Mengenal Sadfishing pada Anak di Dunia Maya, Bisa Jadi Anak Kurang Perhatian
Sadfishing bisa menjadi perilaku untuk mencari simpati dan perhatian di media sosial.
Sadfishing bisa menjadi perilaku untuk mencari simpati dan perhatian di media sosial.
Mengenal Sadfishing pada Anak di Dunia Maya, Bisa Jadi Anak Kurang Perhatian
Seperti diketahui, media sosial kini menjadi platform bagi siapa saja yang ingin membagikan keseharian. Bukan hanya orang dewasa, anak-anak remaja juga sudah mulai menggunakan media jejaring sosial ini. Meski begitu, penting bagi orang tua untuk selalu memperhatikan anak dalam bermedia sosial.Selain membantu pengawasan terhadap anak, memperhatikan anak di media sosial juga bisa membantu Anda memahami kondisi dan berbagai hal yang sedang dialami oleh anak. Salah satunya, ketika anak mulai berperilaku sadfishing di media sosial.
Sadfishing merupakan istilah yang cukup baru, ini adalah sebuah kondisi yang bisa mengarah pada perilaku mencari perhatian. Meski tidak dapat dideteksi dengan jelas, namun jika anak Anda melakukan perilaku ini, Anda bisa menelusuri lebih jauh masalah apa yang sedang terjadi pada anak.
Dalam hal ini, Anda perlu mengetahui sejarah istilah sadfishing di media sosial, ciri-ciri anak melakukan sadfishing, hingga berbagai risiko negatif dari perilaku sadfishing. Dilansir dari laman Verywell Family, berikut kami merangkum berbagai penjelasan mengani sadfishing, bisa Anda simak.
Mengenal Sadfishing di Media Sosial
Pertama, akan dijelaskan terlebih dahulu sejarah munculnya istilah sadfishing. Istilah sadfishing pertama kali muncul pada tahun 2019.
-
Apa itu sadfishing? Sadfishing merupakan ungkapan emosional yang berlebihan yang dilakukan secara sengaja, seperti kesedihan, kesulitan, keluhan dengan tujuan untuk mendapat simpati atau perhatian dari orang lain.
-
Dimana sadfishing terjadi? Sadfishing atau mengumbar kesedihan adalah istilah yang digunakan karena seseorang mengunggah konten pribadi yang emosional dan dramatis, untuk memancing simpati secara online.
-
Bagaimana orang lain bereaksi terhadap sadfishing? Reaksi pengguna media sosial terhadap suatu hal cenderung acak dan impulsif. Respons ini bisa diwujudkan dalam komentar negatif yang berakibat pada cyberbullying (perundungan daring).
-
Apa dampak negatif media sosial untuk anak? Seringkali, anak-anak tidak menyadari risiko yang mengancam akibat penggunaan media sosial yang berlebihan.
-
Apa yang membuat anak sedih? Sederhananya malam ini, aku rindu rumah yang di mana di sana ada aku, ayah, ibu, dan kakak adik.
-
Siapa yang pernah melakukan sadfishing? Kendall Jenner sempat membuat postingan di Twitter yang menceritakan perjuangannya melawan jerawat yang membuatnya nggak percaya diri.
Pada saat itu, Jenner memposting foto di Instagram pribadinya yang menunjukkan bahwa wajahnya memiliki jerawat. Awalnya, model tersebut mendapat banyak simpati dari komunitas online.
Kemudian orang-orang menyadari bahwa postingannya sebenarnya adalah bagian dari kampanye iklan obat jerawat.
Reid menyebut perilaku Jenner tersebut menyedihkan. Benar atau tidak, menurut Reid, perilaku Jenner tersebut sama saja membuat klaim berlebihan secara online dengan tujuan mendapatkan perhatian, suka, pengikut, atau simpati.
Setelah istilah ini beredar luas, maka semakin banyak orang menyebutkan istilah sadfishing yaitu perilaku mengunggah postingan rentan dan tampak tidak jujur atau dibuat-buat. Orang yang melakukan hal ini pun dinilai hanya mencari perhatian dan simpati saja. Meskipun memang tidak semua unggahan bisa dikatakan demikian.
Ciri-Ciri Anak Melakukan Sadfishing
Setelah mengenal istilah sadfishing, berikutnya akan dijelaskan bagaimana ciri-ciri anak melakukan sadfishing di media sosial.
Harus diakui bahwa mendeteksi anak melakukan sadfishing di media sosial memang tidak mudah.
Meski begitu, orang tua harus peka terhadap tanda-tanda yang mungkin terlihat pada anak. Tanda-tanda ketika anak melakukan sadfishing di media sosial, salah satunya ketika anak yang tiba-tiba memposting sesuatu yang emosional dan dramatis. Terlebih, jika sebelumnya anak termasuk jarang menggunggah hal tersebut, atau tidak seperti biasa yang dia lakukan.
Orang tua juga perlu memperhatikan cara anak menulis caption yang menjelaskan setiap postingannya. Jika tampak anak sedang mencari simpati atau perhatian, selanjutnya Anda bisa membuka pembicaraan dengan anak. Dalam hal ini, hindari kata-kata atau sikap menghakimi, sebaliknya Anda harus bisa terbuka dan menerima setiap perasaan yang dialami anak sebagai suatu hal yang valid.
Mungkin juga perilaku sadfishing ini adalah upaya mereka untuk menguji kesetiaan orang lain sehingga mereka dapat melihat siapa yang peduli terhadap mereka berdasarkan pada bagaimana orang lain menanggapi.
Risiko Perilaku Sadfishing
Setelah mengetahui tanda-tanda sadfishing anak di media sosial, terakhir akan dijelaskan berbagai risiko buruk yang mungkin terjadi.
Salah satu risiko terbesar dalam membuat postingan emosional di media sosial adalah risiko ditindas di dunia maya. Anak yang melakukan sadfishing bisa diolok-olok dan disebut sebagai seorang yang cari perhatian.
Efek dari penindasan tersebut, tentu menimbulkan rasa tertekan dan cemas pada diri anak remaja. Kondisi ini bisa menjadi stres berkepanjangan jika tidak dikelola dengan baik. Bahkan, pada risiko yang paling buruk, anak bisa tenggelam dalam depresi, hingga ingin mengakhiri hidupnya.
Selain itu, dituduh melakukan sadfishing ketika mereka jujur tentang perasaannya juga dapat menyebabkan mereka berasumsi bahwa tidak ada yang menganggapnya serius dan tidak ada yang peduli dengan apa yang mereka alami.
Survei tersebut juga menemukan bahwa remaja yang membuat postingan emosional berisiko menjadi sasaran predator online. Orang yang menargetkan remaja di dunia maya akan mencari postingan yang rentan dan mencoba menjalin hubungan dengan remaja tersebut.
Dengan begitu, penting bagi orang tua untuk melakukan pengawasan pada perilaku anak di media sosial. Ketika menemukan tanda yang kurang baik dan tidak normal, Anda bisa mencoba membuka pembicaraan dengan anak. Sebaiknya, orang tua memposisikan diri selayaknya teman sehingga anak bisa bercerita tentang masalahnya tanpa takut dihakimi.
Terakhir, jika memang dibutuhkan, Anda bisa menawarkan anak konseling dengan psikolog profesional untuk membantu mengurangi masalah dan emosi yang sedang dirasakan.