Rie Yoshihara, 33, menunjukkan tato yang menghiasi punggungnya di rumahnya di Warabi, Prefektur Saitama, Jepang, 7 September 2020. Selama 400 tahun, tato di Jepang selalu dikaitkan dengan kejahatan, terakhir dengan geng Yakuza, di mana anggotanya menato nyaris seluruh tubuh menyisakan tangan dan leher.

Tingginya popularitas musik rock barat, dengan semakin banyak musisi yang merajah tubuhnya, telah mengikis anggapan tabu mengenai tato di Jepang.

Terlebih, keputusan hukum pada tahun lalu menyatakan bahwa tato bukanlah prosedur medis. Sehingga seniman tato Jepang kini dapat beroperasi secara legal tanpa lisensi medis.

Keindahan tato kini tak hanya memikat para pria tetapi juga menarik hati kaum wanita Jepang

Seniman tato wanita, Shodai Horiren berdoa sebelum merajah tubuh pelanggannya. Horiren merupakan salah satu seniman tato tradisional paling terkenal di Jepang.

Horiren mendapatkan tato pertamanya saat bepergian ke Australia hampir tiga dekade lalu. Namun sekarang tatonya menghiasi kepala sampai kaki, bahkan di kulit kepalanya yang dicukur.

Mari Okasaka (48) dan putranya, Tenji Okasaka (24) memperlihatkan tubuhnya yang dihiasi tato di rumah mereka di Niiza, Prefektur Saitama, Jepang, pada 25 September 2020. "Beberapa orang mendapatkan tato karena alasan yang dalam, tetapi saya melakukannya karena mereka lucu," kata Mari, yang mendapatkan tato pertamanya pada usia 28 tahun.

Orang-orang bertato berkumpul untuk berfoto bersama pada acara tahunan Irezumi Aikokai (Asosiasi Pecinta Tato) di Tokyo, Jepang, pada 16 Februari 2020. "Acara ini penting karena biasanya kami menyembunyikan tato kami dari masyarakat, tetapi hanya setahun sekali kami dengan bangga dapat memamerkan tato kami dan saling menunjukkan tato baru apa yang kami dapatkan," kata Ketua Irezumi Aikokai, Hiroyuki Nemoto.