Benarkah Jatuh Cinta Memberikan Sensasi "Kupu-Kupu" di Perut? Ini Kata Pakar
Kupu kupu di perut atau lebih dikenal dengan Butterfly in Stomach seringkali di anggap sebagai tanda jatuh cinta.
Bagi banyak orang, tanda awal jatuh cinta sering kali disertai dengan sensasi "kupu-kupu" di perut. Namun, apa sebenarnya yang terjadi ketika perasaan ini muncul? Menurut para ahli, sensasi yang kita kenal sebagai tanda cinta sejati ini lebih terkait dengan hasrat fisik daripada cinta sejati. Fenomena ini adalah bukti kuatnya hubungan antara tubuh dan pikiran.
Ketika seseorang merasakan ketertarikan pada orang lain, berbagai perubahan fisik mungkin terjadi, termasuk telapak tangan yang berkeringat, jantung yang berdebar kencang, dan kesulitan untuk fokus. Ketidakhadiran gejala fisik ini juga bisa menjadi indikator ketertarikan yang tidak ada. Banyak orang telah mengalami situasi di mana pertemuan dengan seseorang yang tampaknya sempurna di atas kertas tidak memunculkan perasaan apa pun, sementara dengan orang lain, sensasi gugup dan perasaan tidak bisa makan menjadi pertanda kuat adanya ketertarikan.
-
Kenapa perut terasa seperti ada kupu-kupu saat jatuh cinta? Butterfly in the stomach sudah jadi istilah yang banyak dibahas ketika sedang jatuh cinta. Dalam kamus Urban Dictionary, diartikan sebagai perasaan luar biasa saat orang yang dicintai melihat, menatap, atau memuji yang membuat kamu merasa bahagia.
-
Kapan perasaan kupu-kupu di perut dirasakan? Dalam sebuah survey yang dilakukan oleh Ashley Madison yang dilakukan terhadap 1.300 responden, sekitar 62% orang pernah merasakan butterfly in the stomach. Perasaan ini setidaknya dirasakan sekali setiap tahun.
-
Apa yang dirasakan selain kupu-kupu di perut? Selain rasa menggelitik di perut, ternyata kupu-kupu ini juga bisa membuat kamu mulas yang bikin langsung ingin ke kamar mandi, lho!
-
Bagaimana kupu-kupu di perut terjadi? Pada dasarnya, pikiran dan tubuh memang saling bersinergi hingga bisa saling berhubungan. Fenomena ini menjadi bukti bahwa ada ikatan mendalam antara tubuh dan pikiran. Misalnya yang terjadi ketika jatuh cinta, ternyata bukan cuma otak saja yang merasakan. Bagian tubuh lain seperti perut juga ikut merasakan dampaknya.
-
Apa yang membuat orang jatuh cinta? Saat seseorang jatuh cinta, sebanyak 12 daerah saraf di otak terlibat, menciptakan reaksi kompleks yang mengubah persepsi dan emosi. Hormon dan neurotransmitter seperti oksitosin dan dopamin dilepaskan, memberikan perasaan euforia dan kedekatan yang mendalam.
-
Bagaimana mitos burung perkutut tentang cinta? Dalam beberapa cerita rakyat, burung perkutut sering digambarkan sebagai simbol cinta yang abadi dan setia, karena mereka diyakini dapat memilih pasangan hidup mereka seumur hidup.
Kupu-Kupu di Perut dan Hubungannya dengan Hasrat Fisik
Meski sering dihubungkan dengan cinta yang dalam, para ahli mengatakan bahwa sensasi kupu-kupu di perut lebih merupakan tanda ketertarikan fisik atau hasrat seksual. Dr. Nicole Prause, seorang psikofisiolog dan CEO dari Liberos, menjelaskan bahwa banyak dari gejala fisik yang dialami saat jatuh cinta atau merasa tertarik pada seseorang sangat mirip dengan tanda-tanda gairah seksual.
“Banyak orang berharap bahwa sensasi ini adalah panggilan yang lebih tinggi, seperti tanda cinta sejati. Namun, kenyataannya, perubahan tubuh yang terjadi pada tahap awal ketertarikan atau infatuasi sering kali mirip dengan tanda-tanda seseorang yang mudah terangsang secara seksual,” ujar Dr. Prause.
