Bagaimana Cara Menerapkan Positive Parenting pada Anak Remaja
Penerapan positive parenting pada anak remaja bisa dilakukan oleh orangtua dengan sejumlah penyesuaian berikut:
Masa remaja sering kali menjadi fase yang menantang baik bagi anak maupun orang tua. Di satu sisi, remaja mendambakan kebebasan dan kemandirian, namun di sisi lain mereka belum sepenuhnya siap secara emosional maupun mental untuk menghadapi tanggung jawab yang datang bersama kedewasaan.
Orang tua pun sering kali merasa bingung, antara memberikan kebebasan dan tetap melindungi mereka dari berbagai risiko. Namun, ada satu hal yang perlu diingat: remaja masih membutuhkan dukungan, kasih sayang, dan bimbingan dari orang tua, meskipun terkadang mereka tidak menunjukkan hal tersebut secara eksplisit.
-
Apa itu Positive Parenting? Positive parenting adalah metode pengasuhan yang didasarkan pada penghargaan, dukungan, dan komunikasi positif antara orang tua dan anak.
-
Bagaimana Positive Parenting membantu anak menghadapi tekanan sosial? Pendekatan ini dapat meningkatkan kemampuan remaja untuk menolak pengaruh negatif dari lingkungan sosialnya, sehingga mereka menjadi lebih tangguh dalam menghadapi tekanan sosial.
-
Kenapa positive parenting penting untuk perkembangan anak? Positive parenting adalah pendekatan yang dapat mengubah dinamika keluarga menjadi lebih harmonis dan mendukung perkembangan anak yang sehat secara emosional.
-
Apa itu parenting? Parenting adalah proses untuk mendidik dan menyelaraskan anak-anak dengan nilai-nilai sosial yang diterima di masyarakat.
-
Kenapa Positive Parenting penting di masa kini? Di tengah tantangan global seperti meningkatnya angka stres pada anak-anak dan remaja, penerapan positive parenting menjadi semakin relevan.
-
Bagaimana membuat anak menjadi pribadi yang baik? Orang tua tak hanya wajib dalam memberikan teladan, namun juga hendaknya memberikan nasihat yang membangun demi membentuk pribadi anak yang baik.
Dilansir dari Positive Psychology, menurut penelitian, kehadiran orang dewasa yang penuh perhatian dan siap mendengarkan sangat penting dalam membantu remaja mengatasi berbagai tantangan emosional. Wolin, Desetta, dan Hefner (2016) mencatat bahwa remaja yang memiliki dukungan dari orang tua cenderung lebih mampu mengembangkan ketahanan emosional. Dalam hal ini, peran orang tua tidak hanya sebagai pemberi aturan, tetapi juga sebagai pendengar yang empatik.
Mengembangkan Rasa Tanggung Jawab dan Kontrol Diri
Salah satu prinsip dari positive parenting adalah membantu remaja mengembangkan rasa tanggung jawab dan kontrol diri yang kuat. Blaustein dan Kinniburgh (2018) menekankan pentingnya memberi remaja kesempatan untuk merasakan kepemilikan atas pilihan mereka. Dengan cara ini, orang tua dapat membangun "internal locus of control" pada anak, yaitu keyakinan bahwa mereka memiliki kendali atas masa depan mereka melalui keputusan yang mereka buat.
Pola asuh yang positif juga melibatkan komunikasi yang berkualitas, pemantauan yang bijaksana, dan penerapan gaya parenting otoritatif—di mana orang tua tetap memberikan batasan tetapi dengan cara yang hangat dan suportif. Pendekatan ini terbukti efektif dalam mengurangi perilaku berisiko pada remaja, seperti yang diungkapkan oleh DeVore dan Ginsburg (2005).
Cinta dan Konsekuensi
Untuk membantu orang tua melewati masa-masa sulit dalam membesarkan remaja, pendekatan Love and Logic yang dikembangkan oleh Cline dan Faye (2006) dapat menjadi solusi yang efektif. Metode ini menggabungkan dua konsep dasar: cinta dan logika. Cinta berarti memberikan kesempatan kepada remaja untuk bertanggung jawab atas keputusan mereka, sementara logika mengharuskan mereka menghadapi konsekuensi alami dari kesalahan yang mereka buat, tentunya dengan dukungan empati dari orang tua.
Sebagai contoh, jika seorang remaja lupa membawa buku tugasnya ke sekolah, alih-alih segera mengantarkannya, orang tua dapat membiarkan anak tersebut merasakan konsekuensi dari kelalaiannya. Dengan cara ini, mereka belajar untuk lebih bertanggung jawab di masa depan tanpa merasa dihakimi.
Salah satu pendekatan lain yang efektif adalah Teen Triple P Program yang dikembangkan oleh Ralph dan Sanders (2004). Program ini dirancang khusus untuk orang tua yang ingin meningkatkan keterampilan mereka dalam mendidik remaja. Dengan Triple P, orang tua diajarkan berbagai keterampilan untuk menumbuhkan kepercayaan diri dan kompetensi sosial pada anak, serta membantu mereka menjauhi perilaku negatif seperti penggunaan narkoba, seks bebas, dan kenakalan remaja.
Program ini tidak hanya menekankan pentingnya disiplin yang lembut namun tegas, tetapi juga bertujuan untuk mengurangi konflik antara orang tua dan remaja serta membekali anak dengan kemampuan untuk membuat pilihan yang sehat.
Mencegah Penyalahgunaan Zat pada Remaja
Orang tua sering kali merasa khawatir dengan risiko penyalahgunaan zat pada anak remaja mereka. Menurut situs Partnership for Drug-Free Kids, ada beberapa langkah yang dapat diambil orang tua untuk menurunkan risiko ini:
Mengetahui siapa saja teman anak Anda
Menjadi teladan yang positif dalam hal mekanisme coping dan penggunaan alkohol atau obat-obatan
Memantau aktivitas anak secara rutin
Membuka komunikasi tentang risiko penggunaan zat terlarang
Menetapkan batasan yang jelas dan tegas
Membangun hubungan yang hangat dan suportif dengan anak
Dengan menerapkan strategi-strategi ini, orang tua tidak hanya dapat membantu anak mereka menghindari perilaku berisiko, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan hidup yang akan berguna hingga dewasa.
Sangat penting bagi orang tua untuk tidak saling menjelekkan di hadapan anak-anak mereka. Menurut Baker dan Ben-Ami (2011), tindakan ini dapat menyebabkan anak merasa terasing dari salah satu orang tua, yang berdampak negatif pada harga diri dan hubungan mereka di masa depan. Warshak (2010) dalam bukunya Divorce Poison menawarkan strategi untuk melindungi anak dari dampak buruk akibat konflik orang tua, termasuk cara merespons fitnah dan menjaga hubungan yang sehat dengan anak.