5 Fakta Unik Danau Tempe, Terbentuk Bersamaan dengan Pulau Sulawesi
Danau Tempe merupakan danau terbesar kedua di Pulau Sulawesi.
Danau Tempe merupakan danau terbesar kedua di Pulau Sulawesi.
5 Fakta Unik Danau Tempe, Terbentuk Bersamaan dengan Pulau Sulawesi
Danau Tempe merupakan sebuah danau tektonik yang membentang pada tiga kabupaten di wilayah Sulawesi Selatan, yaitu Kabupaten Wajo, Kabupaten Sidenreng Rapang, dan Kabupaten Soppeng. Danau ini dianggap sebagai danau purba karena terbentuknya bersamaan dengan terbentuknya pulau Sulawesi.
Danau ini memiliki luas 350 kilometer persegi dan menjadikannya danau terbesar kedua di Pulau Sulawesi.
Lantas apa saja keunikan Danau Tempe? Berikut selengkapnya:
(Foto: Wikiepdia)
-
Kapan Danau Toba terbentuk? Danau ini terbentuk akibat letusan gunung berapi super Toba sekitar 74.000 tahun yang lalu.
-
Bagaimana Danau Toba terbentuk? Saat itu juga petani marah kepada anaknya karena makanan yang menjadi jatahnya dimakan, dan tanpa disengaja petani itu melanggar janjinya. Ia mengucapkan 'dasar anak ikan', saat itu juga anak dan istrinya menghilang. Setelah itu muncul air dari bekas jejak kaki sehingga membentuk sebuah telaga yang kini dikenal dengan Danau Toba.
-
Kenapa Danau Toba terbentuk? Danau ini terbentuk dari letusan gunung berapi Toba yang megah, yang diyakini terjadi sekitar 74.000 tahun yang lalu.
-
Bagaimana Danau Gunung Tujuh terbentuk? Danau ini terbentuk dari aktivitas Gunung Tujuh yang meletus. Letusan gunung berapi tersebut membentuk sebuah kawah yang berukuran cukup besar. Seiring berjalannya waktu, kawah tersebut lama-lama terisi oleh air hujan hingga membentuk sebuah danau.
-
Dimana Danau Tambing berada? Secara geografis, Danau Tambing ini masih termasuk dalam wilayah dari Taman Nasional Lore Lindu.
1. Terbentuknya Danau Tempe
Dikutip dari kanal YouTube Balai Arkeologi Sulawesi Selatan, Danau Tempe terbentuk sekitar 10.000 tahun lalu atau pada Kala Holosen. Danau itu terbentuk karena pergerakan tektonik yang disebabkan oleh sesar bongkah dan sesar geser.
Setelah terbentuk, wilayah itu melahirkan peradaban akuatik yang berdampingan dengan peradaban bercorak agraris. Pada musim kemarau, kompleks danau akan terbentuk menjadi tiga danau yaitu Danau Tempe, Danau Sidenreng, dan Danau Tapparang Lapompakka.
2. Jadi Pusat Peradaban
Dataran di sekitar Danau Tempe merupakan tanah yang subur. Masyarakat datang dari berbagai penjuru arah untuk tinggal di kawasan tersebut. Mereka disebut datang dari berbagai tempat di wilayah pegunungan baik dari utara maupun selatan. Kedatangan orang-orang dari Kerajaan Luwu dan para bangsawan dari Sanggala kemudian membentuk komunitas sebelum abad ke-14.
Dalam kesehariannya, sebagian besar penduduk yang bermukim di sekeliling Danau Tempe bekerja sebagai nelayan. Mereka umumnya kembali ke daratan pada Kamis malam hingga Jumat siang saja.
Penduduk di sekitar Danau Tempe punya dua rumah, satu rumah di darat dan satunya merupakan rumah apung di permukaan danau. Pada saat danau surut, masyarakat setempat akan kembali berprofesi sebagai petani dan tinggal lebih lama di rumahnya yang berada di darat.
3. Peta Geografis Danau Tempe
Citra visual berupa sketsa peta kuno di wilayah Danau Tempe dibuat pada abad ke-17 dan 18 oleh VOC. Sketsa ini mengungkap persebaran ruang hunian dan tutupan lahan berupa area pertanian.
Persebaran hunian yang dimuat pada peta tersebut menggambarkan pola yang mengikuti aliran sungai-sungai besar.
Sementara di sebelah barat merupakan kawasan dataran rendah yang didominasi tutupan lahan berupa area persawahan. Seiring waktu, kawasan lahan pertanian itu terus bertambah.
4. Pendangkalan Tiap Tahun
Setiap tahunnya Danau Tempe mengalami pendangkalan hingga 30 cm. Hal ini terasa saat musim hujan di mana air akan melimpah dan membanjiri kawasan pemukiman. Dikutip dari Wikipedia, pendangkalan itu disebabkan oleh sedimentasi tanah dan lumpur yang terbawa dari sungai dan anak sungai yang mengairi danau.
Permasalahan lainnya adalah pertumbuhan eceng gondok yang sangat pesat dan ekspansif yang dapat merusak pemukiman warga sekitar danau. Untuk menghalaunya pemerintah daerah setempat membangun tiang panjang dari kayu berjejer sepanjang 100 meter.
5. Aturan Adat di Danau Tempe
Demi menjaga kelestarian Danau Tempe, terdapat aturan adat yang harus dipatuhi masyarakat setempat. Aturan adat itu antara lain larangan menangkap ikan pada Kamis malam hingga Jumat siang, larangan menyeberangkan mayat di danau, larangan mencuci kelambu di tengah danau, larangan menangkap ikan tanpa penutup kepala, larangan menyanyi di tengah danau, dan larangan bermesraan dua orang muda mudi di sekitar danau.
Setiap penduduk yang melihat pelanggaran itu dapat melaporkannya pada pemimpin adat yang disebut sebagai Macoa Tappareng. Lalu Macoa Tappareng akan memberikan sanksi pada pelaku.