Cerita dari Kampung Legon Lele, Desa yang Ditinggalkan di Karimunjawa
Merdeka.com - Di Kepulauan Karimunjawa, ada sebuah kampung yang ditinggalkan penduduknya. Dulunya ada 30 rumah di kampung itu. Namun sejak tahun 1998, mereka pindah satu per satu dan kini hanya menyisakan satu keluarga.
Kampung itu bernama Legon Lele. Kini hanya keluarga Pak Temporas yang tinggal di kampung itu. Walaupun hidup menyendiri, keluarga Pak Temporas tampak damai dalam menjalani hidup. Salah satunya adalah Mak Um.
“Waktu momen pindahan itu aku nggak punya uang. aku jual 3 hektare dapat uang Rp9 juta,” kata Mak Um, salah satu anggota keluarga, dikutip dari kanal YouTube Sudut Karimunjawa.
-
Kenapa kampung di Pantai Kuwaru ditinggalkan? Pada tahun 2014, kondisi pantai masih sangat bagus. Namun pasir pantai di sana terkena abrasi sehingga rumah-rumah yang berdiri di atasnya harus ditinggalkan penghuninya.
-
Siapa yang menghuni kampung tersebut? Pasalnya di sini, seluruh penghuninya merupakan perempuan dan tidak ada laki-laki sama sekali.
-
Apa yang membuat kampung itu terbengkalai? Sementara rumah-rumah di sekeliling rumah Bu Wahyuti tampak terbengkalai. Bagian atap hingga dindingnya sudah dipenuhi tumbuhan merambat.
-
Kapan kampung mati petir mulai ditinggal penduduknya? Pak Priyono mengatakan, dulu ada sekitar 12 rumah di Kampung Petir. Sewaktu masih tinggal di kampung itu, Pak Priyono pernah menemukan jejak Harimau Jawa. Jejak itu ia temukan di Gunung Batu, sebuah bukit yang letaknya tak jauh dari pemukiman penduduk di Kampung Petir.
-
Kapan permukiman di Jakarta Timur ditinggalkan? Dari keterangan warga setempat, sekitar seratusan rumah di sana sudah ditinggalkan warga sejak pemerintahan Gubernur Sutiyoso puluhan tahun lalu.
-
Kenapa warga meninggalkan Kampung Mati? Para warga meninggalkan kampung itu sejak terjadi peristiwa longsor. Ditakutkan peristiwa serupa akan terjadi kembali.
Berikut selengkapnya:
Hidup dengan Beternak
©YouTube/Sudut Karimunjawa
Dalam kesehariannya, Mak Um hidup beternak. Segala hewan ternak yang bisa ia ternak ia ternak seperti kambing, ayam, dan juga sapi. Bahkan di tempat itu, ia merawat 25 sapi milik 8 orang.
“Jadi tak lepas saja sapi-sapi itu. Kalau sudah sampai rumah baru diurusi,” kata Mak Um.Kalau usianya sudah beranjak tua, Mak Um mengaku ingin pindah dari tempat itu. Apalagi di Kampung Legon Lele ia benar-benar hidup sendiri tanpa ada penduduk lain yang tinggal di sekitarnya.
Merasa Gembira
©YouTube/Sudut Karimunjawa
Walaupun tinggal menyendiri di tempat itu, Mak Um mengaku merasa senang. Apalagi sering ada pengunjung untuk sekadar mampir ke rumahnya yang sederhana. Tak hanya sekadar mampir, mereka juga menjadi teman ngobrol dan juga sering memberi hadiah pada Mak Um.
“Bahagia di sini. Kalau ada omongan apa-apa nggak kedengaran. Selain itu di sini juga dibantu sama hotel, sama anak-anak, sama kawan-kawan, sama semuanya singgah di sini. Itu senang sekali karena banyak dibantu,” kata Mak Um.
Bahagia Tinggal Sama Ibu
©YouTube/Sudut Karimunjawa
Dalam kesehariannya, Mak Um tinggal dibantu oleh anak perempuan dan menantunya yang juga perempuan. Mereka bekerja keras dalam merawat hewan-hewan ternak itu dan juga mengurus kehidupan mereka sendiri. Walaupun sudah berkali-kali ditawar untuk ikut pindah, Dewi tetap tidak mau. Ia mengatakan tetap akan tinggal bersama ibunya ke manapun ibunya pergi.
“Saya berkali-kali diajak pindah oleh mbak tapi saya tidak mau. Saya ingin tetap di sini bantu ibu. Ibu pindah saya ikut pindah,” ujar Dewi. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pada tahun 2010, kampung itu terkena lahar panas letusan Gunung Merapi. Kini yang tersisa hanyalah rumah-rumah tak berpenghuni
Baca SelengkapnyaBangunan sekolah hingga deretan rumah-rumah warga kini terpaksa kosong hingga mulai termakan usia.
Baca SelengkapnyaSetelah ditinggal warganya, kampung ini kemudian berganti nama menjadi Mojokoncot
Baca SelengkapnyaAir laut yang terus meninggi diduga merupakan dampak dari pembangunan.
Baca SelengkapnyaPerubahan iklim telah membuat Dusun Rejosari Senik, yang dahulu dihuni 225 kepala keluarga (KK), kini ditinggalkan penduduknya.
Baca SelengkapnyaKini, kampung itu hanya menyisakan rumah yang terbengkalai. Beberapa rumah tampak sudah ambruk.
Baca SelengkapnyaDisaat semua warga pindah, keluarga ini memilih bertahan di kampung mati.
Baca SelengkapnyaDulu Dusun Simonet merupakan kampung yang ramai. Tapi kini tak ada satupun warga yanga bermukim di sana.
Baca SelengkapnyaKini rumah hingga masjid di Kampung Sindah hanya tersisa bagian atapnya saja setelah waduk digenangi air
Baca SelengkapnyaDitumbuhi semak belukar, warga mengaku hampir tiap malam membunuh ular.
Baca SelengkapnyaSaat musim hujan tiba, kampung itu benar-benar terisolir karena jalan ke sana terhalang aliran air sungai yang deras
Baca SelengkapnyaWarga di kampung itu harus direlokasi setelah terjadi peristiwa longsor.
Baca Selengkapnya