki serangan tercepat dibanding seluruh jenis ular di dunia. Ular tersebut biasanya hanya memiliki dua taring dan biasa ditemukan di wilayah Australia, Queensland, New South Wales, Victoria, Australia Selatan, dan Australia Barat.
Death adder memangsa katak, kadal, dan burung. Tidak seperti kebanyakan ular berbisa Australia lainnya yang secara aktif mencari mangsa, ular death adder hanya duduk diam-diam dan bersembunyi di balik dedaunan, pasir, atau kerikil dan menyergap mangsa yang datang mendekatinya.
Sebelum program antiracun dimulai, ular berbisa tersebut sangat mematikan, hingga 60 persen gigitannya pada manusia dapat berakibat fatal.
Taringnya yang besar memiliki panjang 6-8 milimeter dan menonjol dibanding taring ular berbisa lainnya.
Sebelumnya, satu death adder telah menjadi bagian dari program ekstraksi racun di Taman Reptil Australia selama sekitar tujuh tahun. Kini, telah ditemukan ular death adder dengan taring tiga yang sangat langka.

Billy Collett mengatakan, taring itu ditemukan di sebelah salah satu taring lainnya di sisi kiri mulut ular.
Taman Reptil Australia membagikan video reptil langka itu ketika sedang memerahnya untuk mengambil racunnya, dan memperlihatkan taring ketiganya.
“Suatu hari saat saya memerah bisanya, saya melihat ada dua taring di satu sisi,” jelas Collett.
Seperti diketahui, ular berbisa biasanya secara terus-menerus mengganti taringnya. Diperkirakan suatu saat death adder juga bisa melepaskan taring ketiganya .
“Lalu saat memerah, saya memperhatikan bisa tersebut keluar dari kedua taringnya, aneh sekali,” kata Collet.
“Ini sangat langka. Saya belum pernah melihat taring ketiganya berfungsi seperti itu,” kata dia.
Taring ketiga tampaknya memungkinkan ular langka ini menghasilkan “produksi bisa yang melimpah” per gigitan daripada biasanya, membuatnya semakin mematikan, kata Collet.
“Sayangnya, kami tidak benar-benar tahu apa yang menyebabkan taring ketiga itu tumbuh, dan saat ini kami tidak memiliki fasilitas untuk menjalankan pengujian apapun,” kata juru bicara taman tersebut.
Hasil bisa ular yang melimpah itu “sebenarnya membantu kami menyelamatkan nyawa,” kata Collet, meskipun ular itu mungkin sebenarnya adalah ular berbisa paling berbahaya di dunia.
Reporter Magang: Devina Faliza Rey