Munculnya Perubahan Perilaku Jadi Tanda Adanya Stres Remaja yang Butuh Intervensi Orangtua
Kondisi stres bisa dialami oleh siapa saja, termasuk pada anak remaja kita. Sejumlah tekanan dalam kehidupan mereka bisa menimbulkan munculnya stres ini.
Kondisi stres bisa dialami oleh siapa saja, termasuk pada anak remaja kita. Sejumlah tekanan dalam kehidupan mereka bisa menimbulkan munculnya stres ini.
-
Gimana cara orang tua bantu remaja yang stres? Bagi orangtua, terhadap sejumlah hal yang bisa dilakukan. Penting untuk mendorong percakapan terbuka tentang kesehatan mental, menciptakan lingkungan yang mendukung, dan mencari bantuan profesional saat diperlukan.
-
Kenapa kesehatan mental remaja jadi perhatian? Peningkatan masalah kesehatan mental di kalangan anak remaja menjadi perhatian yang semakin meningkat. Tekanan untuk sukses di bidang akademis, menjaga hubungan sosial, dan menghadapi perubahan pribadi dapat menyebabkan kecemasan, depresi, dan stres.
-
Kapan anak stres karena perubahan? Perubahan lingkungan, seperti pindah ke sekolah baru, pindah rumah, atau berganti pengasuh, dapat membuat anak-anak merasa stres.
-
Kenapa orang tua khawatir saat anak remaja? Banyak orang tua cenderung mendekati masa remaja anak-anak mereka dengan sikap yang negatif, percaya bahwa masa ini hanya akan membawa kesulitan dan masalah.
-
Apa saja penyebab anak stres? Penyebab stres pada anak bukan hanya merupakan masalah kecil, tetapi juga dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan mental dan fisik mereka.
-
Apa faktor utama gangguan mental pada remaja? Faktor-faktor utama yang berkontribusi antara lain adalah tekanan dari lingkungan sosial, interaksi dengan teman sebaya, tuntutan dalam bidang akademis, serta dampak negatif dari media sosial.
Munculnya Perubahan Perilaku Jadi Tanda Adanya Stres Remaja yang Butuh Intervensi Orangtua
Menurut Dr. Fransiska M. Kaligis, dokter spesialis kesehatan jiwa di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), perubahan perilaku yang terjadi pada remaja akibat stres merupakan sebuah isyarat bagi orang dewasa untuk memberikan perhatian dan bantuan kepada mereka.
"Itu mungkin suatu tanda bahwa kita perlu memberikan perhatian kepada remaja tersebut. Perhatiannya dalam bentuk apa, mungkin kita dekati dan ajak komunikasi dulu,” kata Fransiska beberapa waktu lalu dilansir dari Antara.
Ia menjelaskan bahwa remaja sering mengalami stres, terutama saat mereka mengalami perubahan signifikan dalam tubuh, mental, serta hormon mereka. Periode ini sering kali bertepatan dengan saat mereka berhadapan dengan orang-orang dan lingkungan baru ketika mereka memasuki tahap kedewasaan.
Tekanan yang dihadapi oleh remaja selama masa pertumbuhan ini pada dasarnya bisa memberikan dampak positif, karena stres dapat memotivasi mereka untuk mencapai berbagai tujuan, seperti mempersiapkan ujian, berkompetisi, atau mengasah kemampuan mereka dalam mengatasi stres.
Namun, saat seorang remaja mengalami stres yang tidak bisa mereka tangani dan mulai mempengaruhi produktivitas mereka, termasuk dalam hal prestasi akademis dan perubahan perilaku, bantuan dari orang dewasa menjadi sangat penting.
Fransiska, yang juga seorang pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), menegaskan bahwa jika perubahan perilaku tersebut tidak membaik dalam dua minggu, maka kondisi ini dapat dianggap sebagai gangguan stres yang, jika tidak ditangani, berpotensi berubah menjadi depresi.
Remaja yang mengalami kesulitan dalam mengatasi stresnya perlu didengarkan dan diajak untuk berkomunikasi. Jika kondisi mereka tidak membaik, mereka perlu berkonsultasi dengan tenaga profesional yang dapat merencanakan tindakan pemulihan yang sesuai.
Fransiska juga mengingatkan bahwa dalam membantu remaja, orang dewasa harus membangun kepercayaan dan menjelaskan bahwa tujuan mereka adalah untuk memberikan bantuan. Pendekatan ini harus dilakukan melalui persuasi, dan bukan melalui paksaan atau tindakan keras.
Peran orang dewasa dalam membantu remaja yang mengalami gangguan stres menjadi semakin penting jika remaja tersebut sudah menunjukkan tanda-tanda ide-ide gelap, perencanaan, atau bahkan upaya untuk mengakhiri hidup.
“Jika dari omongannya menunjukkan rasa putus asa atau ada keinginan mengakhiri hidup, jangan kita anggap itu adalah omongan yang mencari-cari perhatian belaka,” kata Fransiska.