Kisah Entong Tolo Bandit dari Bekasi, Menginspirasi tapi Paling Dicari Belanda
Meski dikenal sebagai kepala rampok, Entong Tolo justru dianggap menginspirasi. Bahkan, ketika pejabat Belanda memburunya, warga justru melindunginya.
Digambarkan seorang peneli sejarah non Barat, Margreet Van Till, kondisi Batavia dan sekitarnya, termasuk juga Bekasi, sempat mendapat banyak terror dari perampok dan bandit di awal abad ke-20. Mereka menjalankan aksinya dengan sangat kejam saat mencuri uang di rumah-rumah orang kaya pribumi dan pejabat Belanda.
Pemerintah kolonial yang berpusat di Batavia sempat kalangkabut, lantaran para pelaku kejahatan ini membawa senjata tajam besar hingga senapan. Bila menghalang-halangi, bukan tidak mungkin tubuh mengalami luka sayatan bahkan hingga hilang nyawa.
-
Siapa tokoh inspiratif dari Aceh yang melawan Belanda? Teuku Nyak Arif, sosok pejuang dan gubernur pertama Aceh. Saat kolonialisme menguasai tanah Aceh, muncul orang-orang yang ingin melawan dan mengusir Belanda dengan berbagai cara.
-
Siapa pahlawan nasional dari Sumatera Barat yang melawan Belanda? Sosok Ilyas Ya'kub mungkin masih belum begitu familiar di kalangan masyarakat Indonesia. Ia merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia dari Sumatera Barat yang punya jasa besar dalam melawan Belanda.
-
Siapa pahlawan nasional asal Batak selain Dr. Ferdinand Lumban Tobing? Ia merupakan orang Batak kedua yang ditetapkan sebagai pahlawan nasional setelah Sisingamangaraja XII.
-
Siapa yang memimpin perlawanan di Banten? Perang Banten pada 1628-1629, yang dipimpin oleh Sultan Hasanudin yang ketika itu menjadi pemimpin kerajaan.
-
Kapan Belanda pertama kali datang ke Banten? Dilandir dari laman bataviadigital.perpusnas.go.id, pasukan Belanda mulanya mendarat di Pelabuhan Banten pada 1596.
-
Apa yang membuat Lebong Tandai dikenal? Salah satu desa yang terletak di Kecamatan Napal Putih ini dikenal sebagai kawasan pertambangan sejak zaman kolonial hingga menjadi rebutan beberapa negara.
Setiap malam, warga merasakan kondisi yang tidak tenang. Bahkan, polisi keamanan Belanda juga kewalahan menangani gerak geriknya. Salah satu di antara perampok cerdik itu bernama Entong Tolo, asal wilayah Bekasi yang terkenal sadis.
Meski dikenal sebagai kepala rampok di tempat asalnya, kehadiran Entong Tolo justru dianggap menginspirasi. Bahkan, ketika pejabat Hindia Belanda memburunya, warga lokal justru melindungi keberadaan Entong Tolo.
Sampai sekarang, keberadaannya masih dikenang karena perampok sadis ini pernah berjasa bagi rakyat Bekasi. Mengapa Entong Tolo justru dilindungi kehadirannya dan dianggap menginspirasi? Berikut informasinya.
Entong Tolo Merampok karena Benci Belanda
Merujuk Indonesia.go.id, sebenarnya Entong Tolo sehari-hari bekerja sebagai pedagang. Ia biasa berjualan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun kebijakan kolonial membuat ia dan banyak keluarga miskin lain semakin menderita.
Di usianya yang persis paruh abad, ia kemudian bertindak nekat. Bermodalkan keberanian, Entong mulai menyasar rumah-rumah gedongan pribumi dan Belanda untuk diambil harta bendanya.
“Entong Tolo, yang dikenal sebagai bandit dari Bekasi, aktif dalam dunia kejahatan selama kurang lebih empat tahun mulai dari tahun 1904-1908,” tulis narasi di Indonesia.go.id.
