Pentingnya Pencegahan Pernikahan Dini demi Kesehatan Reproduksi pada Remaja
Pencegahan pernikahan dini dan pemahaman kesehatan reproduksi merupakan isu penting bagi remaja yang perlu diperhatikan.
Pentingnya Pencegahan Pernikahan Dini demi Kesehatan Reproduksi pada Remaja
Pentingnya Pencegahan Pernikahan Dini demi Kesehatan Reproduksi pada Remaja
Dalam rangka peringatan HUT Ikatan Istri Dokter Indonesia yang ke-69, IIDI cabang Malang menggelar sebuah talkshow terkait Pencegahan Pernikahan Dini dan Kesehatan Reproduksi Remaja. Kegiatan ini digelar pada Selasa, 20 Februari 2024 di SMP Unggulan Al Ya'lu Malang.
-
Kenapa penting menjaga kesehatan reproduksi remaja? Salah satunya dengan memastikan kesehatan reproduksi remaja, misalkan melakukan screening kanker serviks.
-
Mengapa pendidikan seksual penting untuk remaja? Pendidikan seksual dapat membantu remaja mengembangkan sikap, nilai, dan keterampilan yang positif terkait dengan seksualitas, seperti rasa hormat, tanggung jawab, komunikasi, negosiasi, dan pengambilan keputusan.
-
Mengapa Kemenkominfo mengimbau remaja untuk tidak menikah dini? Ia juga mengimbau, remaja tidak menikah di usia dini karena dapat berdampak buruk bagi kesehatan ibu maupun anak. Hal ini karena, para remaja masih membutuhkan gizi maksimal hingga usia 21 tahun. Bila nutrisi ibu tidak mencukupi selama kehamilan maka bayi akan lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan sangat berisiko terkena stunting.
-
Kenapa penting hidup sehat saat remaja? Kalian adalah calon orang tua yang akan membesarkan generasi mendatang. Oleh karena itu, semakin cepat memulai pola hidup sehat, semakin baik untuk masa depan.
-
Mengapa penting menjaga kesehatan organ reproduksi? Menjaga kesehatan alat reproduksi wanita merupakan bagian penting dari perawatan kesehatan secara keseluruhan.
-
Mengapa edukasi seksual dari orang tua penting untuk remaja? Dengan begitu, anak remaja tidak perlu mencari informasi dari sumber yang tidak terpercaya, yang dapat berpotensi membahayakan mereka.
Kegiatan ini masih dalam tema besar "Terus Giat Membangun Kolaborasi," seminar ini menyoroti pentingnya kolaborasi antara lembaga-lembaga terkait, khususnya dalam konteks pencegahan pernikahan dini dan pemahaman kesehatan reproduksi remaja. Sebelumnya, pada akhir 2023 IIDI menggelar seminar dengan tema bahaya penggunaan narkoba.
Ketua IIDI Cabang Malang Ny. Diyah Himawati Santosa, SE, menyatakan bahwa kolaborasi menjadi fokus utama dalam upaya peningkatan kesadaran masyarakat, terutama remaja, mengenai isu-isu kesehatan reproduksi dan perilaku negatif yang sering muncul di kalangan remaja.
Dalam acara yang digelar di SMP Unggulan Al Ya'lu ini, dua pembicara utama memberikan pencerahan mengenai isu-isu tersebut. Pertama, drs. Sukirman MT, menyampaikan materi tentang pencegahan pernikahan dini, sementara dr. Rudi Priyo Utomo Sp.OG, membahas tentang kesehatan reproduksi remaja.
Pertama-tama, dr. Rudi Priyo Utomo Sp.OG menjelaskan beberapa perilaku negatif yang sering muncul pada remaja, seperti hubungan seks diluar nikah, kehamilan usia remaja, penggunaan napza, dan kekerasan dalam pacaran.
Faktor-faktor seperti kurangnya keintiman dalam keluarga, pengaruh media yang semakin permisif, lingkungan sekolah yang kompetitif, serta budaya masyarakat yang semakin individualistik, menjadi penyebab utama perilaku negatif ini.
Remaja pada masa pubertas (usia 10-18 tahun) mengalami perubahan fisik, emosi, dan psikis yang signifikan. Hal ini juga merupakan masa di mana organ reproduksi mengalami pematangan, yang sering kali belum diimbangi dengan kematangan emosional. Oleh karena itu, pemahaman akan kesehatan reproduksi pada masa ini menjadi sangat penting.
Dalam konteks kesehatan reproduksi, dr. Rudi juga menjelaskan mengenai infeksi menular seksual (IMS), khususnya HIV. HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, dan penyebarannya terutama melalui hubungan seksual tanpa penggunaan kondom.Untuk mencegah penularan HIV, dr. Rudi menekankan prinsip ABC: Abstinence (menahan diri), Be faithful (setia pada satu pasangan), dan Condom (penggunaan kondom).
Sementara itu, drs. Sukirman MT menggarisbawahi pentingnya pencegahan pernikahan dini dalam konteks kesehatan reproduksi remaja. Dengan usia ideal pernikahan adalah 21 tahun, pernikahan di usia muda dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi kesehatan fisik dan mental remaja.
Upaya pencegahan pernikahan dini bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga tanggung jawab bersama keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pernikahan dini di Malang sendiri terbesar di Jawa Timur dan masih banyak yang tidak tercatat.
Pentingnya kolaborasi lembaga pendidikan, pelayanan kesehatan, dan organisasi masyarakat dalam menyuarakan pentingnya kesadaran akan kesehatan reproduksi dan bahaya pernikahan dini menjadi kunci dalam membangun masyarakat yang lebih sadar akan pentingnya kesehatan reproduksi remaja.