Belanda menyewa jawara bayaran asal pribumi untuk membantai rakyat Blambangan.

Belanda datang di Bumi Blambangan dan membantai ribuan rakyat tak berdosa dan merampas kesuburan tanah-tanah rakyat.

Suka cita rakyat Blambangan usai panen raya.

Kembali mencangkul, menanam dan merawat kembali tanah-tanah subur yang memberi kemakmuran rakyat Blambangan.

Tarian Panen Raya, rakyat Blambangan menemui hasil atas kesuburan tanah-tanah yang dirawat baik.

Pesta panen raya, tanah-tanah subur memberi kemakmuran bagi rakyat Blambangan sebelum Belanda datang.

Penari Gandrung Sewu bermain kipas, meliuk-liuk di atas pasir Pantai Boom.

Tari Gandrung Sewu bertema 'Podo Nonton', para 1.200 penari meliuk-liuk di atas pasir Pantai Boom.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat berfoto di antara penari Gandrung Sewu usai acara.

Rakyat Blambangan yang dibantai, mayatnya dibuang Belanda di Laut Sembulungan.

Rempeg Jogopati dan Sayuwiwit datang memimpin perlawanan rakyat Blambangan mengusir kaum penjajah.

Belanda terus membantai rakyat Blambangan, kepalanya dipenggal dan tubuhnya ditancapkan di pagar-pagar rumah.

Belanda dan kaki tangannya jawara pribumi terus melakukan pembantaian rakyat Blambangan.

Rakyat yang melawan kocar-kacir, lari tunggang langgang menyelamatkan diri dari pembantaian sadis Belanda.

Rakyat Blambangan berontak karena tanah-tanah mereka dirampas dan saudara-saudara mereka dibantai.