Merampok dengan Senjata
Dalam buku Batavia Kala Malam, Margreet menuliskan betapa berbahayanya bandit dan perampok di sekitaran Batavia. Para pelaku terbiasa nekat, dan tak segan membunuh pemilik rumah.
Ini turut ditunjang dengan beredarnya senjata ilegal, sehingga mereka semakin berani untuk bertindak kasar. Hampir tiap hari, koran-koran setempat memberitakan aksi perampokan dengan berbagai modus dan tindak kekerasan yang berbeda.
“Jika memperhatikan jumlah aksi perampokan, kecemasan dari warga sekitar amatlah wajar. Frekuensi perampokan saat itu bisa terjadi dua sampai tiga kali dalam seminggu,” tulis Margreet di bukunya.
Curi Harta Benda hingga Hewan Ternak
Entong banyak mencuri barang berharga dari orang-orang kaya yang tinggal di sekitaran Batavia. Ia, sudah mengetahui apa saja yang hendak diambil, termasuk jenis rumah yang harus ia rampok.
Benda-benda yang biasa diambil oleh Entong Tolo adalah harta benda berupa uang, emas dan lainnya, termasuk hewan ternak yang kala itu memiliki harga jual yang amat tinggi.
Salah satu yang sering ia sasar adalah para tuan tanah yang menjaga lahan partikelir milik pemerintah. Biasanya, tuan tanah ini meminta pajak yang amat tinggi ke warga sehingga memberatkan.
Di sinilah letak kekecewaan Entong, sehingga ia tak segan mengambil barang-barang berharga yang seharusnya dimiliki oleh warga-warga miskin.
Rampok Orang Kaya untuk Bantu Fakir Miskin
Jika pernah mendengar legenda Robin Hood, agaknya Entong Tolo memiliki prinsip yang serupa. Bandit dari Bekasi itu merampok kalangan orang kaya yang dianggap pro Belanda untuk diambil seluruh hartanya.
Kemudian setelah terkumpul, ia berkeliling untuk membagikan hasil rampokannya untuk warga tak mampu. Ia terbiasa membagikan uang, makanan hingga hasil bumi sehingga warga miskin bisa makan atau membeli kebutuhan rumah tangga.
Selama empat tahun beraksi, banyak warga di sekitar Bekasi yang terbantu sehingga sosok Entong dihormati oleh masyarakat.
Entong Tolo Dilindungi Warga
Karena aksinya dianggap meresahkan, Entong Tolo kemudian diburu. Polisi-polisi mengumpulkan warga di sekitar Bekasi dan Batavia untuk dikorek keterangannya. Ketika terkumpul, warga justru sepakat bungkam dan tidak memberi tahu keberadaan Entong.
Entong pun bebas, namun ia masih melakukan aksi perampokan dan membagi-bagikan harta orang kaya tersebut kepada warga yang membutuhkan.
Sayangnya, Entong pun tertangkap polisi keamanan pada 1908 dan langsung diserahkan ke pengadilan. Entong kemudian diasingkan Belanda ke Manado dan warga sekitar merasa kecewa atas kesewenang-wenangan Belanda ini.
Pengaruh Entong Tolo di Bekasi
Setelah Entong Tolo diasingkan, masyarakat Bekasi mulai memberontak. Mereka kecewa atas tindakan Belanda yang semakin menyengsarakan rakyat, terlebih karena mengasingkan Entong Tolo yang dianggap pahlawan masyarakat menengah ke bawah.
Pemberontakan dilakukan warga Bekasi dengan membentuk dan terlibat aktif di berbagai organisasi gerakan sosial. Mengutip Wikipedia, salah satu organisasi tersebut adalah Syarekat Islam (SI) yang anggotanya cukup vokal menentang Belanda.
Sebagian besar, anggotanya berasal dari kalangan pedagang, petani, guru ngaji, bekas tuan tanah dan pejabat yang dipecat oleh Pemerintah Hindia Belanda. Tak lupa, bandit-bandit yang mengikuti jejak Entong juga aktif dan saat itu dikenal dengan nama rampok budiman.