Jadi, ketika seseorang merasakan "kupu-kupu" di perut, itu sebenarnya merupakan tanda bahwa tubuh sedang mengalami reaksi terhadap ketertarikan fisik, bukan bukti cinta yang mendalam atau langgeng.
Hubungan Antara Otak, Perut, dan Motivasi
Dr. Daniel Amen, seorang psikiater dan ahli saraf, menjelaskan bahwa sensasi yang dirasakan saat jatuh cinta atau tertarik pada seseorang dihasilkan oleh aktivasi pusat kesenangan di otak, khususnya di ganglia basal. Aktivasi ini menyebabkan reaksi fisik langsung, seperti detak jantung yang cepat, telapak tangan yang berkeringat, dan fokus yang intens pada orang yang menjadi objek ketertarikan.
Dr. Amen juga mengaitkan perasaan gugup dan kupu-kupu di perut dengan aktivasi saraf vagus, yang menghubungkan otak dengan sistem pencernaan. “Saat Anda gugup atau bersemangat, saraf ini terstimulasi dan mengaktifkan perut, menyebabkan sensasi yang kita kenal sebagai kupu-kupu di perut,” jelasnya.
Dr. Prause menambahkan bahwa jaringan di otak yang disebut jaringan salience (cingulo-opercular network) mungkin terlibat dalam proses ini. “Perasaan kupu-kupu di perut adalah sebagian dari tubuh Anda yang mengatakan bahwa kamu sedang stres, tetapi juga termotivasi untuk melakukan sesuatu atau bertemu dengan orang tersebut lagi,” ujarnya. Menariknya, tubuh juga mengalami reaksi serupa saat kita marah, tetapi otak menafsirkan rangsangan tersebut secara berbeda.
Peran Hormon dalam Ketertarikan
Selain reaksi fisik, otak juga melepaskan zat kimia tertentu ketika seseorang merasa tertarik pada orang lain. Dr. Scott Carroll, seorang psikiater, menjelaskan bahwa dopamin adalah neurotransmitter pertama yang bereaksi ketika seseorang melihat orang yang menarik. Peningkatan kadar dopamin ini membuat seseorang fokus dan bersemangat terhadap orang yang menarik perhatian mereka. Selain itu, norepinefrin juga dilepaskan, yang memperkuat fokus namun juga memicu perasaan gugup.
Namun, intensitas perasaan gugup ini dapat bervariasi tergantung pada kepribadian seseorang. Orang yang pemalu, misalnya, cenderung memiliki kadar serotonin yang rendah, yang menyebabkan kadar norepinefrin meningkat lebih tinggi dan memicu kecemasan yang lebih besar saat bertemu orang baru, terutama jika mereka tertarik pada orang tersebut.Selain itu, hormon oksitosin, yang dikenal sebagai hormon "ikatan", juga berperan dalam proses ini. Namun, pelepasan oksitosin biasanya tidak terjadi secepat pelepasan dopamin dan norepinefrin. Oksitosin mulai meningkat saat seseorang mulai merasa nyaman dan dekat dengan orang lain.
Evolusi Perasaan dalam Hubungan
Seiring waktu, perasaan kupu-kupu di perut biasanya akan memudar. Hubungan yang stabil sering kali ditandai oleh perasaan aman dan nyaman daripada ketidakpastian dan spontanitas yang ada di tahap awal. Dr. Nicole Gravagna, seorang ahli saraf dan perilaku, menyebutkan bahwa ketenangan ini merupakan tanda yang baik. “Cinta sejati adalah pengalaman kesejahteraan yang tidak termasuk perasaan gugup atau bersemangat. Cinta sejati tidak menyerupai kecanduan dalam tubuh,” jelasnya.
Pada akhirnya, meski sensasi "kupu-kupu" di perut sering dianggap sebagai tanda cinta, penelitian menunjukkan bahwa fenomena ini lebih erat kaitannya dengan respons fisiologis terhadap ketertarikan fisik atau hasrat seksual. Seiring berkembangnya hubungan, perasaan ini berubah, mencerminkan perkembangan emosional yang lebih mendalam dan stabil.