Kenapa Remaja Sulit Diatur dan Penuh Drama? Simak Penjelasannya
Ada banyak faktor yang membuat masa remaja penuh drama
Sebagai orang tua, menghadapi anak yang sudah remaja menjadi tantangan tersendiri, bahkan kadang membuat kepala pening. Mereka yang sebelumnya manis dan patuh, tiba-tiba berubah menjadi pribadi yang penuh emosi, sulit diatur, dan sering kali menentang.
Tapi, mengapa remaja bisa begitu? Ada banyak faktor yang membuat masa remaja penuh drama, dari perubahan hormon, masalah kesehatan mental, hingga komunikasi yang tidak sinkron antara remaja dan orangtua.
-
Kenapa remaja mudah stres? Ia menjelaskan bahwa remaja sering mengalami stres, terutama saat mereka mengalami perubahan signifikan dalam tubuh, mental, serta hormon mereka.
-
Kenapa remaja sekarang lebih stres dari orang dewasa? Dinemukan bahwa para remaja tersebut rata-rata memiliki tingkat stres di atas orang dewasa.
-
Kenapa kenakalan remaja bisa merugikan? Kenakalan remaja tidak hanya merugikan diri mereka sendiri, tetapi juga membawa dampak negatif bagi keluarga dan masyarakat luas.
-
Kenapa remaja melakukan perilaku negatif? Faktor-faktor seperti kurangnya keintiman dalam keluarga, pengaruh media yang semakin permisif, lingkungan sekolah yang kompetitif, serta budaya masyarakat yang semakin individualistik, menjadi penyebab utama perilaku negatif ini.
-
Apa tanda remaja mengalami stres? Menurut Dr. Fransiska M. Kaligis, dokter spesialis kesehatan jiwa di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), perubahan perilaku yang terjadi pada remaja akibat stres merupakan sebuah isyarat bagi orang dewasa untuk memberikan perhatian dan bantuan kepada mereka.
-
Apa saja perilaku negatif remaja? Pertama-tama, dr. Rudi Priyo Utomo Sp.OG menjelaskan beberapa perilaku negatif yang sering muncul pada remaja, seperti hubungan seks diluar nikah, kehamilan usia remaja, penggunaan napza, dan kekerasan dalam pacaran.
Dilansir dari Liputan6.com apa saja yang membuat masa remaja begitu kompleks dan bagaimana cara orangtua bisa lebih memahami mereka. Berikut penjelasan selengkapnya:
1. Akibat Perubahan Fisik dan Hormonal
Remaja adalah masa transisi yang penuh tantangan, di mana perubahan fisik dan hormonal mulai terjadi. Hormon-hormon seperti estrogen dan testosteron mempengaruhi suasana hati dan perilaku remaja, yang sering kali menyebabkan ketidakseimbangan emosi.
Hal ini membuat mereka sulit dikendalikan dan seringkali menunjukkan perilaku yang tidak stabil. Menurut artikel dari My Wellness Hub, perubahan hormon ini memicu rasa bingung dan kecemasan pada remaja, yang akhirnya berdampak pada cara mereka berinteraksi dengan orangtua dan lingkungan sekitar.
2. Tantangan Kesehatan Mental
Salah satu alasan utama mengapa remaja sulit diatur adalah Kesehatan mental. Tekanan dari akademik, sosial, dan harapan lingkungan sekitar sering kali menyebabkan kecemasan berlebihan pada remaja.
Berdasarkan artikel dari GT Scholars, jumlah remaja yang mengalami gangguan kecemasan dan depresi meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir, seiring dengan meningkatnya harapan dan persaingan dalam dunia pendidikan.
Remaja sering kali tidak tahu bagaimana cara mengatasi perasaan negatif mereka. Hal ini membuat mereka melampiaskan emosi melalui perilaku impulsif atau menarik diri dari kehidupan sosial. Akibatnya, banyak orang tua merasa bingung dan frustasi ketika anak mereka mulai menunjukkan gejala-gejala tersebut. Kurangnya dukungan emosional yang memadai juga memperburuk situasi ini, karena banyak remaja merasa enggan untuk berbicara tentang perasaan mereka atau mencari bantuan.
Walaupun akses terhadap informasi kesehatan mental semakin terbuka, seperti yang diungkapkan oleh My Wellness Hub, masih banyak remaja yang merasa takut dihakimi sehingga menahan diri dari berbicara tentang masalah mental mereka. Orang tua dan guru perlu memahami pentingnya mengenali tanda-tanda awal gangguan kesehatan mental.
3. Jarang Berkomunikasi dengan Orang tua
Tantangan besar lainnya adalah kesenjangan komunikasi antara remaja dan orang tua. Sering kali, remaja merasa bahwa orangtua mereka tidak mengerti dunia mereka yang penuh dengan dinamika digital dan tekanan sosial. Artikel yang diterbitkan oleh Portland Family Counseling menjelaskan bahwa banyak remaja merasa diabaikan atau tidak dipahami karena perbedaan generasi ini, terutama terkait media sosial dan cara bersosialisasi.
Kesenjangan ini dapat menciptakan ketegangan di rumah, di mana setiap upaya komunikasi berakhir dengan pertengkaran atau sikap saling mengabaikan. Padahal, untuk membangun hubungan yang sehat, komunikasi yang terbuka dan penuh pengertian sangatlah penting. Orangtua yang tidak mencoba mendekati dunia remaja mereka dengan sikap terbuka sering kali mendapati diri mereka semakin jauh dari anak-anaknya.
Solusi dari masalah ini bukanlah dengan memaksa remaja untuk mengikuti aturan yang kaku, melainkan dengan memberikan ruang bagi mereka untuk berekspresi, sambil tetap memberikan bimbingan yang diperlukan. Dengan pendekatan yang lebih terbuka, seperti yang dijelaskan dalam My Wellness Hub, remaja akan merasa didengar dan lebih mungkin bekerja sama dengan orangtua mereka.
4. Kebutuhan akan Otonomi
Remaja mulai mengembangkan kebutuhan yang kuat untuk otonomi dan kebebasan sebagai bagian dari proses transisi menuju kedewasaan. Mereka ingin merasa bahwa mereka memiliki kontrol atas keputusan mereka dan ingin merasakan tanggung jawab pribadi.
Kebutuhan ini sering kali menyebabkan mereka menantang batasan dan aturan yang diberikan oleh orang tua atau otoritas sebagai upaya untuk mendapatkan pengakuan dan penghargaan atas kemampuan mereka untuk membuat keputusan sendiri.