Limbah Pustaka dilakoni oleh Raden Roro Hendarti (44) dengan dukungan keluarga, Purbalingga, Sabtu (24/2). Berawal mengangkut kardus berisi buku dan keranjang untuk sampah dia mengetuk dari satu rumah ke rumah lain di wilayah desa Muntang.

Kehadiran Limbah Pustaka lahir berawal dari keresahan, Purbalingga, Sabtu (24/2). Hendarti memandang kebiasaan membaca pada anak tak lagi dikenalkan sejak dini dan sampah anorganik makin banyak jadi limbah rumah tangga yang menimbulkan kesan kumuh di perkampungan.

Perjuangan selama bertahun-tahun berbuah manis, sepekan atau dua pekan mendatangi rumah warga dia disambut ceria anak-anak meminjam buku gratis ditemani ibu-ibu yang menyetor sampah-sampah plastik maupun kertas.

Saat ini tercatat 185 rumah tangga dari 400 rumah tangga di desa Muntang mulai aktif menyetorkan sampah anorganik.

Sampah-sampah yang terkumpul jadi syarat meminjam buku gratis.

Sampah lantas dipilah, dijual dan didaur ulang dan hasil penjualan 80% kembali pada rumah tangga yang menyetor sedang 20% untuk operasional bank sampah yang juga dikelola warga sebanyak 7 orang.

Anak-anak antusias memilih buku yang ditata di rak digantungkan pada sisi kanan kiri gerobak sampah.

Anggun (6) menunjukkan kartu peminjam Limbah Pustaka. Saban minggu gadis kecil yang masih duduk di kelas 1 SD ini mulai gemar meminjam buku.

Di kediamannya, Hendarti menjadikan rumahnya sebagai perpustakaan yang terbuka untuk siapapun. Sore hari umumnya anak-anak belajar bersama sembari bercengkrama.

Dalam setahun, dari data perpustakaan peminjaman buku sampai mencapai 7000 buku. Buku- buku cerita anak dan buku-buku memasak atau panduan berkebun paling jadi favorit.

Mimpi yang belum digapai Hendarti mendirikan gedung perpustakaan yang layak di desa Muntang. Hendarti percaya semakin banyak pengetahuan diserap dapat membimbing seseorang menjadi lebih peka menjaga lingkungan tempat tinggalnya.